Renungan 25 April 2012 – St. Markus

Pesta St. Markus, Penginjil
1Pt 5:6b-14
Mzm 89:2-3.6-7.16-17
Mk 16:15-20

“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya!”

Fr. JohnHari ini Gereja merayakan Pesta Santo Markus Penginjil. Markus dikenal dengan nama lain Yohanes Markus (Kis 12:12.25; 15:37), merupakan Putera dari Maria di Yerusalem. Keluarganya termasuk kaum Helenistis di Yerusalem yang memberikan rumah tinggalnya bagi Gereja perdana untuk berkumpul dan berdoa (Kis 12:12-16). Dia menjadi rekan Paulus dan Barnabas dalam perjalanan misionernya yang pertama (Kis 12:25; 13:5). Namun kelihatan sepertinya dia tidak antusias dan lelah dalam perjalanan missioner ini sehingga dia kembali ke Yerusalem (Kis 13:13). Dia kemudian mengikuti Petrus ke Roma dan melayaninya selama berada di dalam penjara (Kol 4:10). Dia juga ikut melayani ketika Paulus berada dalam penjara (2 Tim 4:11). Ia mewartakan Injil di Alexandria dan gugur sebagai martir. Pada abad ke-9, relikuinya dibawa ke Venesia diletakkan di Basilika Santo Markus.

Markus menghadirkan Yesus berdasarkan pengalamannya bersama para murid dan rasul Yesus. Dia hanya sebagai bawahan atau rekan kerja dari Petrus dan Paulus ketika bersama-sama melayani. Dalam penemuan dokumen-dokumen di Qumran (7Q5) dapat diyakini bahwa Injil Markus adalah Injil tertua dibandingkan Injil yang lainnya. Ada kemungkinan ditulis sekitar sepuluh tahun seteah wafat Kristus. Dari Injil tulisannya kita menemukan gambaran Yesus sebagai Mesias yang rendah hati, rela menderita, disalibkan, diakui oleh sang prajurit: “Sungguh Dia ini Anak Allah” dan bangkit dengan mulia serta mengutus para rasul untuk mewartakan Injil kepada segala makhluk.

Menjadi pertanyaan kita adalah apa rahasianya sehingga ia dapat terinspirasi untuk mewartakan Injil? Dalam bacaan pertama, Petrus yang memanggil Markus sebagai “anaknya” menekankan satu kebajikan luhur yang kiranya dihayati Markus yaitu kerendahan hati. Petrus berkata, “Rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain sebab Allah menantang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang redah hati di bawah tangan Tuhan yang kuat supaya dapat ditinggikan olehNya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya sebab Dialah yang memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanlah iblis”. Petrus mengakhiri suratnya dengan menyeruhkan, “Berilah salam seorang dengan yang lain dengan ciuman kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian dalam Kristus”.

Meskipun Petrus menulis surat pertamanya ini untuk meneguhkan umat di Asia kecil namun pesan yang dapat kita tangkap sifatnya universal yakni kerendahan hati di hadirat Tuhan. Orang yang rendah hati akan membiarkan Tuhan berkarya di dalam dirinya dan dengan demikian orang tersebut dapat melakukan karya-karya yang besar di dalam hidupnya. Mengapa? Karena Tuhanlah yang akan meninggikannya. Sebaliknya orang yang sombong tidak akan berguna bagi Tuhan dan sesama. Orang yang rendah hati juga akan menyerahkan segala kekhawatiran hidupnya dalam tangan Tuhan. Tuhanlah yang memelihara hidupnya. Orang yang rendah hati akan berhasil melawan iblis dan kuasa jahat karena ia percaya bahwa Tuhanlah yang berkarya di dalam dirinya.

Semua ungkapan Petrus ini dihayati oleh “anaknya” Markus. Ia hanya  sebagai rekan kerja atau pelayan tetapi Tuhan memberikan kepadanya anugerah yang besar yaitu kesaksian imannya akan Yesus Kristus yang kita kenal dalam Injilnya sekarang. Injil Markus memiliki kekhasan yakni singkat, jelas dan padat.

Di dalam bacaan Injil, Markus sendiri memberi kesaksian tentang pesan terakhir Yesus sebelum naik ke surga, “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Mereka yang percaya akan diselamatkan dan yang tidak percaya akan dihukum.”Yesus juga memberi kuasa istimewah untuk menaklukan kejahatan dan menjadi berkat bagi banyak orang. Kuasa itu berupa tanda-tanda yakni: mengusir setan-setan dalam nama Yesus, berbicara dalam bahasa-bahasa baru, memegang ular, meminum racun maut, memberkati orang-orang sakit.

Sambil merayakan Pesta St. Markus kita dikuatkan pada dua hal penting. Pertama, menjadi Murid Kristus yang setia perlu kebajikan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Orang yang rendah hati akan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan termasuk kekhawatirannya. Orang yang rendah hati dapat menolong siapa saja tanpa pamrih. Kedua, Yesus adalah pusat hidup manusia. Percayalah bahwa Dia memberi kuasa dan selalu menyertai kita sampai selama-lamanya. Apakah anda selalu merasa khawatir dengan hidup? Belajarlah untuk menjadi rendah hati!

Doa: Santo Markus, doakanlah kami!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply