Meditasi:
Mrk 8:27-35
Engkau adalah Mesias!
Ketika membaca Injil Markus, satu ide yang muncul dan langsung kita tangkap adalah pertanyaan tentang siapakah Yesus Kristus itu sendiri. Penginjil Markus memulai Injil ini dengan kesaksian, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mrk 1:1). Ada dua kata kunci identitas Yesus di sini: Yesus sebagai Kristus dan Yesus sebagai Anak Allah. Selanjutnya kalau kita boleh membagi Injil Markus ini atas dua bagian maka akan terjadi seperti ini: Kedua bagian itu selalu ada pengakuan iman akan Yesus Kristus. Pada bagian pertama Injil Markus diakhiri dengan pengakuan iman Petrus, “Engkau adalah Kristus” (Mrk 8:29) dan pada akhir bagian kedua, seorang prajurit Romawi mengenal keilahian Yesus, “Sungguh orang ini adalah Anak Allah” (Mrk 15:39).
Bagian Pertama dari Injil Markus (1, 14-8:30) berpusat pada karya dan kehidupan Yesus secara umum di Galilea. Kisah kemesiasan Yesus sangat progresif. Pada bagian awal ini dihiasi dengan kisah panggilan para murid perdana di mana Yesuslah yang punya inisiatif untuk memanggil dan para murid pun segera meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Panggilan dan perutusan (misi) selalu beriringan. Setelah mengembangkan beberapa tema ini, Penginjil mencoba membuka wawasan banyak orang dan para MuridNya untuk memahami siapakah Yesus yang lagi populer ini. Semua ini berpuncak pada perikop kita (Mrk 8:27-30) yang intinya adalah pengakuan iman Petrus. Setelah pengakuan iman Petrus dilanjutkan dengan awal bagian kedua dari Injil (Mrk 8:31-35), bagian yang merupakan akhir perikop kita juga, di mana Yesus menggiring para muridNya ke Yerusalem, sekalian mengumumkan penderitaanNya. Nah peristiwa ini sebetulnya sudah dimulai dengan berita penyembuhan yang dilakukan Yesus dalam Mrk 8:22-26 dan ini juga khusus pada Injil Markus. Kisah ini merupakan tahapan perjalanan pemuridan Yesus: harus membiarkan diri mereka dibimbing dan mata mereka dibuka untuk mengenal siapakah Yesus itu sebenarnya. Tidak hanya berhenti pada mengenal tetapi mengimaniNya juga.
Selanjutnya
Perikop kita dibagi lagi atas dua bagian untuk mempermudah pemahaman kita. Bagian pertama: Mrk 8:27-30: isinya adalah pertanyaan Yesus dan jawaban dari para murid. Kisah ini diawali dengan sebuah gerakan dan perubahan geografis “Yesus dan para muridNya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipe”. Jawaban Petrus atas pertanyaan Yesus merupakan pengenalan akan identitas Yesus dan pengakuan imannya. Bagian kedua Mrk 8: 31-35: bagian ini bertepatan dengan bagian kedua dari Injil Markus. mengikuti skema dasar Injil Markus, dimulai dengan katekesis Yesus tentang tujuan hidupNya: sengsara, wafat dan kebangkitanNya.Dia adalah benar-benar Kristus artinya yang diurapi atau yang ditahbiskan tetapi untuk menjadi Kristus berarti harus mati! Yang sedang Yesus jelaskan (ayat 31) kepada para murid adalah terlalu luas dan sulit untuk dipahami dan diterima oleh akal budi para muridNya. Petrus dengan pikiran manusiawinya tidak menyetujui penjelasan Yesus tentang Mesias yang menderita. Itu sebanya Yesus menegur Petrus dengan keras, “Enyalah iblis!Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Masalahnya?
Penegasan bahwa Yesus adalah Kristus tidak membantu pemahaman yang penuh tentang pribadiNya bahkan sulit ditangkap dalam alam pikir Kristiani. Petrus, dan teman-temannya sendiri pun tidak mengerti apa makna Kristus itu sendiri atau menjadi Kristus itu artinya apa. Kata Yunani Cristhos atau dalam bahasa Yahudi Mashiach berarti yang diurapi atau ditahbiskan. Maka Kristus berarti Pribadi yang dikuduskan karena pengurapan suci. Dalam budaya Yahudi, pengurapan selalu terjadi pada pribadi yang hendak menjadi raja. Maka Yesus diakui sebagai Mesias, Raja yang dapa membaharui kerajaan Daud.
Pada zaman Yesus, banyak opini yang beredar yang membicarakan tentang siapakan Mesias itu sebenarnya. Mesias sebagai figur penting yang dapat menyelamatkan umatNya. Mesias juga selalu dikaitkan secara politis. Itu sebabnya Yesus selalu melarang para muridNya untuk menceritakan kepada orang tentang segala yang berhubungan denganNya. Para rasul sendiri menanti kedatangan Mesias dan berharap dapat ikut serta dalam jabatan tertentu. Tetapi Yesus bukan Mesias dalam makna seperti ini. Dia tetaplah Mesias yang menderita.
Apa yang dapat kita tangkap?
Terlepas dari pemahaman teologis perikop kita ini, apa yang dapat kita ambil sebagai pesan rohani?
*Kata orang, siapakah Aku ini?
Sebagaimana dikatakan di atas bahwa Yesus bergerak bersama para muridNya dan berada di daerah Kaisarea Filipi. Daerah ini termasuk daerah yang kecil. Para murid Yesus menelusuri daerah yang kecil dan sulit dijangkau untuk karya pewartaan. Ini kiranya berhubungan dengan perjalanan rohani para murid untuk menjadi matang. Perubahan secara geografis dibantu oleh pertanyaan Yesus “Kata orang siapakah Aku” membuat para murid terbantu untuk berefleksi dan mengenal siapakah Yesus. Kata orang itu gampang karena opini orang lain: Yohanes pembaptis, Elia atau satu dari para nabi. Jadi orang kebanyakan hanya berpikir bahwa Yesus adalah juru bicara Tuhan, hanya seorang nabi!.
*Menurut kamu, siapakah Aku?
Pertanyaan Yesus ini lebih berhubungan langsung dengan masing-masing pribadi. Mereka tidak hanya bertumbuh menjadi matang dalam hidup rohani dan iman karena perkataan orang lain tetapi iman itu sifatnya pribadi. Apakah orang sungguh mengimani Tuhan Yesus atau iman karena ikut-ikutan saja. Petrus mewakili para murid dan berkata, “Engkau adalah Kristus”. Kalau dalam Injil Matius: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:16). Mengapa Petrus hanya menjawab setengah saja? Karena Markus akan melengkapi pengakuan iman ini dengan pengakuan prajurit Romawi di bawah kaki Salib.
* Yesus harus menanggung banyak beban
Yesus menyampaikan misiNya yang benar: menderita, wafat dan bangkit! Dia menjadi hamba yang menderita: ditolak oleh tua-tua, oleh imam-imam kepala dan ahli Taurat, dibunuh dan bangkit pada hari ketiga. Ini yang membuat Petrus tidak menerimanya. Seorang Mesias harus mulia bukan menderita maka ia mendapat teguran keras. Mengakui iman belum merupakan jaminan mutlak layak dihadapan Tuhan, orang harus tetap terbuka padaNya. Ada sinkroniasai hati dan budi!
* Mau mengikuti Aku
Penunjuk jalan bukan Petrus dan para muridNya. Yesus sendiri sebagai jalan, harus menunjuk jalan maka para murid berada di belakangNya. Mau ikut Yesus? Ya, ikuti Dia dari belakang, lihat dan ikutlah Dia! Jalan Yesus adalah Salib maka pikulah salibmu. Salib adalah pengorbanan hidup yang membuat kita menderita tetapi membahagiakan banyak orang. Yesus berada di depan, kita berada di belakangNya. Iman kita kepadaNya bertumbuh menjadi matang karena mata kita selalu tertuju padaNya. Dia sungguh Anak Allah!
PJSDB