Homili Hari Minggu Biasa XVIII/B

Hari Minggu Biasa XVIII/B

Kel 16:2-412-15
Mzm 78: 3.4bc.23-24.25.54
Ef 4:17.20-24
Yoh 6:24-35


Tuhan, berilah kami roti itu senantiasa!


Pada suatu kesempatan saya berjumpa dengan seorang dokter. Setelah konsultasi dengan beliau tentang obesitas yang saya miliki dia pesan dengan wajah yang serius, “Romo John, kamu masih muda dan Tuhan masih membutuhkanmu untuk melayaniNya. Silahkan berperang melawan obesitasmu. Makanlah roti gandum sebagai pengganti nasi. Roti gandum memang tidak ada rasa tetapi akan menambah panjang usia dan pelayananmu.” Wah saya terharu dengan nasihat dokter ini. Dia care sekali dengan kesehatanku. Perawat di sampingnya menambahkan, “Romo kesehatan itu mahal”.Saya kembali ke rumah dan mengingat kata-kata dokter tadi: “Roti tawar itu tidak ada rasa tetapi akan menambah panjang usia dan pelayananmu”.


Sabda Tuhan pada hari ini menghadirkan Yesus sebagai Roti Hidup. Roti memang merupakan sumber nutrisi bagi banyak orang di dunia sesuai dengan letak geografisnya. Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dikisahkan bahwa Tuhan senantiasa memperhatikan umatNya dengan memberi mereka makan Mana di padang gurun. Di dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus menamakan dirinya Roti Hidup yang turun dari Surga dan barangsiapa makan roti itu akan hidup selama-lamanya.Dia lalu mengajak murid-muridNya untuk percaya bahwa dirinya adalah Roti Hidup yang benar. Untuk dapat memiliki Roti Hidup ini maka orang perlu melupakan dosa-dosa dan egoismenya sehingga dapat hidup dalam kebenaran dan kekudusan.


Dalam bacaan pertama dikisahkan bagaimana umat Israel melintasi padang gurun dan mengalami kelaparan. Mereka bersungut-sungut kepada Musa dan Harun katanya, “Ah kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”Apabila kita renungkan perkataan orang-orang Israel ini maka rasa bersungut-sungut ini sebenarnya tidak punya dasar. Tuhan begitu baik hati mengeluarkan mereka dari perbudakan Mesir. Mereka tidak mau bersyukur tetapi bersungut-sungut kepada Tuhan melalui Musa dan Harus sebagai Utusan Tuhan. Tuhan menunjukkan kesabaran dan kemurahan hatinya dengan menurunkan Roti yang disebut Manna pada pagi hari dan pada petang hari daging burung puyu. Dengan memakan roti dan daging burung puyu maka orang Israel akan mengenal Tuhan sebagai Allah mereka. Musa berkata kepada mereka, “Inilah Roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makanan.” Dengan memakan Roti dan daging  burung puyu ini orang-orang Israel juga dicobai oleh Tuhan. Apakah mereka tetap setia menurut hukum Tuhan atau tidak. Apakah mereka dapat menata kembali iman mereka kepada Tuhan atau tidak.


Dalam bacaan kedua, Paulus mengajak umat di Efesus untuk bertumbuh menjadi baru. Paulus menegaskan, “Janganlah lagi hidup dengan pikiran yang sia-sia seperti orang yang tidak mengenal Allah.Kamu telah belajar mengenal Kristus. Oleh karena itu kamu harus meninggalkan manusia lama yang menemui kebinasaan oleh karena nafsu yang menyesatkan supaya kamu dapat dibaharui dalam Roh dan pikiranmu”. Pada akhirnya Paulus berkata,”Hendaklah kalian mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah, hidup dalam kebenaran dan kekudusan.” SharingPaulus ini berdasar pada pengalamannya sendiri yang beralih dari hidup lama sebagai Saulus menjadi Paulus yang mengenakan hidup baru. Sharing Paulus ini menjadi lengkap ketika menyapa Yesus sebagai Tuhan, Kristus dan Yesus. Sebuah urutan yang menunjukkan bahwa Yesus itu sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia.


