Hari Senin, Pekan Biasa XXIII
Ada seorang anak perempuan yang duduk sambil memandang ibunya. Ia terpesona karena ia baru menyadari betapa cantik ibunya dibandingkan dengan wanita-wanita yang lain. Tetapi sambil mengagumi ibunya yang cantik, ia juga menemukan bahwa pada bagian-bagian tubuh tertentu terdapat bekas luka bakar. Ia bertanya kepada ibunya perihal luka bakar yang ada di sekujur tubuh ibunya. Sambil menangis ibunya bercerita bahwa pernah terjadi kebakaran di rumah mereka yang lama. Pada saat itu di rumah hanya mereka berdua. Di dalam kobaran api yang besar ibu berusaha untuk menyelamatkannya. Ibunya menderita luka bakar sedang dia tidak mengalami luka bakar karena dijaga oleh ibunya. Anak itu terharu, mengangguk-angguk kepalanya sambil mengucapkan terima kasih kepada ibunya. Ibu rela mengalami luka bakar, bahkan nyaris merelakan nyawanya untuk menyelamatkan dirinya.
Di dalam penjara dan penderitaannya, Paulus mengatakan bahwa Tuhan sudah mempercayakan kepadanya tugas untuk melayani jemaat. Tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan ini diteruskan kepada jemaat di Kolose dan Laodikia supaya mereka juga saling melayani sebagai wujud kepenuhan Sabda Allah. Dengan saling melayani ini mereka juga dapat mengungkapkan rahasia yang tersembunyi beradab-abad dan turun-temurun yakni Yesus Kristus Putra Allah. Dialah yang sekarang berada di tengah-tengah jemaat dan sedang dilayani oleh Paulus bahkan ia merelakan dirinya masuk ke dalam penjara. Pengalaman Paulus menjadi pengalaman Gereja sepanjang zaman. Setiap orang yang dibaptis memiliki panggilan luhur untuk mewartakan Injil dengan segala konsekuensi yang harus dialami terutama menderita demi Kristus. Untuk itulah orang harus memiliki iman yang kuat.
Penderitaan di dalam hidup sebagaimana yang dialami oleh Paulus menjadi pedoman bagi orang-orang yang mengikuti Yesus dari dekat. Orang yang mengimani Yesus memiliki suka dan dukanya tersendiri. Namun demikian seharusnya ada kesadaran bahwa sebagai orang beriman berarti sebagai pembawa kasih kepada sesama manusia yang lain. Kita membawa Kristus yang tersembunyi berabad-abad kepada sesama supaya mereka juga mengenal dan mengasihiNya. Apakah kita bersedia menderita untuk Kristus?
Cinta kasih kepada Kristus hendaknya menjadi lengkap dalam cinta kepada sesama. Ada sebuah kesadaran bahwa setiap hari kita memiliki panggilan untuk berbuat baik kepada sesama. Yesus dalam bacaan Injil hari ini melakukan perbuatan baik dengan menyembuhkan orang yang sakit pada hari Sabat. Namun demikian kaum Farisi dan para ahli Taurat mempersalahkan Yesus karena melakukan pekerjaan pada hari Sabat. Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat maka Ia pun melakukan perbuatan baik dengan menyembuhkan orang yang sakit. Banyak kali perbuatan-perbuatan baik itu terancam musnah karena sikap legalistis manusia. Orang seharusnya memperjuangkan kebaikan, harkat dan martabat serta kehidupan manusia bukan hukum yang meniadakan manusia sebagai manusia.
Mukjizat yang dilakukan Yesus pada hari Sabat ini mau menegaskan nilai tertinggi dari hukum cinta kasih. Kita semua diajak untuk mengasihi Tuhan lebih dari segala yang ada di sekitar kita dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Hidup Kristiani akan menjadi lebih bermakna ketika kita menjadi semakin serupa dengan Yesus yang mengasihi tanpa batas. Namun demikian ketika kita semakin dekat dengan Yesus, gelombang penderitaan pun akan datang bertubi-tubi. Apakah kita dapat bertahan dalam penderitaan? Kita dapat bertahan hanya kalau kita mengimaniNya dan kita mau menyerupai Paulus yang berprinsip melengkapi penderitaan Kristus yang masih kurang di dalam Gereja. Paulus berbahagia dalam pederitaan karena Kristus. Kristus bersukacita karena menderita bagi kita semua. Bagaimana dengan anda dan saya menghadapi penderitaan di dalam diri sendiri? Apakah anda dan saya tetap bertahan dan setia kepada Yesus?
Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam iman dan bertahan dalam penderitaan karena cinta kepadaMu selamanya. Amen
PJSDB