Hari Selasa, Pekan Biasa IV
2Sam 18:9-10.14b.24-25a.30.31b-33;19:3
Mzm 86:1-2.3-4.5-6
Mrk 5:21-43
Hati Seorang Ayah Itu…
Pada suatu kesempatan, saya dikunjungi oleh sepasang suami istri. Mereka memiliki masalah besar dengan putra sulung mereka. Belakangan ini ia sering membuat kekacauan di rumah. Ia bahkan mengusir orang tuanya dan mengancam akan membunuh mereka. Orang tua berusia enampuluhan tahun itu hanya pasrah dan meninggalkan rumah itu. Ketika meninggalkan rumah, sang ayah berkata kepada anaknya, “Nak, engkau boleh mengusir ibumu dan aku dari rumah ini tetapi ingat ketika membangun rumah ini, keringat dan darahku pernah tertumpah. Keringat dan darahku akan berbicara dan membuat perhitungan denganmu. Anak itu tetap mengusir mereka dari rumah. Ia menggunakan kesempatan untuk berfoya-foya dengan teman-temanya, dan membuat pesta narkoba besar-besaran. Pada akhirnya anak itu ditangkap dan dipenjarakan. Orang tuanya akhirnya kembali mendiami rumah mereka.
Sambil menyiapkan homily pada hari ini saya teringat pada kisah ini yang mirip dengan pengalaman Daud dalam Kitab Perjanjian Lama. Daud dan para stafnya dipaksa untuk meninggalkan Yerusalem karena mendapat ancaman dari putra Daud bernama Absalom. Sebagaimana kita ketahui bahwa ketika Absalom terlibat dalam mafia peradilan zaman itu, banyak orang memihak kepadanya. Dia merasa sudah memiliki pengikut dan mencoba untuk membuat kudeta milter. Daud dan staf pemerintahannya mengosongkan Yerusalem, dengan berjalan kaki tanpa sandal, mengikat kain di kepala sambil menangis tersedu-sedu. Ia juga berjumpa dengan para pengikut Saul yang menghujani Daud dengan batu. Daud sabar dan dia percaya bahwa Tuhan pasti akan memihaknya.
Sambil ia menyiapkan pasukan untuk meladeni pasukan Absalom anaknya, datanglah sebuah berita yang tidak enak. Absalom menaiki bagal yang berlari dengan kecepatan tinggi. Ketika melewati hutan yang banyak pohon terbantinnya, rambut Absalom tersangkut di dahan sehingga ia tergantung, sedangkan bagalnya tetap berlari meninggalkannya. Yoab adalah eksekutornya. Ia mengambil tiga lembing dan menikamnya ke dada Absalom hingga tewas. Yoab sendiri adalah anak Zeruya, kakak perempuan Daud (2Sam 2:12-17). Ia adalah panglima perang Daud yang sering berada di garis terdepan. Ia adalah orang yang setia kepada Daud.
Adalah seorang Etiopia yang ikut menyaksikan kejadian itu berlari seorang diri untuk membawa berita kepada Daud. Ia mengatakan bahwa orang yang menentang raja sama dengan menentang Tuhan sehingga patut mendapat batunya. Daud mengerti bahwa yang dimaksudkan adalah Absalom anaknya sudah tewas. Ia menangis dengan teriakan: “Anakku Absalom, anakku! Ah anakku, sekiranya aku boleh mati menggantikan engkau! Absalom, Absalom, anakku!” Semua tentara berkabung atas kematian Absalom.
Di dalam hidup setiap hari relasi antara orang tua dan anak kadang-kadang begitu mulus, kadang tidak mulus. Sebagaimana cerita keluarga di atas, anak bisa saja bertindak jahat seperti yang dilakukan Absalom terhadap ayahnya Daud. Anak bisa saja marah, melakukan kekerasan terhadap orang tuanya. Perintah Allah sudah jelas-jelas mengingatkan supaya anak-anak menghormati ayah dan ibunya. Ayah dan ibu adalah wakil Tuhan di dunia. Mereka selalu mencari hal-hal yang terbaik di dalam diri anak-anak mereka. Daud dalam kisah di atas memang disakiti, nyawanya diancam oleh Absalom, tetapi ia tetap memiliki hati sebagai seorang ayah yang mengasihi.
Di dalam bacaan Injil, kita berjumpa dengan figur seorang ayah yang baik yaitu Yairus. Anaknya sedang sakit dan ia memohon Yesus untuk menyembuhkannya. Yesus pergi ke rumah Yairus dan mengetahui bahwa anak itu sudah meninggal dunia. Yesus memberi ketenangan kepada mereka dan mengatakan kepada anak itu: “Talita kum” artinya “Hai anak, aku berkata kepadamu, bangunlah! Anak itu bangkit dan berjalan. Hal ini membuat banyak orang takjub kepada Yesus. Anak perempuan itu sembuh karena kebaikan hati ayahnya yang berani meminta kehidupan kepada Yesus. Yesus juga sebagai figur terpenting karena kuasaNya menyembuhkan. Seorang wanita yang sudah 12 tahun mengalami pendarahan. Dengan hanya menjamah jumbai jubah Yesus ia menjadi sembuh.
Hidup kita selalu dihiasi dengan aneka pengalaman yang sulit. Kadang ada musuh di dalam keluarga dimana ada saling mengkhianati. Saudara dan saudari tidak dapat hidup rukun karena harta warisan. Itulah realitas hidup kita. Kita juga menemukan orang tua yang memiliki hati yang mengasihi, biar selalu disakiti anak-anaknya. Kita semua juga menyakiti hati Tuhan Bapa kita dengan dosa dan salah tetapi Ia tetap mengampuni kita. Dialah Bapa yang baik!
Doa: Tuhan, kami memohon berkatMu supaya dapat mewujudkan hidup saling mengasihi dalam keluarga dan komunitas kami masing-masing. Amen
PJSDB