Renungan 23 September 2013

Hari Senin, Pekan Biasa XXV

Ezr 1:1-6
Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
Luk 8:16-18
Agunglah Karya Tuhan Bagi Kita

Kita semua pasti mendengar kisah di dalam Kitab Suci tentang pembuangan orang-orang Yahudi (Kerajaan Selatan) ke Babel. Mereka dipaksa keluar dari negeri mereka oleh Raja Nebukhadnezar II pada tahun 586SM. Bangsa Yahudi mengalami pengasingan di negeri itu hingga tahun 538SM. Pada tahun 538, bertepatan dengan tahun pertama pemerintahan Raja Koresy, penakluk orang-orang Kasdim, Tuhan menggerakkan hatinya untuk memerintahkan semua orang Yahudi yang dibuang ke Babel supaya kembali ke tanah airnya, dalam hal ini Yerusalem. Tindakan Koresy ini sebenarnya adalah sebuah tindakan politis murni tetapi Kitab Suci melihatnya sebagai sebuah bentuk pemenuhan janji Allah kepada para nabi (Yeremia dan Yehezkiel). Orang-orang Yahudi adalah para tawanan yang harus dikembalikan ke negeri asalnya untuk membangun kembali bangsanya. Namun demikian keputusan Koresy ini tidak mengubah situasi politik di daerah Palestina dan sekitarnya yang pada saat itu sudah menjadi satu provinsi kekaisaran. Yerusalem tetap berada di bawah kekuasaan Samaria dalam hal pemerintahannya dan Samaria yang aristokrat juga tidak mau kalau kaum bangsawan Yehuda yang baru kembali ke tanah airnya setelah 50 tahun pembuangan di Babel melebihi mereka. 

Perlu juga kita ketahui bahwa tidak semua orang Yahudi kembali ke Yerusalem. Banyak di antara mereka sudah mengungsi ke luar negeri seperti ke Mesir, Assiria dan Persia selama berada di Babel. Ada juga yang sudah mapan hidupnya, mendapat posisi yang penting atau karena perkawinan dengan orang setempat sehingga mereka merasa tidak ada manfaatnya kembali ke Yerusalem. Mereka yang kembali ke Yerusalem adalah pribadi-pribadi yang selama itu mendengar suara Tuhan melalui seruan para nabi dan mengikutinya. Mereka merasa bahwa seruan para nabi adalah suara Tuhan yang patut ditaati dan kembali ke Yerusalem adalah sebuah cita-cita luhur untuk membangun kembali sebuah negara Israel yang suci dan murni dan Bait Allah adalah pemersatunya. Hal yang kiranya menarik perhatian kita adalah, meskipun Koresy bukanlah seorang pribadi yang mengabdi Allah yang benar namun ia tetaplah model atau contoh pribadi yang mengajarkan toleransi beragama. Dia adalah pembebas bangsa yang tertindas oleh para pendahulunya.
Perikop kita dari Kitab Ezra pada hari ini mau memfokuskan perhatian kita pada dekrit Koresy kepada orang-orang yang percaya kepada Allah untuk kembali ke Yerusalem dan membangun Bait Allah. Bait Allah diperuntukkan bagi umat Allah yang percaya kepadaNya dan Allah yang mendiami Yerusalem. Ia juga meminta dukungan dari semua pihak berupa emas, perak, harta benda dan ternak dan aneka persembahan sukarela dari semua pihak.  KaumYehuda, Benyamin, imam dan Lewi dan semua orang yang hatinya digerakkan oleh Tuhan kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah. Bait Allah nantinya menjadi pusat peribadatan, pemersatu setiap pribadi. Bait Allah di Yerusalem laksana lampu yang menarangi semua orang karena Allah bersemayam di sana.

Tuhan Yesus dalam Bacaan Injil hari ini mengatakan: “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi di atas kaki Dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya”. Yesus sedang berbicara tentang khabar sukacita atau Injil yang diwartakanNya. Injil Yesus Kristus haruslah didengar, disimpan di dalam hati dan dilakukan di dalam kehidupan yang nyata. Selama hidupnya Ia melakukan banyak tanda tetapi banyak kali Ia juga melarang para muridNya untuk tidak mengatakannya kepada orang-orang lain. Jadi hanya para murid dan orang-orang yang terbuka hatinya untuk mendengar Dia yang boleh mendengar, melihat, menyimpan di dalam hati dan melakukannya. Tetapi setelah bangkit Ia memerintahkan para muridNya untuk pergi hingga ke ujung bumi untuk mewartakan InjilNya. Perintah Yesus ini dimaksudkan supaya para murid tidak gentar mewartakan terang Injil bagi semua orang yang layak untuk bergabung dengan komunitas Mesianis. Injil memiliki karakter umum dakam arti Injil itu haruslah diwartakan untuk semua orang meskipun ada banyak halangan. Singkatnya Injil Kerajaan Allah diperuntukan bagi semua orang, universal bukan hanya untuk sebuah komunitas kecil.


Yesus juga menekankan tentang bagaimana cara para muridNya mendengar Sabda. Sabda itu keluar dari mulut Allah tetapi semua orang yang mendengarnya berbeda-beda. Oleh karena itu Sabda itu dapat memiliki dampak sangat tergantung pada siapa yang mendengarnya. Bagi orang yang mengenal rahasia ilahi Kerajaan Allah akan bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Baginya akan diberikan kelimpahan rahmat. Tetapi bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mengenal Allah, hatinya tertutup pada khabar sukacita dari Tuhan, dari padanya akan diambil, juga apa yang dianggap ada padanya. Dengan demikian orang tersebut tentu tidak layak untuk Tuhan.


Pada hari ini Tuhan mengajak kita untuk mendengar dengan baik SabdaNya, menyimpan Sabda dengan baik di dalam hati dan melakukannya dalam hidup setiap hari sehingga dapat menghasilkan buah dalam ketekunan. Yesus sendiri berseru: “Hendaklah cahaya-Mu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuji Bapamu di Surga” (Mat 5:16). Apakah kita layak membawa Sabda kepada sesama?


Doa: Tuhan jadikanlah aku pelita yang dapat memancarkan cahaya kebaikanMu kepada sesama yang lain. Amen


PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply