Renungan 4 Agustus 2012

Hari Sabtu, Pekan Biasa XVII

St. Yohanes Maria Vianney

Yer 26:11-16.24

Mzm 69: 15-16.30-31.33-34

Mat 14:1-12

Orang benar selalu menjadi korban ketidakadilan sosial


Penginjil Matius menutup Bab 13 yang berisi tujuh buah perumpamaan yang dikatakan Yesus tentang Kerajaan Sorga. Perumpamaan tentang penabur, perumpamaan tentang lalang di antara gandum, Perumpamaan tentan biji sesawi dan ragi, penjelasan perumpaman tetang lalang di antara gandum, perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga, perumpamaan tentang pukat dan diakhiri dengan penolakan Yesus di kampung halamanNya. Ketujuh perumpamaan ini menggambarkan kemegahan Kerajaan Sorga dan siapa yang layak tinggal di dalamnya. Untuk masuk dalam Kerajaan Sorga maka misi Yesus harus dipenuhi yakni Ia harus mengorbankan diriNya demi keselamatan manusia. Itu sebabnya Matius tidak keliru menempatkan bagian terakhir dari semua perumpamaan ini tentang penolakan orang-orang Nazareth terhadap Yesus. Orang Nazareth menolak Yesus itu sama dengan Israel menolak Yesus. Yesus sendiri nantinya akan berkata, “Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Mat 17:22-23). Penolakan terhadap Yesus mencapai puncaknya pada peristiwa penyalibanNya.


Yesus tidak sendirian mengalami penolakan di Nazareth. Para nabi sebagai utusan Allah pun mengalami penolakan. Dalam bacaan pertama, Yeremia menceritakan pengalaman dirinya ditolak karena mengatakan Firman Tuhan berupa teguran yang keras supaya orang-orang zamannya dapat berubah. Melalui Yeremia, Tuhan menegur umatNya yang keras hati dan tidak mau mendengarNya. Nabi Yeremia mengatakan nubuat Tuhan apa adanya bahwa kalau mereka tidak mendengar suara Tuhan dan para nabiNya niscaya mereka akan hancur seperti kota Silo. Perkataan ini menyinggung perasaan para pendengarnya terutama para imam, nabi dan pemuka rakyat. Mereka terang-terangan mau membunuh Yeremia. Dengan kuasa Tuhan, Yeremia tetap pada pendiriannya dengan mengatakan, “Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu”. Yeremia mengingatkan mereka untuk bertobat yakni dengan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan mereka yang jahat serta mendengar suara Tuhan. Yeremia juga mempersilakan mereka untuk berbuat apa saja kepada dirinya dan kalau sampai membunuhnya maka darahnya akan menjadi tanggungan mereka. Pada akhirnya Yeremia dibebaskan.


Orang-orang yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan terkadang menjadi korban ketidakadilan sosial. Yeremia tidak bernubuat atas namanya sendiri tetapi dia mengalami penolakan, intimidasi bahkan nyaris dibunuh oleh orang-orang dekatnya. Dosa dan kebiasaan buruk banyak kali menutup indera manusia sehingga tidak peka lagi dengan hidup sebagai manusia yang sebenarnya. Hati nurani tidak berfungsi lagi karena dosa. Orang-orang dekat saja dapat menjadi musuh.


Pengalaman Yeremia dilengkapi secara sempurna oleh Yohanes Pembaptis. Dia juga menjadi korban ketidakadilan sosial pada zamannya. Dia pernah tampil memukau di depan banyak orang karena pewartaannya berupa seruan tobat dan pembaptisan sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Yesus. Ketika melihat Herodes sebagai pemimpin mengalami kemerosotan moral maka sebagai nabi, Yohanes menjalankan kuasa Tuhan untuk mengoreksinya. Ia berkata kepada Herodes, “Tidak halal Engkau mengambil Herodias, isteri saudaramu”. Herodes tersinggung karena teguran Yohanes maka ia pun memenjarakan Yohanes. Pada akhirnya kemerosotan moral itu sempurna ketika kepala Yohanes dipenggal Herodes. Herodias bersukacita. Herodes yang sebelumnya segan dengan Yohanes akhirnya puas juga dengan menghilangkan nyawa orang benar.


Kemartiran Yohanes Pembaptis memiliki dampak yang besar terhadap Yesus dan pewartaanNya. Herodes sendiri berkata, “Inilah Yohanes Pembaptis. Ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu ada di atasNya”. Herodes benar-benar buta sehingga tidak membedakan mana Yesus dan mana Yohanes Pembaptis. Namun dibalik kejahatannya, tersimpan rasa kagum terhadap Yohanes karena banyak orang mengatakan bahwa Yohanes adalah nabi. Ia juga mendengar tentang Yesus karena segala mukjizat yang dilakukanNya meskipun hanya menyangkah bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang  bangkit.


Sebuah kesaksian yang menarik perhatian kita adalah Herodes mendengar tentang Yesus (Mat 14:1) namun mendengarnya Herodes ini tidak membangkitkan rasa apa-apa. Dia menyangka bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Herodes telah tiada tetapi sikapnya masih dimiliki oleh banyak orang pada zaman ini. Banyak orang bahkan kita sendiri mungkin mendengar tentang Yesus tetapi masalahnya adalah apakah kita sungguh-sungguh mengimaninya? Siapakah Yesus itu sebenarnya bagi kita? Kita seharusnya menjawab pertanyaan ini tidak seperti Herodes yang yakni bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit (Mat 14:2). Kita dapat menggunakan jawaban Petrus ketika Yesus bertanya “Siapakah Aku” dan Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:15-16).


Sabda Tuhan hari ini membuka pikiran kita untuk berlaku adil terhadap sesama. Terkadang nafsu manusiawi untuk berkuasa, untuk memiliki harta kekayaan membuat hati dan indera kita tertutup bagi Tuhan dan sesama. Kita mungkin saja menjadi korban ketiadakadilan sosial meskipun kita berada di pihak yang benar. Kita juga mungkin sadar atau tidak sadar mengorbankan sesama kita dengan tuduhan, fitnahan dan gosip-gosip terentu. Apa untungnya kita menghancurkan hidup orang lain, lebih lagi hidup orang yang tidak bersalah atau hidup orang benar?


Doa: Tuhan berilah kami kemampuan untuk bersaksi tentang Kristus. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply