Hari Minggu Paskah VI
Kis 8:5-8.14-17
Mzm 66:1-3a.4-5.6-7a.16.20
1Ptr 3:15-18
Yoh 14:15-21
Roh Allah Menyertaimu
Roald Amundsen adalah seorang penjelajah dari Norwegia yang memimpin ekspedisi Antartika untuk menemukan kutub selatan pada tanggal 14 Desember 1911. Dalam ekspedisi itu ia mengambil seekor burung merpati dan membawanya serta dalam perjalanan. Ia berkata kepada istrinya bahwa sekiranya ia bisa mencapai ujung dunia maka ia akan membebaskan merpati itu. Istrinya sendirian menjaga rumah, sepanjang hari ia selalu memandang ke langit untuk melihat apakah ada burung merpati atau tidak. Pada malam harinya ia hanya berdoa dan berharap supaya suaminya selamat. Pada suatu hari ia melihat dari jendela kamar tidurnya seekor merpati yang terbang mengitarinya lalu menuju ke angkasa. Ia berteriak kegirangan: “Ia masih hidup. Suamiku masih hidup!”
Dalam amanat perpisahanNya Yesus mengharapkan agar para muridNya menunjukkan kasih yang tiada batasnya dengan menuruti segala perintahNya. Tentu saja perintah yang terpenting adalah perintah baru yang isinya adalah harapan kepada setiap pribadi untuk saling mengasihi satu sama lain. Dengan mematuhi perintah-perintah Yesus maka Ia akan meminta kepada Bapa untuk mengutus Paraclet atau sang Penghibur yang tidak lain adalah Roh Kebenaran. Roh Kebenaran yang dijanjikan Yesus ini bertugas untuk menyertai setiap pribadi sampai selama-lamanya. Roh Kebenaran akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan mengingatkan semua yang telah dikatakan Yesus. Nah disinilah letak perbedaannya: Burung merpati yang dijanjikan oleh Amundsen kepada istrinya itu hanyalah sebuah tanda bahwa orang yang melakukan perjalanan itu sudah mencapai tujuannya. Selebihnya burung merpati tidak menunjukkan sesuatu yang lain. Yesus adalah Paraclet bagi para muridNya dan sekarang Ia menjanjikan Paraclet untuk menyertai dan diam di dalam hidup mereka hingga akhir zaman.
Yesus tidak hanya menjanjikan Penghibur tetapi Ia juga berjanji bahwa Ia akan datang kembali. Kita selalu mengakuinya ketika mengucapkan credo: “Ia akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati.” Kita tetap percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh bersatu dengan Bapa dan Ia akan datang kembali untuk menjemput kita supaya di mana Ia berada kita semua juga berada bersamaNya. Yesus menghendaki sebuah komunitas kasih yang setia melakukan kehendakNya dan mengikuti segala perintahNya.
Para rasul mendengar dan melakukan perintah Yesus ini dengan baik. Salah satu contohnya adalah Filipus yang meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Samaria untuk mewartakan Mesias. Orang banyak yang mendengar pewartaan Filipus dan melihat perbuatan-perbuatan Allah di dalam diri Filipus itu dengan sebulat hati menerimanya. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan Filipus adalah menyembuhkan orang-orang yang kerasukan roh jahat, orang lumpuh dan timpang. Jadi mengasihi Yesus berarti mengikuti perintah-perintah Yesus. Apa yang sudah Yesus lakukan diikuti dengan baik oleh para muridNya.
Para rasul di Yerusalem mendengar bahwa ada orang Samaria yang sudah menerima Firman Tuhan. Perlu diingat bahwa orang-orang Yudea dan Samaria saat itu belum memiliki relasi yang baik namun Firman Allah sendiri diterima dengan baik sehingga Petrus dan Yohanes diutus untuk memperkuat pewartaan Sabda di sana. Ketika Petrus dan Yohanes tiba di Samaria, mereka berdoa sehingga terjadilah pentekosta baru. Roh Kudus sebagai Paraclet yang dijanjikan Tuhan turun dan menguasai semua orang Samaria. Satu faktor yang juga terjadi di sana adalah orang-orang Samaria dibaptis hanya dalam nama Yesus. Dengan penumpangan tangan Petrus dan Yohanes maka Roh Kudus turun dan menguasai mereka. Sakramen Pembaptisan merupakan saat kita semua menerima Roh Kudus. Roh Kudus menjadi penghibur dan pembela, bukti penyertaan Yesus bagi kita semua. Dengan kehadiran Roh Kudus kita diharapkan untuk bertahan dalam penderitaan.
St. Petrus dalam bacaan kedua mengharapkan agar jemaat bisa sabar dalam menghadapi aneka penderitaan. Petrus mengharapkan agar setiap orang menunjukkan kebajikan-kebajikan kristiani di dalam hidupnya. Pertama, supaya jemaat hidup sebagai orang Kudus karena Kristus ada di dalam diri mereka. Petrus berkata: “Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!” Kedua, Selalu siap untuk mempertanggungjawabkan iman. Ketiga, bersikap lemah lembut, hormat dan hati nurani yang murni. Dengan sikap-sikap seperti ini maka para pengikut Kristus bisa bertahan dalam penderitaan. Prinsip yang diajarkan oleh Petrus adalah: “Lebih baik menderita karena berbuat baik jika itu merupakan kehendak Allah dari pada menderita karena berbuat jahat.” (1Ptr 3:17). Tuhan Yesus sendiri adalah orang benar yang menderita, wafat dan dibangkitkan oleh Roh, demikian akan terjadi juga dengan kita. Roh Kuduslah yang akan menghidupkan kita menjadi ciptaan baru.
Sabda Tuhan pada hari ini menyiapkan kita untuk menjadi saksi kebangkitan dan kenaikan Tuhan ke Surga. Dia juga yang akan memberikan RohNya untuk mendampingi dan menemani seluruh hidup kita. Kita bersyukur karena sakramen pembaptisan merupakan saat pertama kita menerima Roh Kudus. Kita semua dilahirkan baru dalam Roh dan menjadi orang kudus, anak-anak Allah. Mari kita bersyukur atas karya dan penyertaan Roh Kudus di dalam hidup kita.
Doa: Datanglah ya Roh Mahakudus, baharuilah hidup kami supaya layak menjadi anak-anakMu. Amen.
PJSDB