Homili Hari Raya Penampakan Tuhan 2015

Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani)
Yes 60:1-6
Mzm 72:1-2.7-8.10-11.12-13
Ef 3:2-3a.5-6
Mat 2:1-12

Bintang itu mendahului mereka

Fr. JohnPada hari ini kita merayakan Hari Raya Natal segala bangsa. Perayaan ini dikenal di kalangan luas sebagai Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani) atau Tiga Raja. Meskipun di dalam Kitab Suci tidak disebutkan nama ketiga raja atau para majus (ilmuwan) yang datang untuk menyembah Yesus tetapi dalam tradisi Gereja ada nama-nama yang dikenal dan dikenang yakni Gaspar, Melkhior dan Baltasar. Ketiga nama ini mungkin disebutkan supaya sesuai dengan nama tiga persembahan simbolis yang diberikan kepada Yesus. Ketiga persembahan simbolis itu adalah emas, kemenyan dan mur. Emas dipersembahkan bangsa-bangsa kepada Yesus untuk mengakuiNya sebagai Raja dari segala raja. Kemenyan merupakan wangi-wangian yang dipakai dalam ibadat suci di dalam rumah ibadat melambangkan ke-Tuhan-an Yesus atau keilahianNya. Segala bangsa menyembah Yesus sebagai Tuhan. Mur adalah getah pohon yang rasanya pahit biasanya dipakai untuk mengawetkan jenazah. Jadi mur melambangkan kematian Yesus untuk menebus semua orang dari segala suku dan bangsa. Para majus dari Timur mewakili bangsa-bangsa untuk beriman kepada Yesus sebagai Raja, Tuhan dan Penyelamat atau Penebus. Ini adalah tiga gelar yang lazim di dalam Gereja dan diperuntukan bagi Yesus.

Persembahan dari ketiga majus ini diungkapkan secara nyata dalam doa prefasi Penampakan Tuhan. Dalam Prefasi dikatakan: “Sebab hari ini Engkau menyingkapkan  misteri penyelamatan kami yang tak terperikan. Hari ini Engkau menampakkan cahaya para bangsa, yakni Yesus Kristus, PutraMu terkasih. Dalam Dia, Engkau memulihkan keadaan kami. Dengan tampil sebagai manusia yang akan mati seperti kami, Ia meresapi kami dengan daya hidup ilahi yang tak dapat mati.” Dari prefasi ini terungkap identitas Yesus yakni sebagai terang yang menerangi hidup manusia. Dia rela menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Dia memulihkan kita dan memberi hidup ilahi kepada kita.

Tentang terang, sebenarnya jauh sebelumnya, nabi Yesaya pernah berkata kepada Yerusalem: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.” (Yes 60:1-3). Nubuat Yesaya menjadi nyata ketika Yesus lahir dan para majus datang dari Timur untuk menyembahNya dengan melewati kota Yerusalem lalu ke Bethlehem.

Para majus dari Timur datang untuk menyembah Yesus karena dituntun oleh cahaya bintangNya. Penginjil Matius mengisahkan bahwa pada masa pemerintahan Herodes, setelah Yesus lahir di Betlehem, datanglah para majus dari Timur ke Yerusalem. Di kota damai itu mereka mencari tahu keberadaan Raja muda Yahudi yang baru lahir. Bintang dan cahayanya menjadi petunjuk bagi mereka untuk datang menyembahNya. Pada waktu itu satu-satunya raja yang ada hanya Herodes maka ia pun merasa kaget dengan berita bahwa ada seorang saingan atau raja tandingan di wilayah jajahan Romawi itu. Ia pun mencari tahu kebenaran itu dari para imam kepala dan ahli Taurat Bangsa Yahudi. Mereka pun mengakui kebenaran bahwa akan ada seorang pemimpin yang tampil untuk menjadi gembala bagi umat Tuhan di Israel.

Herodes saat itu iri hati mendengarnya. Ia takut kalau kekuasaannya akan direbut oleh raja muda yang baru lahir yakni Yesus Kristus. Ia lalu meminta kepada para majus dari Timur: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” (Mat 2:8). Kalimat yang keluar dari mulut Herodes ini merupakan ungkapan rasa iri dan kecongkakan hatinya sebagai raja manusia di hadapan Raja segala raja: “selidikilah dengan saksama hal-hal mengenai Anak itu.” Kita mengetahui kisah lain di balik iri hati Herodes di mana ia menyuruh membunuh anak-anak yang seusia bayi Yesus saat itu. Herodes adalah simbol orang yang gila kuasa dan menindas manusia yang lain. Ia tidak mau orang lain merebut kekuasaannya di tanah jajahan Romawi itu.

Para majus melanjutkan perjalanan mereka ke Betlehem di bawah bimbingan Bintang. Mereka sangat bersukacita ketika melihat bayi Yesus dan ibunya di dalam sebuah rumah tempat bintang itu berhenti. Mereka menyembahNya dan mempersembahkan kepada Yesus emas kemenyan dan mur. Perjumpaan dengan Yesus mengubah arah hidup para majus. Mereka tidak mengikuti jalan Herodes yang jahat tetapi mengikuti jalan Tuhan ke negeri asal mereka masing-masing. Orang majus pasti kembali dengan sukacita setelah menyembah Yesus.

Kisah Injil pada perayaan Natal segala bangsa ini sangat menarik perhatian kita. Yesus adalah Terang dunia (Yoh 8:12). Ia datang ke dunia untuk menerangi semua orang dari berbagai suku dan bangsa. Ia mempersatukan kita semua sebagai saudara dan menarik kita semua kepadaNya. Dialah Raja dari segala raja dan mengundang kita untuk mematuhi kehendakNya. Dia adalah Tuhan, pencipta segala sesuatu dan segala ciptaan bertekuk lutut di hadapanNya. Dialah satu-satunya Penyelamat dan Penebus umat manusia. Ia menebus kita dengan darahNya yang mahal.

Apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita bersyukur kepada Tuhan Yesus karena Ia juga menerangi kegelapan hidup kita. Dia datang sebagai Terang yang dapat mengubah hidup kita menjadi layak di hadirat Bapa dan memperoleh martabat baru sebagai anak-anak Allah. Tugas kita saat ini di dalam Gereja adalah sebagai terang bagi sesama melalui perbuatan-perbuatan baik sehingga sesama juga bisa memuliakan Allah di Surga (Mat 5:16). Kedua, perjumpaan dengan Yesus hendaknya mengubah arah hidup kita. Kita tidak lagi mengikuti jalan Herodes yang gelap, penuh kejahatan tetapi jalan Yesus yang terang benderang. Para majus sudah mengalami perubahan arah hidup setelah berjumpa dengan Yesus, mari kita kita juga berubah dengan mengikuti jalan Tuhan. Ketiga, kita bangga karena jasa Yesus Kristus, kita juga boleh menjadi ahli waris perjanjian kasih Tuhan, menjadi anggota-anggota Tubuh Mistik Kristus. Sebagai anggota Tubuh Mistik Kristus, kita dipanggil untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan Gereja sebagai Tubuh Mistik. Rasa menggereja dan tanggung jawab sebagai umat Allah harus bertumbuh dan berkembang di dalam diri kita sebagai ahli waris Perjanjian kasih Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply