Renungan 21 Oktober 2013

Hari Senin, Pekan Biasa XXIX

Rm 4:20-25

Mzm (Luk: 1:69-70.71-72.73-75)

Luk 12:13-21

Allah tak pernah ingkar janji


Pada saat ini di dalam masyarakat sedang ada seleksi para calon legislatif. Biasanya para caleg memiliki banyak strategi untuk merebut hati masyarakat. Ada yang berkunjung dari rumah ke rumah untuk menjual program partai, ada yang mengumpulkan masa untuk mengatakan visi dan misi dirinya yang dielaborasi dengan partainya, ada yang berlaku seperti kutu loncat. Pada periode sebelumnya dia ada di partai ini dan periode kali ini di partai lain lagi. Ada yang tidak punya banyak ide sehingga hanya menjual janji-janji saja. Banyak yang janjinya mubasir dan masuk kategori kebohongan public. Mungkin lebih sederhana dan sopan boleh dikatakan  mereka ingkar janji.Ada juga yang lebih ekstrim yakni mereka yang berpikir bahwa uang adalah segalahnya maka mereka pun memakai politik uang. Orang-orang yang pandai berjanji tetapi mudah mengingkarinya. Ketika mengingkar janji, orang itu juga mencari pembenaran diri.


Manusia itu mudah memberi janji tetapi gampang mengingkarinya. Contoh di atas itu dalam lingkup yang luas. Di dalam keluarga dengan lingkup yang lebih kecil juga janji itu menjadi taruhan utama. Seorang yang menikah akan berjanji di hadapan Allah dan Injil Suci untuk setia dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit dan saling mengasihi selamanya sampai maut memisahkan. Ini adalah sebuah janji yang luhur mulia. Masalahnya adalah apakah janji itu dihayati selamanya? Banyak yang mengatakan ya berjanji tetapi dalam waktu yang singkat mengingkarinya. Orang yang hidup membiara juga berjanji ketika mengucapkan kaul-kaul kebiaraan. Nasihat-nasihat injil untuk menjadi orang yang taat, miskin dan murni juga merupakan perjuangan tersendiri. Apakah kaum biarawan, biarawati dan para imam dapat menghayati ketiga nasihat Injil ini? Meskipun orang berjanji di hadapan Allah dan Injil suci tetapi tetaplah mengingkarinya.


Pada hari ini kita semua dikuatkan kembali untuk belajar menjadi orang yang setia menghayati janji-janji kita di hadapan Tuhan dan sesama. Mengapa? Karena Tuhan sendiri tidak pernah ingkar janji. St.Paulus dalam bacaan pertama menulis kepada jemaat di Roma untuk mengikuti teladan Abraham: “Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah dijanjikanNya” (Rm 4: 20-21). Abaham menaruh seluruh harapannya hanya kepada Tuhan. Ia berusaha untuk mentaati kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Perlu juga kita ketahui bahwa Abraham dibenarkan bukan karena jasa baiknya melainkan karena prakarsa dari Allah sendiri. Janji Allah dipegang teguh olehnya meskipun mengakami banyak kesulitan yang datang dari dalam dan luar dirinya.


Selanjutnya Paulus juga mengingatkan komunitasnya untuk percaya dan bersukur  kepada Tuhan yang telah membangkitkan Yesus dari alam maut. Ini adalah janji Tuhan yang besar di mana semua orang diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Maut sudah dikalahkan oleh Yesus dan kita semua dibenarkan di dalam Dia. Paulus pada bagian terakhir perikop kita mengatakan bahwa Yesus Kristus telah diserahkan karena karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Kita juga bersyukur karena Tuhan Yesus membenarkan kita semua.


Untuk dapat menjadi orang benar, haruslah menumbuhkan semangat untuk mau berubah di dalam diri sendiri  dan nantinya mempengaruhi orang di luar diri. Orang berubah untuk tidak menjadi tamak terhadap harta dunia. Yesus berkata: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”(Mat 6:19-21). Itu sebabnya ketika Yesus diminta untuk menjadi hakim bagi dua orang bersaudara supaya Ia membagi warisan mereka, Ia mengatakan supaya mereka berjaga-jaga terhadap segala ketamakan sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaan itu. (Luk 12:15). Semua yang ada di atas dunia ini sifatnya fana.


Orang yang mudah ingkar janji mudah juga menjadi hamba bagi harta. Kita bisa melihat banyak pejabat yang berjanji untuk mengabdi bagi rakyat tetapi kemudian berubah menjadi penindas bagi rakyat. Ketika sudah menjadi pejabat, gampang sekali dibelenggu oleh kekayaan, politik balas jasa dan bentuk-bentuk lain yang sudah lazim di negeri ini. Belakangan ini kita mendengar sebuah istilah Trias politica yang berubah nama menjadi Trias koruptika. Ketika Montesquieu (1689-1755) mencanangkan konsep ini memang ia bermaksud baik supaya ada pemisahan kekuasaan yang jelas untuk lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif. Tetapi di negeri ini ketiga lembaga ini sudah menyatu dalam semangat yang sama yaitu sama-sama berkorupsi. Orang sudah tidak punya perasaan malu lagi ketika menjadi koruptor tetapi masih mau berpose di depan layar kaca dan berusaha membenarkan diri bahwa tidak korupsi. Semua di dunia ini fana.


Sabda Tuhan mengundang kita untuk setia pada janji-janji kita di hadapan Tuhan dan sesama. Tuhan tidak pernah ingkar janji maka marilah kita juga menyerupainya. Segala yang ada di atas dunia ini Tuhan berikan kepada kita. Janganlah menjadi tamak!


Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi setia terhadap segala janji-janji yang sudah kami ucapkan di hadapanMu dan sesama kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply