Homili Hari Minggu Biasa II/C

Hari Minggu Biasa II/C

Yes 62:1-5
Mzm 96:1-2a.2b-3.7-8.9-10a.c
1Kor 12:4-11
Yoh 2:1-11
Mereka kehabisan anggur!
Hari ini kita memasuki Hari Minggu Biasa yang ke-II. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini akan mengatakan kepada kita tentang identitas Yesus: Siapakah Yesus dan apakah misinya di atas dunia ini. Tentu saja supaya dapat menjadi murid yang baik kita perlu mengenal Dia lebih dalam dan mengetahui misiNya. Semakin mengenal Yesus kita akan semakin mencintaiNya. Hal ini mengandaikan relasi yang akrab dan bersahabat antara kita sebagai orang percaya dan Yesus sendiri sebagai Tuhan. Bunda Maria akan menjadi model relasi ini: Orang-orang beriman dengan Yesus atau Gereja dengan Yesus. Anggur akan menjadi tanda kasih yang berlimpah dan membuat relasi antara manusia dan Tuhan semakin hidup.
Nabi Yesaya di dalam bacaan pertama menunjukkan relasi yang akrab antara Yahwe dengan umat pilihanNya. Relasi yang akrab dan mesra ini membuat Yesaya girang dan memuji kemuliaan Tuhan yang akan diberikan kepada Yerusalem dan tanah suci. Umat terpilih adalah mempelai Yahwe. Mereka pernah tidak setia kepada Yahwe, ketika mereka jatuh dalam dosa menyembah berhala tetapi Tuhan telah mengampuni dan melupakan kesalahan mereka. Mereka telah menderita di Babel dan sekarang Sion atau Yerusalem adalah tempat yang tepat di mana Tuhan menyatakan kemuliaan dan kasihNya.
Yerusalem dihuni kembali oleh umat pilihan Tuhan setelah pengalaman Babel. Semua bangsa dan pemimpinnya akan melihat Yerusalem sebagai pusat segalanya karena Tuhan bersemayam di sana. Kebenaran akan bersinar seperti cahaya dan keselamatan akan menyala seperti suluh. Yerusalem juga akan menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan dan serban Kerajaan di tangan AllahMu. Umat Israel akan disebut “Yang berkenan kepada Tuhan” dan Yerusalem akan disebut “Yang bersuami” karena Tuhan telah mengampuni dan berkenan padanya. Relasi kasih antara Yahwe dan umat terpilih, antara Yahwe dengan Yerusalem ibarat mempelai dan pengantin: “Seorang mempelai girang hati melihat pengantin perempuan”. Tuhan menjadi mempelai sedangkan Yerusalem sebagai pengantin perempuan. Yerusalem dalam Yesaya menjadi isteri dan Yahwe adalah suaminya. 
Relasi kasih Allah dan umat terpilih juga Yerusalem yang dihuni kembali oleh umat terpilih ini menandakan relasi kasih antara Gereja dan Kristus. Gereja sebagai kumpulan umat beriman juga memiliki berbagai kelemahan dan dosa. Namun demikian, Yesus selalu memiliki kuasa untuk mencari yang tersesat dan menyelamatkannya. Ia menebus manusia dengan penebusan yang berlimpah. Penebusan yang berlimpah dalam Kristus juga menunjukkan karya agung dari Roh Kudus.
Santo Paulus dalam bacaan kedua menegaskan bahwa beraneka ragam karunia yang diberikan Kristus kepada Gereja memiliki satu tujuan yaitu persekutuan. Anugerah-anugerah yang melimpah itu adalah tanda kasih yang tidak berkesudahan dari Yesus Kristus sebagai mempelai Gereja. Setiap orang yang dibaptis perlu menyadari hal ini sebagai bagian dari karya Roh di dalam hidupnya setiap hari. Santo Paulus mengatakan, “Saudara-saudara, ada rupa-rupa karunia, tetapi hanya ada satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi hanya ada satu Tuhan. Ada berbagai mukjizat tetapi Allah adalah satu, yang mengerjakan semuanya dalam semua orang”.
Roh Kudus yang satu dan sama memberikan karunia kepada setiap orang secara khusus seperti yang dikehendakiNya. Ada orang diberikan anugerah Roh seperti ini: anugerah berkata-kata dengan hikmat, pengetahuan, iman, penyembuh, membuat mukjizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh (discernment), berbahasa roh, menafsirkan bahasa roh. Semua anugerah ini diberikan oleh roh yang satu dan sama dan diberikan kepada masing-masing orang sesuai dengan kehendakNya.
Penginjil Yohanes menyimpulkan relasi kasih antara Yahwe dengan umat terpilih, antara Yesus dengan Gereja seperti sebuah perkawinan di Kana. Yesus datang ke Kana sebagai tamu khusus kemudian berubah menjadi Tuan Pesta karena mukjizat pertama yang Dia lakukan dengan memperbanyak air menjadi anggur. Ibu Yesus juga hadir dan ia juga peka dengan kebutuhan di dalam pesta. itu sebabnya Maria berkata kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur”. Yesus keberatan dengan mengatakan bahwa saatNya belum tiba. Maria percaya bahwa Yesus akan melakukan tanda heran yang istimewa asal saja kehendakNya diikuti oleh manusia sebagai abdiNya. Ia lalu mengingatkan para pelayan supaya melakukan apa yang diperintahkan Yesus puteranya.
Yesus juga melihat kebutuhan yang mendesak dalam pesta itu. Ia menyuruh para pelayan mengisi tempayan sampai penuh, mencedoknya dan membawanya kepada tuan pesta. Anggur ini kualitasnya terbaik sehingga tuan pesta pun memuji mempelai laki-laki. Anggur yang terbaik dari Yesus itu di simpan sampai sekarang. Ini adalah tanda heran pertama, dan Yesus mengatakan kemuliaanNya di hadapan para muridNya.
Anggur di dalam dunia perjanjian lama dan baru merupakan simbol kasih yang tiada batasnya antara Allah dan manusia. Para nabi sering menjadikan anggur sebagai simbol relasi kasih antara Yahwe dengan manusia. Yesus sendiri menyatakan itu ketika mengatakan diriNya sebagai pokok anggur dan umat beriman sebagai ranting-rantingnya. Pokok anggur dan ranting adalah satu, tidak dapat dipisahkan (Yoh 15). Hal yang penting di sini adalah kemampuan manusia untuk mengikuti kehendak Tuhan. Apa yang Tuhan perintahkan maka lakukanlah dengan sepenuh hati.
Sabda Tuhan pada hari minggu ini mengingatkan kita untuk terus menerus percaya pada Kristus sebagai anggur baru. Dia adalah kasih sejati yang tiada batasnya, selalu hadir dan mengasihi semua orang. Dialah anggur, kasih yang sempurna bagi manusia. Dialah yang membawa kesukaan, kegembiraan, membuat perjamuan menjadi hidup. Dialah yang hadir dalam Ekaristi dan memberi hidup bagi setiap orang dengan Tubuh dan darahNya.
Kita semua tentu mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidup. Umat Israel juga mengalami kesulitan di Babel dan harus menata kembali hidupnya di Yerusalem. Gereja juga mengalami banyak kesulitan maka butuh Roh Kudus dengan aneka anugerah untuk memperkaya dan menghidupinya. Pesta perkawinan di Kana juga memiliki kesulitan yakni kehabisan anggur. Di saat-saat yang sulit seperti ini, butuh Tuhan dan kasihNya yang tanpa batas kepada manusia.
Bacaan-bacaan suci juga membangkitkan kepekaan kita untuk memperhatikan kebutuhan sesama. Belajar dari Maria, mari kita menjadi peka dengan kebutuhan sesama kita. Apa yang dapat kita lakukan bagi saudara yang kena musibah banjir atau malapetaka lainnya? Di saat-saat seperti inilah anggur kasih Tuhan itu menjadi lebih nikmat.