Dalam bacaan Injil dikisahkan Yohanes bahwa setelah membuat mukjizat dengan memperbanyak Roti dan Ikan, Yesus menyingkir seorang diri ke gunung untuk menghindari masyarakat yang mau mengangkat Dia sebagai raja. Dari gunung, Ia ke Kapernaum dan di sana Ia berjumpa dengan para muridNya. Yesus menjelaskan lebih dalam lagi simbol Roti bagi para muridNya. Tetapi sebelum menjelaskannya Ia menegur mereka, “Sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti dan kenyang. Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa melainkan untuk makanan yang dapat bertahan hingga hidup kekal yang diberikan oleh Anak Manusia.” Para murid merasa bahwa teguran Yesus ini keras bagi mereka. Mereka harus berusaha untuk membaharui motivasi mengapa mengikuti Yesus. Apakah mengikuti Yesus hanya untuk makan dan minum atau untuk memperoleh hidup kekal. Mereka lalu bertanya kepada Yesus tentang syarat apa yang harus mereka penuhi. Bagi Yesus, syaratnya adalah percaya kepadaNya sebagai Utusan Allah. Perkataan Yesus ini juga masih membingungkan mereka. Yesus lalu menjelaskan bahwa Mana yang dimakan oleh nenek moyang mereka di Padang Gurun juga merupakan pemberian dari Bapa di Surga, bukan pemberian Musa. Roti dari Surga memberi hidup kepada dunia.


Penjelasan Yesus ini membangkitkan semangat para muridNya. Hanya saja semangat ini tetap bersifat manusiawi. Mereka butuh roti untuk kepentingan fisik belaka dan lupa menyadari bahwa yang Yesus maksudkan adalah TubuhNya sendiri sebagai santapan rohani. Kata mereka, “Tuhan berikanlah kami roti itu, senantiasa.” Yesus dengan tegas berkata, “Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.


Sabda Tuhan pada hari ini mengarahkan kita untuk menyadari kasih dan kemurahan Tuhan yang tiada batasnya bagi manusia. Sebagaimana umat Israel di Padang Gurun mengeluh kepada Tuhan melalui Musa dan Harun, namun Tuhan tetap murah hati dan setia kepada umatNya. Ia memberikan roti dan daging sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan mereka ke tanah terjanji.Tuhan bermurah hati tetapi manusia tetap bersungut-sungut! Tuhan sendiri yang memberi roti  dari Surga. Roti yang  turun dari Surga yang sebenarnya adalah Yesus sendiri. Yesus memberi hidup kekal kepada umat kesayanganNya. Roti atau Mana di padang gurun dimakan dan orang masih meninggal dunia. Roti Surga yang diberikan Yesus membuat orang bertahan hidup selama-lamanya.


Sabda Tuhan juga menyadarkan kita tentang pentingnya hidup baru dalam Roh. Paulus menjelaskan hidupnya kepada umat di Efesus  dan mengajak mereka untuk beralih dari hidup lama ke hidup baru. Hidup lama masih ditandai dengan egoisme dan nafsu-nafsu namun hidup baru harus dimiliki karena Yesus, Kristus dan Tuhan. Dengan demikian hidup baru berarti hidup dalam kebenaran dan kekudusan. 

Sikap-sikap Yesus yang harus tetap kita miliki bersama adalah berbelas kasih terhadap sesama manusia yang lapar, haus dan miskin. Kita juga dingatkan untuk haus akan Sabda dan melakukannya di dalam hidup. Yesus berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat 4:4b). Mari kita bertumbuh menjadi baru.


Doa: Tuhan, berilah kami Roti itu senantiasa. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply