Hari Kamis, Pekan Prapaskah I
Est 4:10a.10c-12.17-19
Mzm 138: 1-2a.2bc-3.7c-8
Mat 7:7-12
Tuhanlah Penolongku
Kalau kita rajin membaca Kitab Suci, kita menemukan figur-figur tertentu yang namanya menggambarkan kuasa Allah sebagai penolong umat manusia. Misalnya, hasil perkawinan Musa dan Zipora melahirkan dua orang putera yakni Gersom dan Eliezer. Nama Gersom berarti “Aku telah menjadi pendatang di negeri asing” (Kel 18: 3) sedangkan Eliezer berarti “Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun” (Kel 18:4). Tuhan adalah penolong dan pembebas bagi manusia yang berharap kepadaNya. Kalau membaca Kitab Mazmur, kita juga menemukan doa-doa dari pemazmur yang mengakui Allah sebagai penolong terutama di saat-saat manusia mengalami pergumulan hidup tertentu. Misalnya: “Dengarlah, Tuhan dan kasihanilah aku, Tuhan jadilah penolongku” (Mzm 30:10). Ketika orang bergumul dengan dirinya maka doa ini meneguhkan iman: “Mengapa engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisa di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepadaNya, penolong dan Allahku!” (Mzm 42:5.11; 43:5). Tuhan selalu menjadi penolong dan penopang hidup (Mzm 54:4). Tangan Tuhan menjadi simbol kehadiranNya sebagai penolong (Mzm 119:173). Memang, terlepas dari Tuhan kita tidak dapat melakukan apa-apa (Yoh 15:5).
Selama masa prapaskah ini kita semua diajak untuk merenungkan pertolongan Tuhan yang selalu baru melalui rahmat-rahmat dan kasih setiaNya setiap pagi (Rat 3:22-23). Di samping kita menantikan pertolongan Tuhan, kita juga diajak untuk menolong sesama lain dalam karya amal kasih. Kita dipanggil untuk membantu saudara-saudari yang berkekurangan, mengalami musibah atau malapetaka. Pertolongan dari Tuhan dirasakan melalui kehadiran dan pelayanan kita setiap hari. Dalam melayani Tuhan dan sesama, buanglah segala perhitungan manusiawimu. Tuhan menerima orang yang memberi bantuan dengan sukacita bukan dengan terpaksa.
Bacaan-bacaan liturgi pada hari ini mengajak kita untuk memandang Allah sebagai penolong sejati. Kita dapat merasakan pertolonganNya melalui doa-doa kita. Dalam bacaan pertama kita mendengar bagaimana Ratu Ester merasakan pengalaman akan Allah dari dalam diri dan keluarganya. Ketika mengalami kesulitan ia mendekati Allah dengan seruan dan doa-doanya karena ia percaya bahwa Tuhan akan menolongnya. Ratu Ester berdoa: “Ya Tuhan, Raja kami, Engkaulah yang tunggal. Tolonglah aku yang seorang diri ini. Padaku tidak ada seorang penolong lain selain Engkau, sebab bahaya maut mendekati diriku.” Ratu Ester dalam doanya ini mengandalkan Tuhan. Kuasa manusiwi tidak memiliki arti apa-apa kalau kuasa Tuhan tidak menguatkannya. Banyak kali kita mengandalkan diri kita dan lupa bahwa Tuhanlah yang seharusnya menjadi andalan kita.
Di samping mendoakan dirinya, Ester juga mendoakan sesamanya. Ia bersyukur karena nenek moyangnya telah mengajarkan Tuhan Allah yang benar, yang juga memilih Israel sebagai umat pilihan dan kepunyaanNya. Ia sudah berjanji dan memenuhi janji-janjiNya kepada Israel. Oleh karena itu doa dan harapan dari Ester adalah supaya Tuhan menampakkan diri kepada umatNya, memberikan keberanian, mengajarkan perkataan yang sedap di dalam mulut. Pada akhirnya Ester berharap agar Tuhan menyelamatkannya dengan tanganNya yang perkasa.
Kita tidak dapat berjalan sendiri. Kita butuh Tuhan dalam kesesakan hidup karena Dialah penolong kita. Sang Pemazmur berdoa: “Pada hari aku berseru, Engkau menjawab aku, ya Tuhan” (Mzm 138). Untuk itu kita harus berani untuk terbuka kepada Tuhan seperti Ester, meminta, mencari dan mengetuk pintu hati Tuhan. Kita tidak hanya meminta dari Tuhan tetapi kita juga terpanggil untuk membantu sesama, memperlakukan mereka seperti diri kita sendiri. Kita tidak hanya mengasihi Tuhan tetapi juga mengasihi sesama.
Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus juga menekankan pentingnya berdoa. Dengan pesan-pesan yang sudah lazim seperti “Carilah, Mintalah dan Ketoklah”, ketiga kata ini memaknai pengajaran Yesus kepada para muridNya tentang doa. Yesus berkata: “Mintalah maka akan mendapatkan, ketoklah maka pintu akan dibukakan.” Sikap bathin dalam doa seperti ini memang amat penting kita berdoa tanpa henti dan tekun. Satu hal lain yang penting untuk kita pikirkan dalam doa bersama adalah figur Allah sebagai Bapa yang baik. Bapa di surga selalu memberikan yang baik bagi yang meminta kepadaNya. Maka dalam doa pribadi atau doa bersama dalam komunitas pikiran pertama harus tertuju kepada Bapa yang baik. Bapa yang baik akan memperhatikan semua kebutuhan anak-anakNya. Yesus sendiri mengajar kita untuk berdoa dalam nama Bapa (Luk 11:2)
Sikap patuh kepada Bapa yang baik akan membantu kita untuk terbuka dan menghargai sesama lainnya karena mereka adalah saudara atau sesama kita. Tuhan Yesus berfirman: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12). Kita dapat berlaku adil dalam hidup karena kuasa doa yang dirasakan setiap hari. Tuhan tidak berhenti membantu kita maka marilah kita juga membantu sesama kita dalam doa dan karya amal kasih.
Doa: Tuhan, bantulah kami supaya mampu mengasihiMu dan sesama kami. Amen
PJSDB