Homili Hari Raya Tritunggal Mahakudus/C – 2013

Hari Raya Tritunggal Mahakudus.

Ams 8:22-31

Mzm 8:4-5.6-7.8-9

Rm 5:1-5

Yoh 16:12-15

 

Credo ut Intelligam!

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Tritunggal dari bahasa Latin Trinitas. Allah yang kita imani itu Esa atau satu tetapi dalam tiga pribadi yang berbeda yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pribadi-pribadi Ilahi yang kita sapa sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus selalu kita sebut ketika membuat tanda salib sebagai tanda kemenangan kita. Ziarah hidup kita selalu menuju kepada Bapa, mengikuti jejak Yesus PutraNya dan jiwai oleh RohNya yang kudus. Ketika merayakan Ekaristi, kita juga menyapa Allah Tritunggal Mahakudus melalui tanda salib dan doa kemuliaan serta Aku Percaya.

Ada seorang muda yang datang kepadaku dan mengatakan bahwa Ia belum mengerti ajaran Tritunggal Mahakudus. Baginya, ajaran Tritunggal Mahakudus itu sulit sehingga dia belum mengerti. Saya bertanya kepadanya apakah dia percaya dan ia mengatakan percaya kepada Allah Tritunggal mahakudus, tetapi dia sendiri belum mengerti.  Saya teringat pada perkataan St. Anselmus: “credo ut intelligam” artinya aku percaya supaya aku mengerti.  Banyak kali kita menuntut untuk  mengerti lebih dahulu baru percaya. Ternyata Tuhan menghendaki supaya kita mengimani dan percaya supaya dapat mengerti rahasiaNya. Tuhan Allah Tritunggal adalah dalam misteri iman kita.

Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah disebut Bapa karena Ia adalah pencipta, peduli, penuh kasih kepada ciptaanNya. Yesus sang Putra telah mengajarkan kepada kita untuk memanggil BapaNya sebagai Bapa kita dan menyebutNya juga sebagai “Bapa kita”. Sebelum umat katolik menyebut Yang Ilahi sebagai Bapa, ungkapan  Allah sebagai Bapa sudah ada dalam Kitab Perjanjian Lama (Ul 32:6; Mal 2:10). Tuhan juga dirasakan seperti seorang ibu (Yes 66:13). Yesus sendiri berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku,ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9).  Roh Kudus adalah pribadi Tritunggal Mahakudus dan memiliki keilahian yang sama dengan Bapa dan Putra. Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada di dalam kita, Roh Kudus ada dan menguatkan kita. Allah mengutus Roh PutraNya ke dalam hati kita (Gal 4:6). Roh Kudus yang diterima bukan Roh perbudakan yang membuat kita takut melainkan Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah (Rom 8:15). Yesus dari Nazareth adalah Putra, Sang Pribadi ilahi yang kedua. Pertanyaan yang tetap laku sepanjang masa adalah bagaimana kita dapat memahami Tritunggal Mahakudus?

 

Alkisah pada suatu kesempatan St. Agustinus sedang berjalan di pinggir pantai. Ia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Anak itu menggali sebuah lubang kecil seperti sumur di atas pasir. Lalu ia berulang kali mengambil air laut dengan sebuah gelas kecil dan memasukannya ke dalam lubang itu. Setiap saat lubang itu diisi langsung menjadi kering karena dasarnya adalah pasir. Agustinus bertanya kepadanya: untuk apa ia melakukan  semuanya itu. Ia menjawab hendak memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang kecil tersebut. Agustinus mengatakan kepadanya bahwa usahanya itu hanya sia-sia saja. Tidaklah mungkin memindahkan seluruh air laut ke dalam lubang tersebut.

 

Anak itu kemudian bertanya kepada Agustinus apa yang sedang dipikirkannya. Agustinus menjawab bahwa ia sedang memikirkan misteri Tritunggal Mahakudus. Anak itu tertawa terbahak-bahak sambil mengatakan bahwa otakmu itu kecil seperti lubang buatan saya ini sedangkan Tritunggal Mahakudus jauh lebih luas dari samudra raya ini. Agustinus menjadi sadar bahwa ternyata akal budinya tidak mampu memahami seluruh rahasia Tuhan. Ia kemudian berkesimpulan: “Di mana ada cinta kasih, di situ ada AllahTritunggal: pencinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih”.
Penginjil Yohanes hari ini menjelaskan tentang persekutuan Tritunggal Mahakudus. Dalam amanat perpisahanNya, Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai penghibur. Roh Kudus itu berasal dari Bapa dan dicurahkan dalam nama Yesus Putra. Yesus sendiri menekankan persekutuanNya dengan Bapa: “Aku dan Bapa adalah satu saja” maka apa yang Bapa punya, Aku punya. Tugas Roh Penghibur adalah membimbing kepada seluruh Kebenaran (Yesus sendiri). Roh Kudus juga akan mengatakan kepada kita tentang segala sesuatu yang sudah diajarkan Yesus dan juga tentang hal-hal yang akan datang.
Penyertaan Roh Kudus di dalam Gereja amat dirasakan oleh Paulus dalam pewartaannya. Kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa kita dibenarkan karena iman. Kita hidup dalam damai sejahtera karena Yesus Kristus. Karena iman kepada Kristus, kita juga menjadi anak-anak Allah. Kita akan hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Kristus dalam kasih yang dicurahkan oleh Roh Kudus. Lihatlah pemahaman Paulus tentang Tritunggal, kelihatan sederhana tetapi nyata dalam hidup. Kita dapat berdamai dengan Allah karena Yesus dalam kasih yang tercurah oleh Roh Kudus. Tuhan sendiri adalah kebijaksanaan sebagaimana dilukiskan di dalam bacaan pertama dari Kitab Amsal. Bagi Amsal, sebelum bumi diciptakan  sudah ada Kebijaksanaan.

 

Sambil kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus, permenungan kita semakin dalam  untuk dua hal berikut ini. Pertama, kita menyembah Allah yang tidak sendirian melainkan seorang Allah yang penuh dengan persekutuan kasih dan saling berbagi. Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa , Putra dan Roh Kudus adalah satu komunitas, satu kesatuan. Ini haruslah menjadi dasar bagi persekutuan setiap orang yang percaya, bukan hanya sekedar model saja. Kedua, Allah Tritunggal Mahakudus adalah kasih yang sempurna.  Tidak ada kasih lain yang sempurna seperti kasih Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus.

Doa: Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus, semoga kami selalu berusaha untuk menjadi tanda dan pembawa cinta kasihMu kepada sesama yang lain. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply