Yesus menampakkan kemuliaanNya
Dan 7: 9-10.13-14
Mzm 97:1-2.5-6.9
Mrk 9:2-10
Betapa bahagianya kami di tempat ini!
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas sebuah gunung yang tinggi. Pesta ini sering disebut juga dengan nama Transfigurasi. Perayaan ini sebelumnya sangat populer di Gereja Timur. Di Gereja Barat atau Gereja katolik, perayaan ini resmi dirayakan secara liturgis pada tahun 1457. Pesta ini juga menjadi ucapan syukur atas kemenangan tentara kristiani yang memukul mundur pasukan Turki di Belgrado.
Yesus mengenal semua muridNya dan tingkat pemahaman mereka tentang diriNya. Ia sendiri sudah menjelaskan tentang Kerajaan Surga, membuat tanda-tanda heran, mengajar dengan kuasa dan wibawa tetapi semuanya ini belum membuat para murid mengenal lebih dalam identitasNya. Yesus tidak berhenti mencari jalan untuk menjelaskan identitasNya. Penginjil Markus memberi kesaksian bahwa di kampung-kampung Kaisarea Filipi, Yesus bertanya kepada mereka seputar identitas dan pengenalan mereka tentangNya. Ia bertanya kepada para muridNya: “Kata orang siapakah Aku?” Para murid menjawab, “Kata orang Engkau adalah Yohanes Pembaptis, Elia atau salah seorang nabi”. Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu siapakah Anak Manusia itu?” Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias” (Mrk 8:27-30). Setelah pengakuan Petrus ini, Yesus secara terang-terangan berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita, sengsara demi menyelamatkan umat manusia. Inilah misi terpenting dari Yesus yang harus diketahui para muridNya.
Enam hari setelah Petrus mengakui imannya dan Yesus sendiri memberitakan misteri paskahNya, Ia membawa tiga murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes mendaki sebuah gunung yang tinggi dan mereka sendirian saja. Dalam tradisi gereja, Tabor adalah nama gunung di mana Yesus bersama ketiga murid intiNya ini berada dan Yesus menampakan kemuliaanNya kepada mereka. Apa yang terjadi dengan Yesus? Penginjil Markus bersaksi, “Yesus berubah rupa di depan mata para muridNya, pakaianNya sangat putih berkilat-kilat. Tak seorang pun di dunia ini yang memiliki pakaian seperti Yesus.” Penginjil Matius bersaksi, “WajahNya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang” (Mat 17:2). Kemuliaan Yesus ini semakin jelas dengan hadirnya dua wakil para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama yaitu Musa dan Elia yang sedang berbicara dengan Yesus. Musa dengan Kitab Tauratnya di mana sudah mulai ada nubuat-nubuat tentang Yesus, sang Mesias. Elia mewakili para nabi dan dialah yang juga dinantikan oleh umat Israel bahwa ia akan datang kembali sebagai Mesias (Mat 11:14; Mrk 9:11). Apa yang mereka bicarakan bersama? Mungkin tentang keselamatan manusia yang ditawarkan Bapa menjadi sempurna di dalam Yesus.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apa tujuan Yesus menampakkan kemuliaanNya di depan ketiga rasul inti ini? Pada dasarnya Yesus mau mempertegas identitas dan tugas perutusanNya di dunia sebagai Penyelamat. Dialah Mesias dan satu-satunya Juru Selamat dunia. Yesus juga meneguhkan hati para rasul supaya iman mereka tidak goyah ketika menyaksikan kesengsaraanNya. Kita ingat peran Petrus adalah sebagai pemimpin para rasul, wadas di mana Yesus mendirikan jemaatNya. Yakobus nantinya menjadi uskup pertama di Yerusalem dan rasul pertama yang meminum cawan kemartiran. Yohanes adalah murid yang dikasihi, menunjukkan kemartiran kasih dan kemurniannya sampai tuntas bagi Yesus. Pengalaman-pengalaman pribadi mereka diperkuat oleh kebersamaan dengan Yesus di Tabor. Yesus juga sekaligus menghibur para rasulnya bahwa ketika menjalani perutusan sebagai rasul, mereka akan mengalami banyak kesengsaraan dan kesulitan tetapi ada jaminan hidup abadi, hidup dalam kemuliaan Bapa di surga. Mereka adalah orang benar yang bercahaya seperti matahari di dalam Kerajaan surga (Mat 13:43).
Dengan memandang Yesus yang berubah rupa, Petrus tidak tahu apa yang harus diungkapkannya. Dia juga ketakutan dan berkata kepada Yesus, “Rabi, betapa bahagianya kami ditempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Spontanitas seperti ini memang bagus, tetapi belum berakar, belum menunjukkan kesetiaan iman sebagai rasul. Petrus nantinya masih menyangkal Yesus dan Yesus sendiri harus menguatkannya lagi. Dalam suasana seperti itu ada suara yang keluar dari dalam awan, “Inilah AnakKu terkasih, dengarkanlah Dia”. Ini adalah pengakuan Bapa kepada PuteraNya. Ketiga rasul inti memandang Yesus di hadapan mereka. Tidak ada lagi Musa dan Elia, hanya Yesus seorang diri saja. Yesus sudah menggenapi Taurat dan nubuat para nabi. Mendengar Yesus berarti tinggal bersama Yesus, mengkontemplasikan diriNya, mengikuti jejakNya, mempraktekkan nasihat-nasihatNya, mengangkat salib masing-masing dan mengikutiNya dari dekat.
Yesus menampakan kemuliaanNya berarti Ia sungguh-sungguh memperlihatkan keilahianNya. Supaya tidak terjadi salah paham dalam komunitas para MuridNya maka Yesus melarang mereka untuk tidak menceritakan kepada siapa pun sampai Anak Manusia bangkit dari kematianNya (Mrk 9:9). Kristus berbicara kepada kita melalui InjilNya dan kita berdoa dengan menggunakan kata-kata St. Petrus, “Guru, betapa bahagianya kita berada di tempat ini” (Mrk 9:5), terutama setelah menerima Tubuh dan DarahNya di dalam perayaan Ekaristi.
Dengan merayakan pesta Transfigurasi ini kita semua belajar tentang kebahagiaan kekal yang menjadi tujuan hidup kita di dunia ini. Kita belajar pada pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes yang merasa bahagia di atas gunung Tabor, sehingga mereka semakin fokus pada Yesus, dan juga ingin mengalami kebahagiaan kekal di surga. Kita ingat kata-kata St, Paulus, “Apa yang tidak dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak timbul dari hati manusia, semua disediakan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2:9). Mari kita ikut masuk dalam awan-awan dan mengikuti Musa dan Elia berbicara dengan Yesus dari hati ke hati. Mari kita ikut bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes yang memandang Yesus dan kemuliaanNya. Kita juga punya kerinduan untuk mengalami hidup yang sama di surga kelak.
Doa: Tuhan, semoga kami selalu memiliki kesempatan untuk berbicara dan mendengarMu. Amen
PJSDB