Hari Senin, Pekan Biasa VIII
Sir 17:24-29
Mzm 32:1-2.5.6.7
Mrk 10:17-27
“Pater, saya akan berusaha untuk meninggalkan hidup lama yang penuh dengan kedagingan dengan hidup baru yang penuh sukacita”, demikian janji seorang pemuda setelah pengakuan dosa. Saya mengatakan kepadanya bahwa janji itu mudah diungkapkan tetapi yang terpenting adalah lakukanlah janjimu dengan rendah hati dan dengan penuh komitmen. Banyak kali kita berjanji dengan muluk-muluk tetapi posisi kita selalu berada di luar jangkauan dalam melaksanakannya. Kita berpikir bahwa dengan janji itu kita akan lebih baik tetapi ternyata masih berada di tempat dan bahkan mundur. Sekarang periksalah bathin tentang komitmen dan janji-janji yang telah dibuat dan tanyalah dirimu, apakah benar-benar terlaksana sesuai komitmen dan janji-janjimu atau tidak sesuai.
kita masing-masing supaya dapat berubah. Artinya kemampuan untuk berubah secara total dengan meninggalkan sesuatu yang mengikat diri kita haruslah berasal dari dalam diri kita dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan kasih. Penulis Kitab Putra Sirakh di dalam bacaan pertama mengajak kita untuk memiliki komitmen untuk meninggalkan hidup yang lama yang penuh dengan dosa kepada hidup di dalam rahmat Tuhan. Tuhan telah menciptakan manusia serupa denganNya maka Ia juga mengharapkan agar manusia memiliki kemampuan untuk berubah. Misalnya, Tuhan mengijinkan mereka yang bertobat untuk kembali, menghibur mereka yang harapannya melemah. Tuhan juga menyeruhkan untuk meninggalkan dosa-dosa, kembali atau berbalik kepada Tuhan yang mahakuasa. Kembali kepada Tuhan berarti menghindari perbuatan salah dan dosa. Tuhan memiliki rasa belas kasih yang besar kepada mereka yang berbalik kepadaNya.
Penginjil Markus dalam bacaan injil hari ini melaporkan bahwa Tuhan Yesus mengajar kita bagaimana memiliki komitmen untuk meninggalkan segala-galanya supaya layak menjadi salah seorang pengikutNya. Di kisahkan bahwa ada seorang baik datang kepada Yesus yang sedang berada dalam sebuah perjalanan. Penginjil Matius mengatakan dia seorang pemuda (Mat 19:16), Lukas menyebutnya orang penting (Luk 18:18). Ia berlutut di depan Yesus dan bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup kekal?” (Mrk 10:17). Yesus sengaja bertanya kepadanya mengapa kaukatakan Aku baik. Padahal sesungguhnya orang itu sedang haus dan mencari Allah dan menemukanNya kalau sungguh-sungguh tinggal bersama Yesus sendiri.
jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan menipu, hormatilah ibu dan bapamu. Semua perintah Tuhan ini harus dilakukan dengan prinsip keadilan dan belaskasihan. Ini saja sudah cukup untuk memperoleh hidup kekal. Orang itu mengatakan bahwa ia sendiri telah melakukan perintah-perintah Tuhan tersebut bahkan balik bertanya kepada Yesus, apa yang masih kurang yang harus di lengkapinya supaya menjadi sempurna.
Pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah uang itu kepada orang miskin dan engkau akan beroleh harta di surga. Sesudah itu datanglah kemari dan ikutlah Aku” (Mrk 10:21). Ya, menjual segala yang dimiliki belum cukup. Hasilnya harus diberikan kepada kaum miskin. Ini berarti anda tidak punya apa-apa selain Tuhan. Itulah momen yang tepat anda berjalan bersama Tuhan. Orang itu kecewa dan meninggalkan Yesus.
kekayaan masuk ke dalam surga. Tentu Yesus tidak mengatakan bahwa orang kaya tidak akan diselamatkan tetapi tidak akan masuk Kerajaan Allah. Kekayaan itu tidak pernah dipermasalahkan, kalau toh dipermasalahkan karena kekayaan itu menjadi penghalang untuk bertemu dengan Tuhan dan tidak dibagikan kepada kaum miskin. Kalau sesorang tidak merasa bebas dari kekayaan maka dengan sendirinya dia juga tidak bahagia dalam hidupnya. Yesus berkata: “Dimana hartamu berada, jiwamu juga ada di sana” (Mat 6:21).
Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk memiliki komitmen yang jelas tentang hidup kita di hadirat Tuhan. Sikap yang hendak kita bangun bersama adalah komitmen untuk bermetanoia. Kita butuh perubahan yang radikal dari dalam hati untuk kembali kepada Tuhan. Satu hal yang sulit bagi setiap pribadi adalah kemampuan untuk melepaskan diri dari harta duniawi yang sangat mengikat setiap pribadi. Orang yang hatinya diikat oleh harta selalu mengalami kesulitan untuk berbagi dengan sesama. Mari kita berbalik kepada Tuhan!