St. Alfonsus Liguori
Hari Kamis, Pekan Biasa XVII
Kel 40:16-21.34-38
Mzm 84: 3.4.5.6a.8a.11
Mat 13:47-53
Kemah Suci yang mempersatukan
Kisah Musa dan bangsa Israel dalam relasinya dengan Tuhan berlanjut. Dari Kitab Keluaran kita mendapat informasi bahwa sebelumnya Musa kecewa dengan Bangsa Israel karena mereka menyembah patung anak lembu jantan dari emas. Tanda kecewa diungkapkan dengan memecahkan dua loh batu itu di kaki gunung Sinai. Di kemudian hari Musa naik lagi ke atas gunung untuk berbicara dengan Tuhan terutama memohon pengampunan bagi Israel. Tuhan sekali lagi memberi dua loh batu yang baru. Musa membawanya dan ketika tiba di kaki gunung Sinai, Harun dan orang-orang Israel heran melihat wajah Musa yang berubah. Wajahnya bercahaya karena ia berbicara dengan Tuhan. Ia harus membuka tutup selubung wajahnya di hadapan Tuhan dan manusia. Pikiran Musa selanjutnya adalah bagaimana menyimpan perintah-perintah Allah ini di dalam satu tempat yang aman dan layak. Musa mendirikan sebuah Kemah Suci untuk Tuhan. Cara membuatnya juga disesuaikan dengan petunjuk-petunjuk dari Tuhan.
Pada tanggal satu, bulan pertama, tahun kedua Kemah Suci untuk Tuhan didirikan Musa. Ia memasang alas-alasnya, menyusun papan-papannya, memasang kayu-kayu lintang dan mendirikan tiang-tiangnya. Setelah rangka rumah berdiri maka atapnya dipasang dan di atas atap dipasang juga tudung kemah. Pembangunannya disesuaikan dengan semua pesan Tuhan kepada Musa. Karena Tuhan menyukai tempat itu maka Ia bersemayam di dalam kemah (shekina), dalam rupa awan. Kemuliaan Tuhan juga memenuhi seluruh kemah sehingga Musa tidak dapat memasukinya. Pada siang hari awan itu naik dari atas kemah sehingga menuntun bangsa Israel dalam perjalanannya. Pada malam hari ada api di dalam kemah. Apabila awan tidak naik dari atas kemah maka orang Israel pun tetap berada di perkemahan masing-masing.
Kisah ini menarik perhatian kita semua terutama ingatan kita dibangkitkan kembali karena Tuhan selalu hadir di tengah umatNya. Awan dan api adalah symbol kehadiran Tuhan di tengah umatNya. Tuhan selalu mendampingi mereka dalam perjalanan di padang gurun menuju tanah terjanji. Oleh karena itu dikatakan bahwa mereka tidak akan berpindah tempat kalau awan tidak naik di atas Kemah Suci. Tuhan juga menjadi gembala yang baik bangsa Israel. Ia menuntun mereka dengan kasih dan kesabaran yang tinggi. Banyak kali mereka menggerutu, menyembah berhala tetapi Tuhan masih tetap mengampuni. Ia tidak membiarkan mereka berjuang sendiri.
Tuhan Yesus mewujudkan rencana Allah Bapa dengan menyertai Gereja hingga akhir zaman. Yesus berkata: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20). Di dalam Injil Yohanes, Yesus meminta para muridNya untuk tidak cemas karena Yesus akan pergi kepada Bapa untuk menyiapkan tempat, supaya nantinya di mana Yesus berada, para muridNya juga ada bersama dia (Yoh 14: 1-3). Boleh dikatakan bahwa Yesus melengkapi semua yang sudah dilakukan Bapa ketika mengantar umat terpilih dalam perjalanan di padang Gurun. Dia sungguh Emanuel, Allah menyertai kita semua.
Perjalanan umat Israel di padang gurun ibarat para nelayan yang menangkap ikan di danau Galilea sebagaimana diumpamakan Yesus dalam bacaan Injil tentang Kerajaan Surga. Di antara para umat Israel juga ada yang berdosa karena menggerutu dan menyembah berhala. Hidup mereka penuh kejahatan tetapi ada juga orang yang baik seperti Musa yang dapat membawa mereka ke tanah terjanji. Demikian kiranya sama dengan para nelayan yang menangkap ikan dengan pukat. Di dalam pukat itu ada ikan yang baik dan buruk. Ikan yang baik tetap akan disimpan, ada juga ikan yang buruk akan dibuang ke dalam danau. Apa artinya ini? Tuhan sebenarnya tetap menunjukkan kesabaranNya kepada manusia. Orang baik dan jahat dibiarkan hidup berdampingan dan tentu satu harapan Tuhan bagi manusia adalah bahwa segala kebaikan Tuhan hendaknya dimiliki oleh setiap orang sehingga dapat mengubah orang yang jahat menjadi baik.
Perumpamaan tentang ikan di dalam pukat juga mengarahkan kita semua kepada pengadilan terakhir di mana akan ada pemisahan antara orang baik dan orang jahat. Orang baik akan bersinar memancarkan terang kasih Allah di surga, orang jahat akan menghuni dapur api untuk selama-lamanya. Tentu saja, Tuhan tidak akan menghendaki kita untuk menghuni dapur api untuk selamanya. Tuhan justru menghendaki agar kita memancarkan api cinta kasihNya untuk selama-lamanya. Bahwa akan ada pemilahan terhadap orang yang baik dan jahat, tetapi di dalam Yesus Kristus ada keselamatan. Mari kita membuka diri kepadaNya. Mari kita masuk di dalam kemah suci, di dalam sakramen mahakudus untuk menyembah dan memuliakan Dia sebagai Tuhan dan Allah kita.
Doa: Tuhan Bapa di dalam Surga, kami memohon berkatMu untuk seluruh kehidupan kami. Amen
PJSDB