Renungan 22 Mei 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa VII

Sir 4:11-19
Mzm 119:171.172.174.175
Mrk 9:38-40

Yesus juga mengajar toleransi

Inilah deretan nama-nama sahabat yang saya kenal: Nana, Akbar dan Enjang. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai karyawan di Gereja St. Yohanes Bosco, Sunter. Mereka membersihkan bagian dalam dan luar gereja, merapikan sakristi, mengatur sound system, membersihkan gua Maria dan masih banyak pekerjaan lain yang mereka lakukan untuk melayani Gereja katolik St. Yohanes Bosco Sunter. Ada momen-momen yang selalu saya ingat dalam hubungan dengan mereka. Pada suatu kesempatan Nana meminta ijin kepada saya: “Pastor John, saya mau memperbaiki lampu di gua Bunda Maria”. Saya menyetujuinya, kemudian saya ingat kembali peristiwa ini. Mas Nana menyapa

Maria dengan rasa hormatnya: Bunda Maria. Ketika mereka membersihkan bagian dalam Gereja, mereka begitu hormat ketika lewat di depan tabernakel. Ini adalah pemandangan yang menarik, karena banyak orang katolik yang kurang memiliki rasa hormat kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Dan satu acara harian yang tetap ada sampai sekarang adalah kami selalu memulai kegiatan harian dengan doa pagi bersama di depan patung Bunda Maria. Semua karyawan katolik dan Muslim berkumpul bersama, doa pagi secara umum dipimpin pastor kemudian ada nasihat tertentu untuk semua karyawan. Semua ini adalah pengalaman-pengalaman positif bersama beberapa saudara yang bukan katolik tetapi bekerja bersama kami.


Pengalaman-pengalaman ini saya angkat untuk mengatakan bahwa banyak orang yang tidak seiman dengan kita juga memiliki rasa hormat yang besar atau devosi kepada Bunda Maria, dan Yesus dalam sakramen Mahakudus. Mereka tidak mengungkapkan secara terbuka tetapi melakukannya dengan hormat dan penuh kasih ketika mereka membersihkan atau menghias Gereja dan tempat devosional lainnya. Ada juga yang mengungkapkan dengan kata-kata “Bunda Maria” atau “Tuhan Yesus”. Mungkin rasanya tentu berbeda dengan kita yang dibaptis tetapi yang penting mereka mengungkapkan dengan rasa hormat. Boleh dikatakan bahwa mereka memberi teladan yang baik kepada banyak umat katolik yang sedang kehilangan rasa devosinya kepada para kudus bahkan Yesus dalam sakramen Mahakudus.


Hari ini Yesus menunjukkan satu sikap yang amat positif yakni sikap toleran terhadap sesama yang tidak segolongan. Markus mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan, Yohanes melihat seorang yang bukan murid Yesus mengusir setan dalam nama Yesus lalu ia dan teman-temannya mencegahnya karena ia bukan pengikut Yesus Kristus. Mungkin saja Yohanes berpikir akan mendapat jempol dari Yesus. Tetapi ternyata Yesus justru membuka dan memperluas wawasan Yohanes dan teman-temannya untuk lebih terbuka lagi kepada sesama yang berbeda pandangan hidup dan keyakinan mereka. Yesus mengatakan kepada Yohanes supaya jangan mencegah mereka karena orang itu tidak mengumpat Yesus. Orang itu tidak melawan Yesus maka ia juga berada di pihak Yesus bersama komunitas para rasulNya.


Situasi yang terjadi saat itu adalah, banyak orang memiliki kebiasaan mengusir setan dan roh-roh jahat.  Ada di antara mereka mengusir setan dalam nama Yesus (Mrk 9:37.38.39). Ini berarti Yesus memang sangat terkenal sebagai eksorsis. Dalam Kisah para rasul juga terjadi demikian, ada beberapa tukang jampi yang menggunakan nama Tuhan Yesus untuk mengusir setan (Kis 19:13-20). Praksis untuk mengusir setan dalam nama Yesus di kemudian hari menjadi hal biasa di dalam Gereja (Mrk 16:17; Luk 10:17; Kis 16:18). Yesus menunjukkan sikap toleransiNya terhadap orang-orang yang menggunakan namaNya untuk mengusir roh-roh jahat. Yesus bersikap demikian karena namaNya Yehosua berarti Allah yang menyelamatkan. Allah menyelamatkan semua orang!


Sikap Yesus seperti ini patut kita ikuti. Sikapnya yang toleran terhadap sesama karena memang namaNya memiliki daya menyelamatkan. Sikap Yesus ini juga membuka cakrawala berpikir kita untuk menerima semua orang sebagai saudara. Kita tidak harus menjadi orang yang sombong karena merasa memiliki Yesus. Injil dan cara hidupNya banyak diikuti orang yang tidak seiman dengan kita meskipun mereka mungkin tidak mengenal dan mengimaniNya. Dengan demikian orang-orang tertentu memiliki permandian kerinduan akan Yesus Kristus. Kita boleh bangga memiliki Yesus. Namanya menyelamatkan semua orang. Janganlah memandang sesama yang bukan katolik sebagai orang lain. Mereka ternyata menjadi saudara yang diberikan Tuhan kepada kita untuk dikasihi.

Penulis Kitab Putra Sirak melanjutkan permenungan tentang Kebijaksanaan. Kebijaksanaan sejati berasal dari Tuhan Allah dan diturunkan bagi semua orang yang melayaniNya dengan sukacita. Dikatakan bahwa barangsiapa mencintai kebijaksanaan akan mencintai kehidupan dan bersukacita apabila pagi-pagi sudah menghadapinya. Kebijaksanaan juga menguji hati manusia dan akan terus menerus berusaha untuk memenuhi hati manusia dengan kebijaksanaan. Orang yang menyimpang dari kebijaksanaan akan mengalami kebinasaan.


Kembali kepada tema permenungan tentang sikap toleran dari Tuhan Yesus. Kebijaksanaan dalam kacamata Kristiani adalah Yesus dengan RohNya yang kudus selalu mencari dan menyertai setiap orang yang percaya kepadaNya. Tuhan bertindak sebagai pendidik yang menjadikan manusia menjadi memiliki kebijaksanaan dalam hidup. Itu sebabnya setiap orang percaya perlu mencari, mendengar dan yakin pada kebijaksanaan. 


Sabda Tuhan hari ini membuka wawasan kita untuk bersikap inklusif terhadap

sesama. Sikap eksklusif tidaklah patut kita miliki sebagai pengikut Kristus. Sikap toleran Yesus menjadi dasar bagi hidup kita di tengah masyarakat yang majemuk. Kita harus membuka diri kita terhadap sesama yang mungkin tidak segolongan dengan kita tetapi mereka menghayati nilai-nilai injili. Kita ingat episode Paulus di Athena, di mana ia menemukan tulisan: “Kepada Allah yang tidak dikenal” (Kis 17:23). Mereka tidak mengenal Yesus dan mengimaniNya tetapi menghayati nilai-nilai Injil dan hidup Yesus sendiri. Mari kita menghilangkan persepsi kita yang jelek tentang sesama yang tidak seiman. Surga bukan status quo bagi kita, itu urusan Tuhan untuk memilih mereka yang layak tinggal bersamaNya. Kita sekarang adalah manusia yang seharusnya menjadi saudara, meskipun jalan dan cara hidup berbeda, tetapi tujuannya tetap satu yaitu bersatu dengan Tuhan Allah, pencipta segala sesuatu.


Doa. Tuhan, namaMu menyelamatkan kami  semua. Terpujilah namaMu kini dan sepanjang masa. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply