Renungan 23 Oktober 2012

Hari Selasa, Pekan Biasa XXIX

Ef 2:12-22
Mzm 85:9ab.10-14
Luk 12:35-38

Selalu berjaga-jaga!


Ada seorang pemuda calon militer Angkatan Darat. Pada hari-hari pertama pendidikan, ia mesti mengikuti latihan fisik dan psikis secara reguler. Pada jam-jam tertentu mereka dipanggil dengan menggunakan bunyi  peluit, dan bel. Para calon militer ini harus selalu siap dengan posisi tubuh tertentu yang menunjukkan sikap hormat kepada seniornya. Setelah selesai latihan-latihan dasar di pusat latihan militer, mereka mendapat jatah liburan dua hari untuk kembali ke rumah masing-masing untuk menyiapkan diri dan melengkapi persyaratan lain sebelum mengalami pembinaan teori dan praktik. Ketika berada di rumah, pada sore harinya ada seorang pejalan kaki yang meniup peluit di jalan. Serentak orang muda itu melompat dari atas tempat tidur langsung mengambil sikap hormat. Kebetulan ayahnya berada di kamar yang sama dengannya. Ayahnya menenangkan dan bertanya kepadanya alasan mengapa mengambil sikap hormat. Anak muda itu mengatakan bahwa ia terbiasa bangun dengan bunyi peluit dan pekerjaan pertama adalah sikap hormat. Kadang-kadang orang terbiasa  dengan latihan dan disiplin tertentu. Orang boleh saja melakukan gerak-gerak fisik tertentu sebagai tanda siap sedia atau waspada.


Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengingatkan para muridNya untuk berjaga-jaga. Ia berkata, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Hendaknya kalian seperti  orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah, supaya ketika tuannya datang dan mengetuk pintu, segera dapat dibukakan pintu. Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang”.  Hamba yang setia akan selalu siap menanti kedatangan tuannya. Hamba seperti  itu patut dihadiahkan kata “bahagia”. Berjaga-jaga bagi kita berarti kita berpikir tentang apa yang akan terjadi bagi diri kita di masa depan. Berjaga-jaga berarti sadar akan kebenaran dalam arti kita berani untuk mengatakan Ya atau Tidak. Kita tidak mengatakan Ya untuk hal yang jahat dan Tidak untuk hal yang baik. Siap sedia ini tidak mengenal adanya kompromi. Siap sedia adalah suatu keharusan. Apalagi dalam konteks kita menyambut Tuhan, kita pasti harus lebih siap sedia lagi.



Malam menjadi sebuah penantian atas matahari baru. Malam adalah saat menanti dengan siap siaga akan kedatangan sang pembebas dan Hakim Agung. Kita mengenang kembali peristiwa paskah perdana dalam dunia Perjanjian Lama dimana setiap orang Ibrani diingatkan untuk siap siaga dengan pinggang terikat (Kel 12:11). Malam itu umat Israel mengalami pembebasan dari perbudakan Mesir. Kali ini Yesus mengingatkan mereka bahwa melalui Dialah semua orang mengalami damai, sukacita dan kemerdekaan. Tentu tuan yang kembali dari pesta pada malam itu menemukan hamba-hamba yang setia menunggu dengan siap siaga, melayani dengan penuh cinta. Kita mengingat perumpamaan tentang gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh (Mat 25). Gadis-gadis yang  bijaksana  dapat masuk dan ikut dalam perjamuan bersama. 


Paulus dalam Bacaan Pertama, mengingatkan jemaat di Efesus untuk menyadari diri mereka di hadapan Kristus. Sebelumnya jemaat di Efesus belum mengenal Kristus maka mereka juga hidup tanpa Kristus, belum termasuk warga umat Allah dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Mereka juga tidak memiliki harapan. Namun ketika mereka menerima Kristus, terutama dengan menumpahkan darahNya, Ia mendekatkan semua orang, pribadi lepas pribadi menjadi saudara. Kristus sendiri juga mempersatukan Tuhan dan manusia yang berdosa. Hidup baru diberikanNya kepada orang yang ditebusNya.


Dengan PaskahNya, Kristus mendamaikan Allah dan manusia. Kristus adalah damai kita dan Dialah yang membebaskan kita semua. Relasi yang terputus karena dosa menjadi pulih kembali. Manusia dipersatukan sebagai ciptaan baru sebagai saudara yang berjalan kepada Bapa dalam kesatuan Roh. Semua jemaat menjadi satu keluarga, warga kerajaan Allah dan para kudus. 


Sabda Tuhan hari ini membuka pikiran kita untuk selalu bersiap sedia menanti kedatangan Tuhan. Kita semua adalah hamba yang dipanggil dan dipilih Tuhan untuk menanti dan siap melayaniNya. Mengapa kita bersiap sedia untuk melayani Tuhan? Karena kita memiliki satu panggilan luhur untuk bersatu dengan Tuhan. Kita menjadi satu warga surgawi bersama para kudus.


Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau juga mau menyapa kami sebagai hamba yang bahagia dalam menanti kedatanganMu. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply