Renungan 13 September 2012

St. Yohanes Krisostomus

1Kor 8:1b-7.11-13
Mzm 139 1-3.13-14ab.23-24
Luk 6:27-38

Kuasa kasih Allah
Yohanes Krisostomus  lahir pada tahun 349 di Antiokhia. Ia belajar ilmu hukum dan retorika. Pada tahun 369 ia dibaptis. Tahun 374 mengasingkan diri dengan sekelompok Eremit di suatu gunung dekat Antiokhia. Tahun 386 ditahbiskan imam dan berkat kotbah-kotbahnya ia segera terkenal. Tahun 397 diangkat menjadi Batrik di Alexandria. Sejak saat itu hidupnya sebagai seorang rahib dan diisinya dengan berkotbah, menerangkan Kitab Suci, merawat orang-orang miskin dan sakit. Ia juga menganjurkan setiap orang untuk sering menerima komuni kudus dan berdevosi kepada rahasia-rahasia ilahi. Karena sangat kritis terhadap orang-orang kaya maka ia dibuang ke Armenia. Ia kemudian dibuang lagi ke timur laut Hitam. Dalam perjalanan ini ia meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia ia selalu mengucapkan kata-kata ini, “Terpujilah Allah di atas segala-galanya”. Ia dikenal dengan sebutan “sang mulut kencana”. Hikmat yang diperoleh dari Tuhan dipakainya dalam berkotbah dan menerangkan Sabda.
Kehidupan St. Yohanes Krisostomus kiranya tepat dengan perkataan Paulus dalam bacaan pertama. Paulus berbicara tentang hidup orang-orang Korintus yang merasa diri sombong karena pengetahuan yang mereka miliki. Paulus berkata, “Kita semua memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong tetapi kasih membangun. Jika ada seorang menyangka bahwa ia mempunyai  sesuatu pengetahuan maka ia belum juga mencapai pengetahuan sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.” Nah di sini jelas kelihatan bahwa yang paling tinggi nilainya adalah kasih bukan pengetahuan. Kasih dapat membangun, membantu orang menahan diri dan mampu memperhatikan kepentingan bersama. Suara hati menjadi salah satu hal penting untuk mempersatukan setiap pribadi. Dengan berdasar pada Kristus yang telah wafat bagi semua orang maka orang belajar untuk membangun kasih yang tak berkesudahan di dalam dirinya.
Yohanes Krisostomus juga mendasarkan segala tindakannya pada kasih Kristus yang mengorbankan diriNya bagi manusia. Yohanes Krisostomus menunjukkan dirinya sebagai “sang mulut kencana” ketika ia berkotbah dan mengajar Kitab Suci. Salah satu kotbahnya yang kiranya menjiwai surat St. Paulus dalam bacaan pertama adalah ketika ia mengecam orang-orang kaya yang lupa diri di hadirat Tuhan dan sesama. Ia berkata, Ketika serdadu-serdadu menyerang, kota terbakar… ketika amuk pasukan menimpa kita, di mana kaum kaya waktu itu? Di mana budak-budak? Mereka semua lari…. dan semua rumah-rumah besar? Semua dipasang palang dan digembok. Apakah saya masih menjadi pengganggu yang tak dapat ditanggung karena saya terus-menerus berkata bahwa kekayaan mengkhianati mereka yang menyalahgunakannya? … Saya tidak melarang kalian menjadi kaya; tetapi bila kalian mengambil apa yang menjadi milik orang lain, saya tidak dapat menahan lidah saya. Apakah kalian hendak melempari batu kepada saya? Saya bersedia untuk mencurahkan darah jika saya dapat menjadi penghalang untuk dosa. Saya tidak takut terhadap kemarahan atau kebencian. Kaum kaya dan kaum miskin sama-sama anak-anak saya, dan jika kalian menyerang orang miskin, maka saya menyerang kalian.”
Cinta kasih itu sifatnya universal. Kita belajar dari Tuhan sendiri yang mengasihi kita apa adanya. Penginjil Lukas, setelah menghadirkan Yesus dengan Sabda BahagiaNya, kini ia menghadirkan Yesus dengan pengajaranNya yang mendalam tentang hukum kasih. Kasih ini berasal dari Allah karena Allah adalah kasih. Allah kita adalah Allah yang murah hati sehingga setiap umatNya patut menghayati kemurahan hatiNya. Sehubungan dengan ini, Yesus bersabda: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” Kasih Yesus dikatakan universal karena tidak hanya dilakukan bagi orang-orang yang baik saja tetapi juga bagi orang-orang yang jahat dengan kita. 

Perhatikanlah pengajaran Yesus dalam hidupmu: Anda memiliki musuh? Kasihilah dia atau mereka. Pertanyaan bagi kita: Apakah mampu mengasihi musuh-musuh kita? Apakah anda tahu bahwa ada orang yang membencimu? Jawabannya pasti ada dan banyak yang membenci. Apa yang harus anda lakukan? Selalu berbuat baik untuk orang itu. Jangan balas membencinya. Apakah anda dikutuk oleh seseorang? Jawabannya: pasti ada dan banyak yang mengutuk atau mengumpat. Bagi mereka ini, mintalah berkat dari Tuhan dan jangan membalasnya dengan kutukan. Apakah anda dicaci maki oleh seseorang? Jawabannya: ada dan banyak yang sering mencaci maki. Apa yang dapat kita lakukan? Ya, berdoalah supaya orang itu tidak mencaci makimu lagi. Jangan membalas dengan caci maki yang sama. Nah, di dalam hidup setiap hari kita selalu bertindak berlawanan dengan ajaran Yesus dalam Injil hari ini.
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang harus kita lakukan di dalam hidup ini? Ada praktek-praktek cinta kasih yang patut kita lakukan setiap saat kehidupan kita: tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi balaslah dengan kebaikan. Selalu bermurah hati seperti Bapa di Surga selalu bermurah hati adanya. Semangat untuk saling mengampuni. Banyak orang ingin diampuni tetapi dia sendiri tidak mampu mengampuni sesamanya. Jangan menghakimi supaya orang lain juga tidak main hakim terhadapmu. Dari semua ini, puncaknya adalah kasih. Kasih adalah segalanya maka hiduplah dalam kasih dan bawalah kasih Tuhan bagi sesama yang lain.
Doa: Tuhan, terima kasih atas kuasa kasihMu di dalam hidup kami setiap hari. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply