St. Monika
1Tes 2:1-8
Mzm 139: 1-3.4-6
Mat 23:23-26
Pada hari ini, seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan St. Monika. Beliau adalah ibunda St. Agustinus. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara dari sebuah keluarga katolik yang saleh. Ketika berusia 20 tahun, ia menikah dengan Patrisius, seorang yang masih kafir, cepat panas hati. Monika sendiri lahir dan besar dalam lingkungan keluarga katolik. Hasil pernikahan Monika dan Patrisius ini adalah lahirnya Agustinus yang kelak menjadi St. Agustinus. Agustinus mengawali masa mudanya dengan hidup penuh dosa. Baik Patrisius maupun Agustinus, sama-sama membuat Monika tertekan secara rohani. Patrisius suka mencela Monika yang siang dan malam berdoa supaya anaknya Agustinus dapat berubah menjadi pemuda yang berbudi luhur. Monika pantang menyerah. Ia percaya bahwa Tuhan pasti akan melakukan hal terbaik bagi putranya. Agustinus pergi ke Italia dan di sana ia dibaptis oleh St. Ambrosius yang saat itu adalah Uskup Milano. Hal ini dapat terjadi karena teladan kekudusan dari Ambrosius.
Di dalam bacaan Injil, Penginjil Matius melaporkan kecaman Yesus lebih lanjut terhadap orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Sebagaimana kecaman Yesus kemarin, Yesus mengecam perilaku munafik mereka yang menghalangi orang lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ada dua kecaman yang dialamatkan Yesus bagi kaum Farisi dan para ahli Taurat. Pertama, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (Mat 23:23). Kedua, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan (Mat 23: 25).
Yesus melanjutkan kecamanNya kepada para ahli Taurat karena perilaku mereka yang hanya mementingkan peraturan dan hukum sehingga mereka lupa pada prinsip-prinsip fundamental seperti keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Segala sesuatu yang bersifat batiniah itu sangatlah penting. Mereka lebih mementingkan tanpilan lahiria karena itu akan menjadi sumber kesombongan mereka. Para ahli Taurat dan kaum Farisi bermulut manis tetapi membawa mereka kepada dosa. Mereka lupa diri bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan mereka hendaknya patuh dan setia kepadanya.
Banyak kali kita juga bermulut manis dengan tujuan sekedar menari perhatian orang lain dan perlahan mengantar kita kepada kesombongan diri. Banyak kali kita banyak menuntut supaya orang dapat berbagi sementara kita sendiri tidak mampu berbagi. Kita lalai membangun keadilan, belas kasih dan kesetiaan.Kita menilai orang dari cashingnya dan lupa bahwa manusia memiliki jati diri.Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita untuk bermulut manis supaya nama Tuhan semakin dimuliakan, menjauhkan diri dari mulut manis yang penuh dengan tipu muslihat. Mari kita belajar dari St.Paulus yang mencari jiwa-jiwa dan menyelamatkan melalui pewartaan Injil. Mari kita meniru teladan St. Monika yang bermulut manis dalam doa sehingga putranya dapat bertobat.
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam keadilan, kasih dan kesetiaan sehingga kami juga dapat melakukannya bagi sesama yang lain. Amen
PJSDB