Renungan 30 April 2012

Senin Paskah IV

Kis 11:1-18

Mzm 42:2-3;43:3.4

Yoh 1-10

Gembala sebagai pintu bagi domba
Fr. JohnTanah Israel merupakan tanah yang cocok sebagai padang untuk menggembalakan domba dan kambing. Hampir setiap keluarga memiliki domba dan kambing. Para gembala memiliki kewajiban untuk melindungi hewan ternaknya ini. Oleh karena itu di dalam rumah-rumah mereka yang kuno, selalu ada tempat untuk mengumpulkan domba dan kambing mereka. Biasanya di lantai dasar menjadi kandang dan ada pintu kecil ukuran domba dan kambing dapat masuk ke dalamnya. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama kita mendapat gambaran bahwa domba-domba ini harus dilindungi dari hewan-hewan liar, para pencuri, bahaya-bahaya dan iklim yang tidak menentu (Kej 31:39-40). Sang gembala memimpin domba-dombanya ke padang rumput yang hijau, air yang jernih dan melindungi mereka (Mzm 23:1-4).
Para pemimpin politik dan keagamaan di Israel disamakan dengan para gembala yang memimpin sedangkan masyarakat saat itu disamakan dengan domba-domba. Masyarakat umum ini harus diperhatikan oleh para pemimpin. Yesus membaca situasi sosial politik ini dan coba masukĀ  untuk menjelaskan diriNya sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik memperhatikan domba-dombanya. HatiNya selalu berbelaskasih ketika melihat banyak orang yang datang kepadaNya seperti domba tanpa gembala (Mrk 6:34). Ia mengajar mereka, membuat tanda heran berupa penggandaan roti untuk memberi mereka makan. Ia juga menunjukkan sifat kegembalaanNya dengan meninggalkan 99 ekor yang tidak tersesat dan mencari satu yang tersesat dan ketika menemukannya, ia sangat bersukacita. (Luk 15:1-7).
Penginjil Yohanes dengan jelas menggambarkan Yesus sebagai gembala yang baik. Dia adalah pintu masuk kepada domba-domba. Gembala yang baik adalah cara Tuhan menghadirkan diriNya dalam Perjanjian Lama (Yeh 34; Mzm 23). Yesus adalah model gembala baik untuk dua hal penting: pertama, Ia rela menyerahkan nyawaNya bagi domba-dombaNya; kedua, Ia mengenal domba-dombaNya. Pengetahuan ini mengandaikan kasih yang menjadi dasar bagiNya untuk menyerahkan nyawa bagi domba-dombaNya.
Pengalaman kegembalaan ini juga dialami oleh Petrus pada awal Gereja purba. Ada kesulitan dan tantangan yang dihadapi terutama persoalan pewartaan injil kepada kaum yang bersunat dan tidak bersunat. Bangsa-bangsa lain pun dikasihi oleh Allah dan Ia menganugerahkan pertobatan yang memimpin kepada hidup.
Kita bersyukur kepada Tuhan karena Ia adalah gembala yang baik. Ia adalah pintu masuk kepada domba-domba itu. Siapakah domba-domba itu? Mereka adalah sesama di sekitar kita. Dalam hidup setiap hari kita memerlukan pintu ilahi yaitu Yesus. Masuklah melalui Yesus sebagai pintu! Dia pasti membuka dan menunjukkan jalan yang benar. Kita juga dapat menjadi pintu bagi sesama lain ketika mereka mengalami kesulitan dan tantangan hidup. Bukalah pintu hatimu, terimalah semua saudara apa adanya. Tidak ada perbedaan antara kaum yang bersunat atau tidak bersunat karena Tuhan mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan. Apakah anda dapat menjadi pintu bagi sesama?
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply