Pada hari ini kita mendengar kisah orang-orang Israel bersungut-sungut kepada Tuhan melalui Musa hambaNya. Mereka bersungut-sungut karena masalah sembako terutama makanan dan minuman. Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan sambil melintasi padang gurun pasir, orang-orang Israel berkata: “Siapa yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat akan ikan yang kita makan di Mesir tanpa bayar, akan mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tiada sesuatu pun yang kita lihat kecuali manna” (Bil 11:4-6). Untuk pertama kali orang Israel makan manna ketika mereka meninggalkan Elim menuju ke Sinai dan beristirahat di padang gurun Sin (kel 16:31). Sejak saat itu orang Israel makan manna selama empat puluh tahun lamanya (Kel 16:35). Tetapi sekarang mereka mengeluh karena sudah kurus kering (Bil 11:6) sehingga mereka mengingat kembali pengalaman mereka di Mesir. Meskipun menjadi budak tetapi tidak merasa lapar. Mereka tetap makan dan minum sampai kenyang (Kel 16:3). Itu sebabnya mereka memiliki kebiasaan buruk yakni selalu bersungut-sungut kepada Tuhan melalui Musa.
Mungkin saja kita merasa lucu dengan sikap orang-orang Israel ini. Mereka mengeluh soal isi perut, dan lupa akan semua kasih dan penyertaan Tuhan. Tuhan berkarya melalui Musa untuk membebaskan mereka tetapi mereka sendiri tidak pernah menyadari kasih dan kemurahan Tuhan. Bagi mereka makan dan minum adalah segalanya. Padahal Tuhan sendiri berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari semua perkataan yang keluar dari mulut Allah” (Ul 8:3; Mat 4:4; Luk 4:4). Kita ingat St. Paulus ketika berkata kepada orang-orang Korintus: “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah”(1Kor 6:13). Di bagian lain Paulus berkata, “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka adalah perut mereka” (Flp 3:19). Tuhan Yesus sendiri pernah berkata, “Janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan dan minum dan janganlah kamu kuatir akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian” (Mat 6:25).
Di dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memiliki rasa belas kasih yang besar terhadap orang-orang yang mencari Dia. Ia melihat mereka sendirian seperti domba tanpa gembala. Oleh karena itu Ia menyembuhkan orang-orang yang sakit, memuaskan mereka yang dahaga dan lapar dengan roti dan ikan. Yesus hendak mengajar para muridNya supaya dari sedikit yang mereka miliki, mereka boleh berbagi dengan menyerahkannya kepada kuasa Tuhan. Hasilnya adalah, lima ribu laki-laki, belum terhitung perempuan dan anak-anak dipuaskan oleh roti dan ikan, bahkan masih ada sisanya juga. Tuhan Yesus mengajar para murid untuk bersifat sosial dan jangan takut untuk berbagi dengan mereka yang sangat membutuhkan. Kadang kita juga takut berbagi karena berpikir kita akan hidup berkekurangan. Kita harus berani memberi dan Tuhan akan mencukupkan segalanya bagi kita.