Homili 10 Januari 2014

Hari Jumat Epifani

1Yoh 5:5-13

Mzm 147: 12-13.14-15.19-20

Luk 5:12-16

 

Dia menyentuh hati Kita Semua

Fr. JohnAda seorang baptisan baru membaharui janji baptisnya untuk pertama kali setelah dibaptis. Ia menangis karena terharu ketika menjawab pertanyaan pastor pada malam paskah: “Percayakan saudara akan Yesus Kristus, PutraNya yang tunggal, Tuhan kita, yang dilahirkan oleh Perawan Maria, yang menderita sengsara, wafat dan dimakamkan; yang bangkit dari alam maut dan duduk di sisi kanan Bapa?” dan ia menjawab: “Ya saya percaya”. Ia merasa bahwa setelah satu tahun dibaptis ia sudah banyak kali tidak hidup sebagai pengikut Kristus yang baik. Maka ketika harus mengulangi janji setia sebagai orang yang dibaptis, ia merasa malu dengan Tuhan Yesus.

Banyak kali kita senasib dengan warga baru dalam gereja. Ketika dibaptis kita merasa bahagia, senang dan bersemangat. Tetapi ketika melewati waktu yang lama bersama Kristus, mudah sekali kita lalai dan lupa bahwa kita sudah dikuduskan dalam pembaptisan. Di dalam sakramen pembaptisan kita mengatakan dengan sepenuh hati bahwa Yesus yang kita Imani adalah sungguh-sungguh Anak Allah.

Yohanes dalam suratnya menulis bahwa orang yang mampu mengalahkan dunia adalah ia yang percaya dan mengakui bahwa Yesus adalah anak Allah. Yesus Anak Allah adalah yang Dia yang sempurna kita Imani sebagai pribadi yang dibaptis di sungai Yordan (air), wafat di kayu salib (darah). Iman kepada Yesus Kristus seperti ini adalah iman para rasul, atau bersumber pada kesaksian para rasul. Kesaksian yang palin autentik adalah kesaksian Roh Kudus karena Roh adalah Kebenaran (1Yoh 5:7). Tentang kesaksian, bagi Yohanes ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga yaitu Allah Tritunggal Mahakudus (Bapa, Firman dan Roh) dan ketiganya adalah satu. Ada tiga yang memberi kesaksian di bumi yakni Roh dan air dan darah dan ketiganya juga adalah satu. Roh Kudus tidak berhenti dalam karya tetapi senantiasa menjiwai Gereja, dan di dalam Gereja kita mengenang pembaptisan (air) dan Ekaristi kudus (darah). Maka menerima kesaksian Roh Kudus sama dengan percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh Anak Allah.

Tuhan Yesus menyentuh hati kita ketika Ia menyapa kita semua dengan kasihNya. Ia adalah Anak Allah yang menjadi manusia dan membuat kita memiliki martabat baru sebagai Anak Allah. Dialah Allah yang menyelamatkan melalui Yesus Kristus, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Di dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta. Bagi orang yang mengalami penyakit kulit seperti ini, mereka tidak bisa bergabung dengan umat yang lain karena dianggap najis. Orang kusta ini tanpa merasa malu, datang kepada Yesus untuk memohon kesembuhan. Yesus membungkuk, menjamah tubuh si sakit dan menyembuhkannya. Setelah menyembuhkannya, Yesus mengingatkannya untuk pergi kepada para imam untuk menunjukan dirinya bahwa ia sudah sembuh dan mempersembahkan kolekte sebagai tanda syukur. Yesus sendiri setelah pristiwa ini menyendiri untuk berdoa.

Orang kusta ini mungkin sudah lama menderita tetapi dibiarkan saja oleh sanak keluarganya karena dianggap berdosa dan najis. Yesus tidak memandang kenajisan tetapi melihat manusia sebagai manusia. Oleh karena itu Ia membungkuk dan menjamah si kusta. Yesus di sini tidak hanya menjamah tubuh luar si kusta, tetapi lebih dari itu, Yesus menyentuh hati si kusta sehinga ia sembuh total. Hati adalah totalitas kehidupan manusia maka Yesus menyentuh hati orang yang sakit kusta sehingga sembuh total. Si kusta berubah menjadi baru dan mengikuti Yesus.

Mari kita merenungkan kehidupan kita. Apakah kita semua setia dalam hidup sebagai orang yang di baptis? Apakah kita juga menyerupai Yesus yang menggunakan tanganNya untuk menjamah dan menyembuhkan orang sakit? Mari menggunakan tangan untuk memberkati banyak orang bukan sebagai sumber kekerasan atau untuk melecehkan sesama. Tuhan Yesus menyentuh hati kita semua.

Doa: Tuhan Yesus, sentuhlah hatiku dan ubalah hidupku menjadi baru. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply