Homili Hari Minggu Biasa XXIV/B – 2012

Hari Minggu Biasa XXIV/B
Yes 50: 5-9a
Mzm 116:1-2.3-4.5-6.8-9
Yak 2:14-18
Mrk 8:27-35

Engkau adalah Mesias!

Hubungan antar pribadi manusia di dasarkan pada komunikasi, saling pengertian dan saling menerima satu sama lain. Dari Kitab Suci, kita belajar bagaimana Tuhan menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada, dari tidak ada kehidupan menjadi ada kehidupan. Dengan demikian dalam hubungan antar pribadi manusia dengan Allah, terdapat tiga tipe pribadi: pertama, ada pribadi yang sangat setia mendengar Tuhan. Kedua, pribadi yang menderita demi Tuhan. Ketiga, pribadi yang sungguh-sungguh mengalami Allah dan menghayatinya secara nyata di dalam hidup. Relasi pribadi dengan Tuhan dapat terungkap dalam suka dan duka setiap hari.  Demi nama Tuhan, banyak orang rela menderita, demi nama Tuhan banyak orang mau menyerahkan nyawa lewat kemartirannya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini membantu kita untuk mengerti dengan baik relasi kita sebagai manusia dengan Tuhan sang Pencipta. Di dalam bacaan pertama, nabi Yesaya membuka pikiran kita untuk mengerti tentang hamba Tuhan yang taat dan merelakan diriNya demi keselamatan umatNya. Yesaya menulis, “Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak juga berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang yang mencabuti janggutku. Mukaku tidak kusembunyikan ketika dinodai dan diludahi.” Dalam situasi yang ekstrim ini Hamba Yahwe masih memiliki satu modal yaitu Tuhan. Tuhan akan datang dan menolongnya dan dengan pertolongan Tuhan, sang hamba tidak akan mendapat noda. Nah, di sini Yesaya juga membantu kita untuk menyadari dan menumbuhkan relasi yang intim dengan Tuhan.

Hamba yang menderita adalah prototipe Yesus di dalam dunia Perjanjian Baru. Yesus dalam Injil Markus memiliki relasi yang akrab dengan para muridNya. Mereka beranjak meninggalkan Galilea menuju ke kampung-kampung di Kaisarea Filipi. Di tengah jalan, Yesus bertanya kepada mereka. Pertanyaan pertama sangat sederhana. “Menurut orang di luar kalian, apa kata mereka tentang saya?” Karena menyangkut kata orang tentang Yesus maka jawabannya juga mudah. Mereka menjawab, “Ada yang mengatakan Anda adalah Yohanes Pembaptis, Elia atau salah seorang nabi”. Yohanes Pembabtis adalah tokoh yang akrab apalagi murid-murid Yesus kebanyakan adalah murid-murid Yohanes sebelumnya. Elia adalah figur yang dinantikan keatangannya. Sebelum Mesias datang, Elia akan datang. Ada juga yang mengatakan salah satu dari para nabi. Maka jelas sekali dikatakan bahwa banyak orang melihat Yesus hanya sebatas Dia sebagai nabi.

Pertanyaan kedua yang kiranya menantang kita adalah ketika Yesus bertanya, “Menurut kamu siapakah Aku ini?” Pertanyaan ini memang sangat sulit untuk dijawab. Tetapi maksud dari Yesus adalah supaya orang mengimani Dia secara pribadi. Mengimani Dia secara Pribadi bukan ikut-ikutan saja. Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias.” Jawaban Petrus ini membuat kita ingat kembali pada pembukaan Injil Markus di mana dikatakan, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus Anak Allah” (Mrk 1:1). Ada dua kata kunci yang kiranya sangat berbeda dengan pengakuan orang kebanyakan tentang Yesus. Yesus dikatakan sebagai Kristus dan Yesus sebagai Anak Allah. Petrus mengakhiri bagian pertama Injil Markus dengan mengakui Yesus, “Engkau adalah Mesias” (Mrk 8:29). Mesias dalam bahasa Yunani  disebut Cristhos dalam bahasa Yahudi Mashiach. Bagian kedua dari Injil Markus juga diakhiri dengan pengakuan prajurit Romawi, “Sungguh Dia ini anak Allah” (Mrk 15: 39).

Mengakui Yesus sebagai Mesias atau yang diurapi berarti siap menanggung segala konsekuensi yang akan dihadapi. Yesus mengatakan kepada para muridNya bahwa Mesias yang benar harus menderita sampai mati. Dia akan menanggung banyak beban, ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan para ahli Taurat. Ternyata ada beda pemahaman. Petrus mengakui Yesus sebagai Mesias tetapi Mesias yang jaya bukan yang menderita. dalam pikiran Petrus, Dia yang diurapi adalah raja, pemimpin yanh jaya bukan yang menderita. Yesus sendiri mengakui dirinya sebagai Mesias yang menderita sehingga membuat manusia memperoleh keselamatan dan kesembuhan kekal. Perbedaan pemahaman ini yang membuat Yesus memarahi Petrus karena dia berpikiran yang sangat manusiawi. Pikiran Yesus adalah pikiran Allah yang rela menderita untuk menyelamatkan manusia.

Pada akhir perikop injil kita hari ini Yesus mengingatkan para muridNya, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut Aku”.  Sekali lagi Mesias yang benar adalah Mesias yang menderita, sampai wafat dan bangkit. Mesias yang benar adalah Dia yang mati demi keselamatan banyak orang. Itu sebabnya Yesus berharap agar para muridNya mengikuti  apa yang Ia ajarkan bukan apa yang diketahui para muridNya.

Pertanyaan yang lazim bagi kita adalah apa yang harus kita perbuat sepanjang pekan ini?

Pertama, Misteri salib. Banyak orang mengucapkan kata salib tetapi tidak memahaminya. Salib adalah segala pengorbanan diri kita yang bertujuan untuk membuat orang lain bahagia dan merasa sungguh-sungguh hidup. Misalnya, salib bagi orang tua adalah kenakalan dan  kemalasan anak-anak. Orang tua rela berkorban dengan cara apa saja sampai hampir meninggal dunia tetapi berdampak pada perubahan yang radikal di dalam diri anak-anak mereka ke arah kebaikan. Salib bagi anak-anak adalah rela menderita supaya orang tua dapat setia dalam perkawinan mereka.

Kedua, Hidup sebagai orang beriman. Yakobus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa Iman tanpa perbuatan adalah mati. Orang mengakui Yesus sebagai Kristus adalah orang hidup, tetapi orang beriman yang istimewa adalah mereka yang melakukan iman mereka akan Mesias yang menderita dalam karya kasih dan pelayanan tanpa pamrih. Tidak cukup berteriak punya iman tapi hidupnya jauh dari Tuhan.

Semoga pekan yang baru ini membaharui hidup kita semua sebagai orang beriman yang siap memikul salib dan mengikuti Yesus sang juru selamat kita.

Doa: Tuhan, Engkau adalah Mesias bagi kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply