Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen
Ibr. 4:12-16
Mzm. 19:8-9,10,15
Mrk. 2:13-17
Sabda Allah itu hidup
Pada hari ini kita memulai pekan doa sedunia untuk persatuan umat Kristiani (Oikumene) dengan tema “Percayakah kamu?” (Yohanes 11:26). Tema ini merupakan sebuah pertanyaan Yesus kepada Marta dalam perjumpaan pribadi di saat saudara Marta yakni Lazarus sudah empat hari meninggal dunia. Tentu saja pertanyaan Yesus ini menekankan kekuatan iman akan kebangkitan sebagai sumber harapan dan keadilan. Penginjil Yohanes menceritakan bahwa setelah kematian Lazarus, Marta menjumpai Yesus dan berdialog secara pribadi. Ia lalu mendengar pernyataan Yesus ini: “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan barangsiapa tetap hidup dan percaya kepada-Ku, ia tidakakan mati selama-lamanya” (Yohanes 11:25-26). Yesus lalu bertanya kepada Marta, “Percayakah engkau akan hal itu?” Ini adalah sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban iman yang mendalam baik secara pribadi maupun secara bersama-sama sebagai Gereja. Kita berdoa dan berharap agar umat Kristiani di seluruh dunia menjawab pertanyaan Yesus dengan jujur dan tulus: “Percayakah kamu”.
Kita dapat menjawabi pertanyaan Yesus seputar iman dan kepercayaan kepada-Nya kalau kita sungguh berpegang teguh pada-Nya sebagai Sabda yang menjadi Daging dan tinggal di tengah-tengah kita (Yoh 1:14). Yesus adalah Sabda hidup dan kita sungguh percaya kepada-Nya. Penulis surat kepada umat Ibrani menulis: “Sebab Sabda Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr 4:12). Kita dapat memaknainya secara jelas bahwa Tuhan Yesus sungguh hidup dan kuat, dan bahwa Sabda-Nya sungguh mengubah hidup kita untuk menjadi semakin baik di hadirat-Nya. Transformasi karena Sabda Tuhan ini mencakup aspek jasmani dan rohani kita. Kita mendengar Sabda, melakukan Sabda dan mempertanggungjawabkannya di hadirat Tuhan sendiri. Dialah Yesus Anak Allah dan Imam Agung kita. Hanya kepada-Nya kita mengimani dan percaya kepada-Nya.
Apa yang harus kita lakukan untuk mengimani Yesus sebagai Sabda hidup? Sebuah nasihat indah dari penulis surat kepada umat Ibrani adalah: “Marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”. (Ibr 4:16). Kita perlu bertanya dalam diri kita masing-masin: “Apakah kita memang berani untuk mendekati Tuhan dalam doa-doa kita, atau kita malah menjauhi Tuhan karena melalaikan doa-doa kita”. Kita perlu mengakui bahwa Sabda Tuhan adalah Roh dan Kehidupan bagi kita. Maka kita berusaha untuk percaya akan kuasa Sabda Tuhan sendiri.
Di dalam bacaan Injil kita menjumpai Tuhan Yesus yang adalah Sabda hidup, berjalan dalam lorong-lorong kehidupan kita serta memanggil orang-orang yang tidak layak menjadi layak, yang berdosa supaya bertobat, yang tidak memiliki harapan supaya memiliki harapan kepada-Nya. Di kisahkan bahwa ketika itu Yesus sedang berjalan di pantai danau Galilea. Banyak orang langsung mengenal dan mendatangi-Nya. Mereka ini tentu ingin mendengar Sabda Hidup dan mengalami penyembuhan dari segala penyakit dan kelemahan. Di samping mengajar dengan kuasa dan wibawa, Yesus juga memanggil sekaligus mempertobatkan orang berdosa. Lewi alias Matius yang sedang duduk di meja cukai dipanggil Yesus, “Ikutlah Aku” (Mrk 2:14) dan pada saat yang sama ia langsung meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus. Sebenarnya meninggalkan ’lahan basah’ seperti Lewi, lahan yang penuh dengan kenikmatan harta itu tidaklah mudah, namun ia dapat melakukannya sampai tuntas. Kita mengingat perkataan Tuhan Yesus ini: ”Di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada” (Mat 6:21). Lewi berjumpa dengan Sabda Hidup, mendengar Sabda hidup dan ia sungguh berubah menjadi baru. Tuhan Yesus memang bersahabat dengan kaum pendosa dan itu menjadi momen transformatif yang luar biasa. Ia duduk dan makan bersama mereka dan mengubah mereka menjadi baru. Yesus sebagai Sabda hidup bahkan menegaskan: ”Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mrk 2:17).
Sabda Allah itu hidup. Ya, sungguh hidup di dalam diri Tuhan Yesus Kristus sang Sabda Hidup. Kita sungguh percaya kepada-Nya. Sabda Hidup mengubah segala sesuatu di dalam hidup kita. Kita tetap percaya dan berdoa: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mzm 119:105). Kita perlu dan harus membaca Kitab Suci, mendengar, merenungkan dan melakukannya di dalam hidup kita. Apakah kita melakukannya?
P. John Laba, SDB