Uomo di Dio

Ia mencuri hatiku

Fr. JohnPada tanggal 8 Desember yang lalu Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB) merayakan 172 tahun karya kerasulan istimewanya bagi kaum muda yakni oratorium. Oratorium adalah tempat berkumpulnya anak-anak muda di mana mereka diajarkan katekese, aneka pembinaan manusiawi dan keterampilan khususnya di dalam bidang teknik. Dengan demikian mereka dapat menjadi orang muda yang mandiri, orang kristiani yang baik dan warga negara yang jujur.

Oratorium Salesian dimulai dengan perjumpaan sederhana antara Don Bosco dan seorang anak muda bernama Bartolomeus Garelli. Anak muda ini barusan datang ke kota untuk mencari kerja sebagai akibat dari revolusi industry di Eropa kala itu. Di Torino, Bartolomeus mampir di sakristi Gereja, hanya sekedar ingin tahu apa yang terjadi di dalam gereja tersebut. Ketika itu sang koster memintanya untuk menjadi misdinar namun ia tidak menyanggupinya karena memang ia tidak tahu. Koster itu marah dan hendak memukulnya. Pada saat itulah hadirlah Don Bosco dan ia melarang sang koster untuk tidak memukul Bartolomeus.

Dialog sederhana pun terjadi antara Don Bosco dan Bartolomeus. Don Bosco menanyakan beberapa hal menyangkut identitas dirinya dan ia menjawab sesuai pemahamannya atas pertanyaan Don Bosco. Lalu  Don Bosco bertanya-tanya ke hal menyangkut pendidikan agama. Don Bosco misalnya menanyakan apakah ia bisa berdoa Bapa Kami dan Salam Maria. Bartolomeus menjawab Don Bosco bahwa ia tidak tahu. Selanjutnya Don Bosco bertanya apa yang ia bisa tahu. Bartolomeus menjawab bahwa ia hanya bisa tahu bersiul. Saat itu Don Bosco pun mengajaknya untuk bersiul bersama-sama. Anak itu tersenyum dan wajahnya menjadi ceriah. Setelah itu Don Bosco mengajarkannya doa Salam Maria. Peristiwa perjumpaan ini bagi Don Bosco menjadi awal karyanya yang istimewa di dalam oratorium. Hingga saat ini komunitas-komunitas Salesian di seluruh dunia mengenal oratori. Jadi berawal dari sebuah siulan, Don Bosco berhasil mencuri hati anak muda dan mengubah hidupnya. Bartolomeus Garelli menghadiai Don Bosco sebuah kata yakni terima kasih. Bagi Don Bosco, kata terima kasih itu sangatlah bermakna.

Kisah sederhana perjumpaan, sebuah siulan  dan balasan kata terima kasih ini selalu di kenang dalam dunia Salesian. Tuhan dapat menyapa manusia dengan cara yang sederhana tetapi mampu mengubah hidup manusia juga. Dengan sebuah siulan seorang Bartolomeus Garelli dapat mengenal Tuhan dan mengasihiNya. Banyak anak muda dapat menjadi akrab dan bersahabat dengan Tuhan melalui pengalaman-pengalaman rohani yang sederhana.

Ada juga sebuah pengalaman lain yang mengesankan saya. Pada suatu kesempatan saya merayakan misa arwah bagi seorang bapa. Pada saat homili, saya meminta anaknya yang berusia kelas VI SD, untuk memberi sebuah kesaksian sederhana kebersamaannya dengan ayah. Anak itu mengatakan bahwa ada dua hal yang selalu ia ingat dari ayahnya. Pertama, setiap hari ayahnya selalu memanggilnya dengan namanya sendiri. Kedua, ayahnya selalu mengajak dia untuk bermain guitar dan bernyanyi bersma. Pengalaman sederhana ayahnya ini tetap tersimpan rapi di dalam hidupnya. Dia mengucapkan terima kasih karena kebersamaan dengan ayahnya yang sangat bernilai. Pikirkanlah sebagai seorang ayah , apakah memiliki waktu untuk menyapa anak-anak di rumah? Apakah anda menyapa dengan namanya sendiri atau hanya mengucapkan “Hei” tanpa menyembut namanya? Apakah anda sebagai ayah memiliki waktu emas bagi anak-anak juga istri atau orang tua dan saudara-saudaramu?

Kisah dua pria istimewa yakni Don Bosco dan seorang ayah ini menginspirasikan kita bahwa banyak orang muda dan juga anak-anak di dalam keluarga selalu berusaha mencuri hati para orang tua dan orang tua juga mencuri hati anak-anaknya. Ada relasi saling membutuhkan satu sama lain atau simbiosis mutualisma. Dengan cara-cara yang sederhana seperti sebuah siulan dan ucapan terima kasih, anak-anak dan orang muda dapat merasa bahwa hidupnya memang sangat berarti. Dia merasa diterima dan dikasihi oleh orang tua khususnya ayahnya.

Mari kita memandang Yesus sang inspirator pria katolik. Ia juga pernah mencuri hati anak-anak dan anak-anak pun demikian. Ia berkata: “Biarkanlah anak itu datang kepadaKu. Jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Mrk 10:14). Anak-anak itu simbol kepolosan manusia, kaum anawim di hadirat Tuhan. Ia menerima mereka apa adanya. Ia memberkati dan mengubah hidup mereka. Kita juga membutuhkan Tuhan di dalam hidup kita!

Dari pengalaman manusiawi dan pengalaman Yesus di atas, kita dapat berkata bahwa tidak seorang pun dari kita yang  dapat membantu setiap orang, namun kita semua dapat membantu seseorang. Hanya Tuhan sendirilah yang mampu membantu setiap orang.

Pada hari ini mari kita menjadi murah hati dan terbuka untuk menerima seseorang apa adanya. Mungkin saja dia adalah utusan Tuhan untuk kita kasihi. Mungkin saja dia dapat mencuri hati kita, untuk mengasihi dan berpihak kepada kaum kecil dan sederhana. Merekalah Yesus yang lain di dalam hidup kita (Mat 25:40).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply