Pengalaman adalah Guru yang baik
Hampir semua orang ketika gagal dalam suatu pekerjaan akan mengatakan “Pengalaman adalah Guru yang baik”. Dengan prinsip ini saja cukup untuk membuka wawasan kita semua ketika berhadapan dengan situasi yang baru, tugas yang baru dan lain sebagainya. Ketika merayakan Imlek, salah seorang sahabat mengharapkan supaya kita tidak puas dengan angpao yang diterima, tetapi di tahun kuda ini kita bekerja lebih giat lagi untuk sukses dalam hidup. Pengalaman di tahun yang lalu adalah guru yang baik untuk tahun yang baru. Semua orang bertepuk tangan sambil memegang amplop angpao berwarna merah.
Saya teringat akan sebuah cerita tentang Harimau dan Landak. Konon di sebuah hutan hiduplah seekor harimau yang malas dan bodoh. Pada suatu hari ia merasa lapar sehingga ia masuk ke dalam hutan untuk mencari mangsa sebagai santapannya. Sesampai di pinggir hutan ia menemukan seekor landak yang sedang berbaring. Harimau berpikir bahwa itu sebongkah daging maka sambil menjilat bibirnya ia mendekati landak itu. Ketika harimau hendak menerkam si landak maka landak melompat dan menggulungkan dirinya persis di hidung harimau. Harimau kaget karena hidungnya ditusuk oleh tubuh si landak yang tajam, perlahan-lahan makin mendalam. Lidah harimau pun kalah dengan bulu landak.
Harimau itu kesakitan dan berlari ke dalam hutan sambil berteriak memohon ampun dari landak tetapi landak tidak mau melepaskan dirinya dari hidung. Harimau akhirnya cape dan tidur di bawah pohon sampai ngorok. Landak perlahan-lahan melepaskan dirinya dari hidung harimau dan langsung menyembunyikan dirinya di antara rerumputan. Ketika bangun dari tidur, harimau kaget dan ketakutan. Ia menjilati kembali hidungnya dan merasa bahwa ternyata hidungnya masih ada. Ia lupa akan rasa laparnya. Sang harimau kemudian berjalan mendekati pohon cemara untuk mencari makan. Ia kaget melihat biji cemara yang bentuknya seperti landak. Ia langsung meminta maaf kepada biji cemara supaya jangan mengganggunya karena dia berpikir biji cemara adalah anak dari landak. Trauma yang dialami sebelumnya masih membekas dalam hati dan pikirannya.
Kisah ini memang kelihatan lucu tetapi perilaku harimau juga masih menjadi bagian dalam kehidupan kita. Banyak kali kaum pria menggunakan kuasanya untuk menguasai orang lain kayak harimau. Dengan kekuatannya ia dapat menguasai siapa saja, terutama mereka yang lemah. Tetapi ketakutan juga ada di dalam dirinya. Banyak pria yang tidak bertanggung jawab di dalam hidupnya, tidak menerima diri apa adanya. Sebagai imam, kadang merasa sedih mendengar para wanita tertentu merasa ditipu oleh kaum pria. Sikap buas ala harimau dalam perilaku hendaknya disingkirkan. Kita semua memiliki martabat yang luhur sebagai anak-anak Allah.
Kisah ini juga menyadarkan kita pada pengalaman masa lalu. Banyak di antara kita yang pernah kaget dalam hidup karena pengalaman tertentu di masa lalu, pernah merasa disakiti oleh pihak tertentu. Ada trauma tertentu yang bisa menghalangi pertumbuhan fisik dan mental. Kita tidak harus berhenti pada pengalaman yang membuat trauma itu. Kita hendaknya mengambil sisi positif dari pengalaman ini. Bagaimana? Kita dapat belajar dari pengalaman masa lalu karena pengalaman adalah guru yang baik. Kalau hari ini kita terantuk di tempat ini, besok mesti berhati-hati supaya tidak terantuk di tempat yang sama.
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk membaharui segala sesuatu. Pengalaman masa lalu adalah tonggak sejarah yang dipakai Yesus untuk menyadarkan kita semua supaya memperoleh hidup baru di dalamNya. Hukum baru, sikap legaslistis yang membuat orang lupa akan kasih dan keadilan diubah oleh Yesus dengan perintah baru untuk saling mengasihi. Pengalaman masa lalu yang membuat trauma bisa diolah menjadi rahmat kalau kita mau menyatukan diri kita dengan Tuhan. Kita membiarkan Dia mengubah hidup kita. Yesus datang untuk membaharui segala sesuatu (Why 21:5).
PJSDB