Saya akhiri homili ini dengan sebuah cerita. Ada seorang pastor yang mengikuti ziarah ke tanah suci. Ia membawa souvenir dari tanah suci berupa lima liter anggur Kana. Kebetulan anggur putih di dalam botol yang putih juga. Ketika tiba di airport Soeta Jakarta, pihak bea cukai menggeledah tasnya dan menemukan anggur Kana. Petugas bertanya kepadanya: “Apa ini pak?” Pastor menjawab, “Air putih dari Kana, Israel Pak”. “Kamu bohong bahwa ini anggur Pak”, kata petugas. “Anda mengatakan saya pembohong? Saya ini pastor yang jujur. Saya katakan itu adalah air”, kata Pastor. Petugas mulai ragu dan mencicipinya. “Pak, saya sudah katakan ini anggur dan benar adanya” kata petugas. Pastor berkata, “O, yah. masa air menjadi anggur”. Petugas berbisik kepada pastor, “Sssttt saya tahu bahwa pastor bohong saya ya. Ehmm nanti mengaku dosa ya. Tetapi saya percaya bahwa Tuhan Yesus juga mengubah air menjadi anggur di Kana. Ini botolnya dari Kana. Pastor, saya juga umat dari parokimu. Selamat kembai ke tanah air dan minum anggur Kana, layanilah kami dengan baik. Lain kali jangan bohong lagi”. Ehmmm, pastor juga manusia.
Doa: Tuhan, terima kasih, jadikanlah kami sebagai pembawa kasih bagi sesama. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply