Renungan 29 Mei 2012

Hari Selasa Pekan Biasa VIII

1Ptr 1:10-16
Mzm 98: 1.2-3ab.3c-4
Mrk 10:28-31

Hidup berkelimpahan!


Semangat kemiskinan! Demikian tema umum Rekoleksi bulanan di komunitassaat itu. Setelah mengikuti konferensi tentang nilai injili kemiskinan yang kami ikrarkan, kami diajak oleh pemimpin rekoleksi untuk merenungkan lebih mendalam tema kemiskinan. Masing-masing peserta diajak untuk kembali ke kamar, membuka lemari pakaian dan menghitung isi lemari yang murni dibawa dari rumah, yang diberi oleh sahabat kenalan dan yang diberikan oleh kongregasi. Setelah setengah jam kami kembali ruangan untuk melaporkan isi lemari kami masing-masing. Pada saat itu seorang frater bersaksi, “Pater, saya sudah mencek isi lemari pakaian saya, dan saya menemukan bahwa 99,9 persen isi lemari saya diberikan oleh kongregasi kepadaku. Sisanya saya terima dari rumah dan teman-teman” Bagi saya ini sebuah kesaksian yang luar biasa! Frater sudah mengerti apa makna “Pergilah, jualah segala milikmu, berikanlah itu kepada orang miskin. Setelah itu ikutlah Yesus”

Kisah orang dewasa dalam Injil Markus yang ingin masuk surga membuka pikiran kita untuk tidak terikat pada harta dunia yang bisa dimakan ngengat (Mt 6:19). Setiap orang diperkenankan masuk  dan mencoba harta surgawi yang dijanjikan Tuhan terutama bagi mereka yang meninggalkan segalanya demi Yesus. Harta surgawi yang dimaksud adalah kekudusan, kesempurnaan bersama Tuhan yang kudus dan sempurna.

Petrus sebagai pemimpin menyadari sikap lepas bebas sebagai murid dan berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau”.  Nah Yesus,  menggunakan kesempatan untuk menjelaskan kepada Petrus dan para murid lainnya: “Barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu atau Bapa, anak-anak atau ladangnya pada masa ini akan menerima seratus kali lipat sekalipun ada penderitaan dan pada masa depan akan memperoleh hidup kekal”. Artinya, dengan meninggalkan segalanya, seorang murid Tuhan yang setia pada masa ini juga tetap hidup berkelimpahan. Dengan meninggalkan segalanya, seorang murid Tuhan mendapat rumah baru, saudara dan saudari baru, ibu dan bapa baru, anak-anak baru dan ladang baru. Semuanya berkelimpahan! Semuanya ada di dalam Tuhan.


Pada akhir Injil Yesus berkata, “Banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu”. Di sini, Yesus juga mau mengatakan bahwa mereka yang kaya dan berkuasa memang terlampau mengandalkan kekayaan dan kuasa, akan menjadi yang terakhir, sedangkan para murid yang setia akan menjadi orang yang pertama masuk surga. Itulah hidup berkelimpahan yang paling sempurna.

Meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus merupakan jalan menuju kekudusan. Para nabi telah mengalaminya sendiri. Mereka meninggalkan negeri dan keluarganya untuk mewartakan kebesaran Tuhan. Petrus dalam bacaan kedua mengingatkan orang beriman di Asia kecil bahwa para nabi dengan kuasa Roh Kudus bukan melayani diri mereka sendiri tetapi melayani Injil dan memberitakannya. Petrus juga menasihati mereka supaya meninggalkan hawa napsu dan hidup dalam kekudusan. Tuhan yang telah memanggil mereka adalah Tuhan yang kudus maka mereka juga hendaknya hidup dalam kekudusan.

Sabda Tuhan hari ini membuka pikiran kita untuk memahami kebesaran Tuhan. Tuhan Yesus mengingatkan para rasul yang telah meninggalkan segalanya bahwa mereka akan hidup berkelimpahan. Oleh karena itu mereka tidak boleh menjadi takut atau serakah. Kemiskinan apostolic yang mereka miliki akan membuat mereka menjadi orang-orang pertama masuk ke dalam kerajaan surga. Inilah hidup berkelimpahan yakni kekudusan karena Tuhan sendiri bersabda: “Hendaklah kalian kudus, seperti Aku kudus adanya.

Apakah anda menyadari bahwa anda juga sedang hidup dalam kelimpahan? Mungkin pikiran kita terlalu sempit karena hanya berpikir bahwa hidup berkelimpahan berarti “punya banyak harta sampai tujuh turunan”. Hidup berkelimpahan berarti hidup bersama Allah yang kudus, Allah yang menciptakan segala sesuatu, Allah yang kekal! Allah menjadi segala-galanya bagi kita! Apa yang kiranya masih kurang dalam hidupmu kalau sudah tinggal bersama Allah?

Doa: Tuhan terima kasih. Engkaulah segalanya bagiku. Semoga aku menjadi kudus sebagaimana Engkau sendiri kudus adanya. Amen.

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply