Pencerahan Paskah

Berdosakah mengucapkan Happy Easter?

Hari-hari terakhir ini saya dikagetkan dengan  pesan singkat larangan untuk menulis “Happy Easter” kepada sesama karena kata Easter berasal dari kata Isthar sebagai perayaan kebangkitan dewa Tamus dan merupakan budaya orang kafir. Lalu mulailah penjelasan “mengada-ada” tentang dewa Tamus. Memang mengherankan juga yah karena yang mewartakan hal seperti ini biasanya orang jenius tetapi bisa keliru juga.

Banyak pakar sepakat untuk mengatakan bahwa kata easter  itu berasal dari nama dewi orang kafir. Rujukannya adalah pada nama dewi Isthar, seorang dewi terkenal bangsa Akadia dan Sumeria. Mereka menganggapnya sebagai dewi kasih sayang, dewi perang dan dewi kesuburan. Ada juga yang merujuk pada dewi  Eastre atau Astarte dari Mesopotamia. Dewi ini juga dipuja sebagai dewi kesuburan. Orang-orang Yunani menerima dan menyebut dewi ini dengan nama Aphrodite atau Artemis. Ada juga orang yang mengacu pada kata Eostur yang berarti musim semi sebagai musim kebangkitan atau pertumbuhan. Memang nama ini tidak pernah digunakan di dalam Kitab Suci dan tidak ada sangkut pautnya dengan kebangkitan Yesus Kristus. Oleh karena itu banyak orang lebih suka menggunakan kata “Resurrection Sunday” atau hari Minggu Kebangkitan dari pada “Easter” atau “Paskah” yang merujuk pada perayaan tahunan kebangkitan Kristus dalam liturgi.
Banyak buku referensi sepakat mengatakan bahwa kata Easter berasal dari nama Eastre

atau Astarte nama dewi kesuburan Bangsa Mespotamia. Nama asli Astarte kalau ditelusuri mungkin berawal dari saat orang-orang membangun menara Babel atau setelah musibah air bah. Ketika Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia semakin bertambah, kecenderungan hatinya membuahkan kejahatan maka Tuhan menyesal” (Kej 6:5-6). Namun Tuhan masih memberi kesempatan hidup bagi manusia yang diwakili oleh keluarga Nuh di dalam bahteranya. Setelah musibah air bah, muncullah nama Nimrod (Kej 10:6-10) yang melawan Allah. Nimrod adalah seorang tirani yang mendirikan kota-kota yang megah seperti: Babel, Asyur, Niniwe dan Kalah (Kej 6:10-12).
Ketika Nimrod meninggal dunia, figurnya di dalam agama Babilonia masih tetap dipertahankan. Istrinya ratu Semiramis menganggap Nimrod sebagai seorang dewa yakni dewa matahari. Dia kemudian hari akan dikenal dengan nama Baal sebagai dewa pemberi hidup, dewa api, Baalim, Bel, Molech. Ratu Semiramis kemudian melahirkan seorang anak bernama Tammuz sebagai penjelmaan atau reinkarnasi dari Nimrod. Semiramis mengklaim bahwa ia mengandung anak  ini dengan kuasa ilahi (tanpa ayah manusiawi) dan bahwa dialah anak yang dijanjikan dewa. Nimrod sendiri didewakan sebagai dewa matahari dan pencipta, sedangkan Semiramis sebagai dewi kesuburan, bulan. Tammuz disembah pada musim semi. Ia kemudian dibunuh oleh boar dan pergi ke bawah bumi.
Dengan kisah singkat ini dapatlah dilihat bahwa figur Nimrod dan Semiramis juga Tammuz menjadi penting dalam dunia orang kafir. Ketika orang meninggalkan Babel, mereka menggunakan bahasa-bahasa tertentu untuk mengatakan tentang Nimrod dan Semiramis. Ada yang mengatakan ibunda dewi “Ishtar” (diucapkan Easter). Di tempat-tempat lain diucapkan Eostre, Eastre, Astarte, Ostera, dan Eastre. Nama lain untuk Semiramis adalah istri Baal, Ashtaroth, Ashtoreth dan ratu langit. Dia bahkan dianggap sebagai penghubung para dewa dan manusia. Nah inilah yang dipakai orang untuk mengatakan bahwa kata Easter tidak Kristiani. Semiramis yang dianggap Isthar adalah musuh kristianitas dan Tammuz adalah anti kristus, mesias palsu.
Nah, kata Easter ini masuk dalam bahasa-bahasa Eropa seperti bahasa Inggris di mana mereka menggunakan kata Easter. Dalam bahasa Jerman kuno mereka  menggunakan kata Eastur. Daerah-daerah yang menggunakan bahasa Latin dan neo Latin memakai kata: Pascha (Latin dan Yunani); Pesach (Ibrani), Pasqua (bahasa Italia), Pascua (Spanyol), Paschen (Belanda). Kalau kita kembali ke dalam bahasa Jermannya, kata Ostern itu terdiri atas dua kata: Ost artinya Timur sebagai tempat terbitnya matahari atau dari bahasa Mesopotamia artinya pertama. Kata ini digabung dengan kata stehen artinya bangkit, berdiri. Maka terjadilah bentukan kata baru: ostehen atau auferstehen artinya kebangkitan. Maka boleh jadi kata easter (inggris) sama dengan kata ostern dalam bahasa Jerman.

Dengan berpatok pada aspek etimologis ini kita melihat bahwa sebenarnya tidak ada hubungan antara penyembahan kuno bagi para dewi bangsa Akadia dan Sumeria yaitu dewi Isthar atau dewi Eostre di Mesopotamia. Ketika mengucapakan Happy Easter,  pikiran orang-orang zaman ini sudah tepat karena berhubungan dengan kebangkitan Kristus. Dia adalah terang, matahari yang terbit di Timur atau Fajar baru bagi kehidupan manusia. Haruslah diingat bahwa Gereja sendiri berinkulturasi dengan mengambil khasana budaya tertentu untuk menjadi sarana memuji Tuhan Allah yang benar. Sebagai contoh bangunan gereja dan altarnya sebenarnya tidak murni milik gereja. Gereja sebagai bangunan, pada mulanya adalah kuil atau tempat pemujaan kuno bagi dewa-dewi. Tetapi  orang-orang kristiani saat itu mengubahnya menjadi tempat untuk berdoa dan menyembah Tuhan yang benar. Di dalam Gereja katolik, gereja baru selalu diberkati atau ditahbiskan oleh Uskup.

Pertanyaannya adalah apakah di dalam Kitab Suci terdapat kata Easter? Kata Easter sendiri tidak terdapat di dalam Kitab Suci. Hanya ada terjemahan dalam bahasa Inggris yang menggunakan kata Easter yaitu dalam Kis 12:4: “Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya adalah sehabis PASKAH ia menghadapkannya kepada orang banyak”. Kemungkinan ini adalah Alkitab terjemahan seorang pakar protestan Wiliam Tyndale  (1494-1536). Kata asli yang dipakai dari bahasa Yunani adalah Pascha atau dalam bahasa Yahudi (Pesach) yang berarti “passover” atau paskah. Dalam Kitab Perjanjian Lama kita menemukan kata Paskah dalam Imamat 23:5; Kel 12:11 dst; Bilangan 9:2 dst; Ulangan 16:1 dst; 2 Raja-raja 23:21 dst).
Dalam penggunaannya yang sudah sangat populer untuk kata Happy Easter ini, kita “tidak

perlu terlalu merasa berdosa” untuk menggunakan istilah ini. Mengapa? Karena dengan menyebut kata Easter, tidak banyak orang yang mengerti tentang dewa-dewi bangsa Sumeria dan Babilonia, tetapi pikiran orang selalu terarah pada Tuhan Yesus yang bangkit dengan mulia. Dia dipandang sebagai “matahari baru”, “Pribadi Pertama dan Utama” yang memberi kehidupan kekal kepada umat manusia. Pada zaman ini orang juga menggunakan simbol-simbol yang menghibur seperti telur paskah, kelinci paskah yang sebenarnya juga merupakan warisan kaum kafir milik orang-orang Babilonia.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply