Hari Minggu Paskah V/A
Kis 6:1-7
Mzm 33:1-2.4-5.18-19
1Ptr 2:4-9
Yoh 14:1-12
Percayalah kepada Allah!
Kita memasuki Hari Minggu Paskah V/A. Bacaan-bacaan liturgi kita pada hari ini membantu kita untuk semakin percaya kepada Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus. Simbol-simbol iman yang paling kuno adalah pengakuan iman pembaptisan karena diberikan “atas nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus (Mat 28:19). Dalam sakramen pembaptisan pengakuan kebenaran iman diformulasikan mengacu pada tiga Pribadi Tritunggal Mahakudus. Artinya orang tidak hanya bangga karena beragama tetapi lebih berbangga karena beriman kepada Allah. Orang yang beriman kepada Tuhan Allah, dapat siap untuk melayani dan hidup dalam Roh.
Di dalam bacaan pertama kita mendapat gambaran bahwa Gereja mulai berkembang secara kuantitas tetapi belum sepenuhnya berkembang secara kualitas. Artinya jumlah anggota jemaat bertambah banyak tetapi belum berbanding lurus dengan kualitas anggota jemaat. Para rasul menyadari bahwa jumlah jemaat bertambah maka butuh pelayan-pelayan Sabda yang tekun dan kuat juga pelayan meja. Untuk pelayan Sabda dipegang teguh oleh para rasul sedang pelayanan di meja dilimpahakan kepada orang-orang yang dipilih khusus untuk melayani. Di dalam komunitas atau persekutuan pasti ada orang yang merasa diperhatikan dan ada yang kurang diperhatikan sehingga bersungut-sungut.
Menyadari situasi bertambahnya jemaat dan pelayanan meja maka para rasul memanggil semua murid untuk berkumpul dan memilih para pelayan yang disebut diakonos. Syarat untuk bisa dipilih menjadi diakonos adalah orangnya baik, penuh Roh Kudus dan berhikmat. Inilah nama tujuh orang terpilih untuk menjadi diakonos dan melayani meja perjamuan: Stefanus yang nantinya menjadi martir pertama, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas, dan Nikolaus. Para rasul berdoa dan menahbiskan atau memberkati mereka. Gereja perdana berkembang semakin pesat karena iman kepada Allah Tritunggal. Bacaan pertama juga membantu kita untuk terbuka terhadap pelayanan-pelayanan di dalam gereja. Gerja menjadi pelayan atau abdi bagi Tuhan dan manusia.
Di dalam bacaan kedua, Petrus membuka pikiran kita untuk memahami gereja sebagai bait Allah yang baru yang tentu bukan hanya sekedar bangunan dari batu tetapi merupakan sebuah komunitas manusia yang akan memberi kesaksian tentang kehadiran Tuhan di dalam hidup setiap hari. Jemaat kristiani adalah batu-batu rohani yang hidup. Petrus mengajak kita semua untuk datang kepada Yesus Kristus, batu yang hidup, yang dibuang oleh manusia tetapi dipilih dan dihormati Allah. Petrus mengharapkan agar kita sebagai orang yang dibaptis juga menjadi batu yang hidup untuk membangun sebuah bangunan rohani yang berkenan bagi Allah karena Yesus Kristus. Seka lagi batu di sini berarti sebuah komunitas manusia yang percaya kepada Allah karena digerakkan oleh Roh Kudus. Komunitas manusia yang berdiri di atas Yesus Kristus yang diimaninya. Pada akhirnya Petrus berseru: “Kamulah bangsa yang terpilih, kaum imam rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.” Oleh karena kita semua milik Allah dalam Yesus Kristus, maka tugas kita adalah memaklumkan perbuatan-perbuatan agung Allah. Sekali lagi, orang beriman adalah mereka yang bisa melayani Tuhan dan sesama.
Di dalam bacaan Injil kita mendengar amanat perpisahan Yesus di hadapan para muridNya. Di dalam Kitab Suci kita juga menemukan banyak amanat perpisahan misalnya Yakub (Kej 49); Yusuf (Kej 50); Musa (Ul 31-33); Yosua (Yos 23-24); Paulus (Kis 20). Pada umumnya amanat perpisahan diucapkan sebelum orang itu meninggal dunia. Isi amanatnya adalah menyangkut hal-hal berupa perintah atau berkat yang dapat diterima dari Tuhan di masa depan. Yesus mengatakan kepada para muridNya supaya jangan gelisah hati tetapi selalu percaya kepada Allah dan kepadaNya. Ia pergi kepada Bapa untuk menyiapkan tempat tinggal, Ia juga akan kembali untuk menjemput supaya di mana Ia berada, kita juga berada bersamaNya. Ia juga menjanjikan Roh Kudus yang menghibur setiap orang yang berharap kepada Tuhan Allah. Perintah baru diberikan Yesus kepada para muridNya: “Hendaklah kalian saling mengasihi.” (Yoh 13:34-35).
Yesus juga mewahyukan sebuah “rahasia” yakni “jalan” menuju kepada Bapa. Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Yesus sebagai Jalan karena merupakan satu-satunya Pengantara Bapa dan manusia. Yesus sebagai Kebenaran karena Ia mewahyukan Bapa kepada manusia. Yesus sebagai Hidup karena Dialah yang membimbing kita untuk bersatu dengan Allah selama-lamanya. Hal yang dituntut dari kita adalah iman dan kepercayaan yang teguh kepadaNya.
Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengatakan kepada kita beberapa hal untuk kita renungkan. Pertama, kita berbangga sebagai orang beriman bukan sebagai orang beragama ketika kita melayani Tuhan dan sesama tanpa pamrih. Gereja bisa hidup karena ada pelayan-pelayan Sabda dan pelayan-pelayan Perjamuan khusus untuk kaum papa dan miskin. Orang-orang beriman akan melayani dengan sungguh-sungguh. Kedua, Kita diingatkan untuk hidup dalam Roh Kudus. Roh Kudus yang mendorong kita untuk hidup bersama di dalam komunitas. Kita membentuk persekutuan yang erat dan kuat sebagai komunitas yang bertugas untuk memaklumkan perbuatan-perbuatan agung dari Allah. Ketiga, Kita dikuatkan supaya jangan gelisah hati. Setiap orang memiliki kegelisahan, kecemasan di dalam hidupnya. Untuk itu perlu iman dan kepercayaan kepada Tuhan Allah Tritunggal mahakudus. Keempat, tujuan hidup kita adalah bersatu dengan Tuhan selama-lamanya. Yesus mempersatukan kita dengan Bapa karena Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup kita.
Doa: Tuhan, kami selalu memuji Engkau karena kasihMu yang agung bagi kami. Amen
PJSDB