Homili Malam Paskah Tahun C

Malam Paskah tahun C

Rm 6:3-11
Mzm 118:1-2.16ab.17.22-23
Luk 24:1-12
Ia sudah bangkit!

Saudara dan saudari yang dikasihi Tuhan. Retret agung dengan tema berbela rasa mencapai puncaknya pada malam hari ini. Kita akan mengalami sekaligus merasakan Tuhan berbela rasa dengan manusia melalui Pengorbanan Yesus Kristus PuteraNya. Pada malam hari ini, sesuai dengan tradisi Gereja, kita memasuki malam paskah atau malam vigili (malam berjaga-jaga) bagi Tuhan (Kel 12:42). Penginjil Lukas menasihati supaya kita siap dan berjaga-jaga dengan pelita yang bernyala untuk menantikan kedatangan Tuhan (Luk 12:35-37). Apabila Ia datang dan  kita siap sambil berjaga maka Ia juga akan mengundang kita untuk duduk dan makan bersama pada satu meja perjamuan.
Apa yang unik dalam perayaan malam paskah? Pada malam berjaga-jaga (vigilia) ini diadakan beberapa upacara penting yakni: 
Pertama, upacara cahaya. Upacara ini ditandai dengan memasang semua ornamen lilin paskah dan menyalahkannya pada api yang baru, mengaraknya ke depan altar sambil menyanyikan “Terang Kristus” dan ditutup dengan madah pujian paskah. Upacara pertama ini sangat penting karena menjadi simbol Kristus sebagai terang yang mengalahkan segala kegelapan, maut sebagai simbol kegelapan dikalahkanNya. 

Kedua, Liturgi Sabda. Di sini disiapkan tujuh bacaan dari Kitab Perjanjian Lama yang mengisahkan sejarah keselamatan. Manusia jatuh dalam dosa tetapi Tuhan membimbingNya pada jalan keselamatan. Figur Mesias dalam diri Yesus Kristus juga tercermin dalam setiap bacaan. Bacaan-bacaan Perjanjian Lama dijembatani oleh Epistola dari Surat Paulus kepada umat di Roma dengan bacaan Injil tentang kebangkitan Kristus. Bagian ini penting karena berisi kisah-kisah ajaib yang dilakukan Tuhan bagi umatNya sejak dunia di jadikan sambil mengorientasikan manusia untuk menerima penebusan yang berlimpah dalam diri Yesus Kristus PuteraNya. Sebagai Gereja, umat Allah juga disadarkan tentang sakramen Pembaptisan sehingga dapat mengimani Yesus yang bangkit dari alam maut.  
Ketiga, Sakramen Pembaptisan. Pada malam paskah ini, sikap berjaga-jaga dapat diwujudkan juga dengan pembaptisan bagi para calon baptis atau pembaharuan janji baptis bagi mereka yang sudah dibaptis. 
Keempat, Komuni kudus. Ini adalah perjamuan kekal untuk mengenang: “Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitanNya kita muliakan, kedatanganNya kita rindukan”. Inilah misteri iman kita.

Seorang sahabat pernah bertanya kepadaku: “Apakah Yesus benar-benar wafat? Apakah Dia benar-benar bangkit?” Yesus memang benar-benar wafat di kayu salib. TubuhNya juga dikuburkan. Sumber-sumber Alkitabiah dan tradisi gereja memberi kesaksian. Penginjil Yohanes memberi kesaksian bahwa para tentara memastikan bahwa Yesus sudah wafat, mereka menusuk lambungnya dengan tombak sehingga keluarlah darah dan air. Dua penjahat yang disalibkan bersama Yesus dipatahkan kakinya oleh para tentara (Yoh 19:33 dst). 
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah ada bukti-bukti bahwa Yesus sungguh bangkit? Memang tidak ada bukti ilmiah tentang kebangkitan Yesus namun kesaksian kolektif dengan tegas mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit. Kesaksian tertulis yang paling tua adalah tulisan Paulus kepada jemaat di Korintus (15:3-6). Surat ini ditulis 20 tahun setelah Yesus wafat. Ada tradisi yang nantinya hidup dalam komunitas Kristen berdasarkan pengalaman pribadi Paulus. Perempuan-perempuan sebenarnya tidak memiliki hak untuk memberi kesaksian, tetapi justru merekalah yang pertama menyaksikan Yesus yang bangkit. Para murid mengalami penampakan Yesus yang bangkit, dan butuh proses supaya mereka sungguh-sungguh percaya. Memang Yohanes “melihat dan percaya” (Yoh 20:8) namun tidak mudah bagi para murid yang lainnya.
Bacaan-bacaan suci pada hari ini mengundang kita untuk lebih fokus lagi pada Yesus. Ia sudah wafat tetapi Ia sendiri pernah berjanji bahwa Ia akan bangkit dari alam maut. Penginjil Lukas memberi kesaksian ini: “Pagi-pagi benar, pada hari pertama dalam pekan, para wanita pergi ke kubur dengan membawa rempah-rempah yang telah mereka sediakan.” Penginjil Lukas menggunakan bahasa simbolis: “Pagi-pagi benar” tentu suasananya masih gelap. Ini menjadi simbol kegelapan manusiawi kita namun ada kerinduan untuk berjumpa dengan Yesus sebagai terang. Mereka membawa rempah-rempah karena mereka masih terpesona dengan Yesus sebagai manusia. Ia pantas diberi rempah-rempah supaya tubuhNya awet, padahal Ia sudah mengatakan tentang kebangkitanNya tetapi mereka belum mengerti. Roh Kudus yang dijanjikan belum diterima.
Para wanita ini bingung karena mereka hanya melihat makam kosong. Para wanita masih terpesona dengan Yesus sebelum masuk dalam misteri paskahNya. Perjalanan iman

mereka baru mulai bertumbuh untuk melihat Yesus sungguh-sungguh sebagai Tuhan. Mereka memang bingung karena iman mereka masih kecil, baru bertumbuh. Itu sebabnya mereka dicerahi oleh dua malaikat dalam rupa dua pemuda: “Mengapa kamu mencari yang hidup di antara orang mati? Dia tidak ada di sini, Dia sudah bangkit. Ingatlah akan perkataan, yang telah disampaikanNya kepadaMu: Putra Manusia harus diserahkan ke tangan orang berdosa, disalibkan dan bangkit pada hari ketiga”

Bagaimana reaksi para rasul yang semuanya kaum pria? Mereka tidak percaya ketika para wanita yakni: Maria Magdalena, Yohana dan Maria bunda Yakobus menyampaikan berita kebangkitan Yesus. Mengapa mereka tidak percaya? Karena Roh Kudus yang dijanjikan Allah mereka belum menerimanya. Petrus ketika pergi ke kubur juga menemukan makam kosong, dan yang ada padanya hanya rasa heran dengan makam Yesus yang kosong.

Kisah Injil ini memang menarik perhatian kita. Para murid dan para wanita yang melayani komunitas, setiap hari ada bersama Yesus. Sebelumnya Yesus juga sudah berkali-kali menjelaskan paskahNya tetapi mereka tidak mendengar. Mereka masih berada dalam bayang kegelapan dan euforia bersama Yesus yang hebat dalam karya dan Sabda sebelumnya. Tetapi saat ini adalah saat yang tepat di mana mereka harus membuktikan diri sebagai orang percaya.
Pengalaman makam kosong sering terjadi dalam kehidupan gereja. Orang berada di zona nyaman ketika ada kesadaran bahwa dirinya dibaptis. Tetapi ketika ada penganiayaan, penderitaan maka makam kosong menguasainya. Apa yang harus kita sadari sebagai pengikut Kristus? Paulus dalam Epistola mengajak kita untuk percaya secara radikal bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, dan tidak akan mati lagi! Hal ini harus disadari oleh orang yang dibaptis. Paulus menulis: “Saudara-saudara kita semua sudah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis oleh kematianNya. Kita juga dikuburkan bersama Dia oleh pembaptisan kematian. Karena kebangkitan Kristus maka kita juga akan hidup dalam hidup baru”. 

Dengan sakramen permbaptisan kita memiliki sebuah kesadaran bahwa kita mati bersama Kristus dan bangkit juga bersamaNya. Hidup lama diubah menjadi hidup baru di dalam Kristus karena Ia juga tidak mati lagi. Sakramen pembaptisan mempersatukan kita dengan Kristus, menyaturagakan kita dalam wafatNya di salib sehingga membebaskan kita dari kuasa dosa dan membuat kita bangkit dengan Dia untuk hidup tanpa akhir. Allah memang menghendaki semua orang untuk diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4). Di dalam baptisan kita menjadi anggota Tubuh Kristus, saudari dan saudara Sang Penebus dan putra-putri Allah. Kita dibebaskan dari dosa, direbut dari kematian dan hidup dalam kemuliaan kekal bersama Yesus.

Sabda Tuhan pada malam Paskah ini sangat menguatkan kita untuk semakin percaya pada Tuhan yang menebus kita melalui Yesus Kristus, terang dunia. Ia yang dijanjikan Tuhan  Allah dalam sejarah keselamatan mulai dari Kitab Taurat, Para Nabi dan Kitab Mazmur, sungguh sempurna. Janji Tuhan sempurna dan digenapi dalam diri Yesus Kristus. Mari kita juga menyadari sakramen pembaptisan sebagai saat kita dikuduskan untuk layak tinggal bersama Tuhan. Selamat Pesta Paskah saudara dan saudariku.

Doa: Tuhan, malam ini kami berjaga-jaga dan merindukan kebangkitanMu. Semoga Engkau juga bangkit dalam diri kami untuk menjadi sempurna sesuai kehendakMu. Amen
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply