Homili 24 Mei 2014

Hari Sabtu, Pekan V Paskah
Kis 16:1-10
Mzm 100:1-2,3,5
Yoh 15:18-21

Dunia dikuasai rasa benci dan cinta

Fr. JohnAda seorang anak laki-laki yang datang kepada ayahnya sambil menangis. Ia menceritakan isi hatinya kepada ayahnya karena diperlakukan tidak adil di sekolah oleh anak majikan tempat ayahnya bekerja. Anak majikan ayahnya berkata: “Dasar anak miskin. Kamu bisa hidup karena ayahku menggaji ayahmu. Tanpa ayahku kamu jadi melarat.” Sang ayah memeluk anaknya dan berkata, “Kita harus banyak bersabar. Kita memang orang miskin dan semua perkataan itu ayah sudah berkali-kali mendengarnya.” Cuplikan kisah ini selalu ada dalam kehidupan setiap hari. Selagi kita masih berada di dunia maka pengalaman benci dan cinta selalu ada dan saling berlomba untuk menguasai hidup kita.

Tuhan Yesus dalam amanat perpisahan bersama para muridNya, Ia mengingatkan mereka untuk bertahan dalam penderitaan sebagai murid terutama ketika berhadapan dengan rasa benci dan cinta. Dunia tempat kita tinggal menjadi simbol kehadiran dosa sehingga butuh Yesus sebagai terang bagi dunia. Yesus merasakan adanya perlawanan itu maka Ia berkata: “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.” (Yoh 15:18-19).

Ada tiga hal yang Yesus tekankan di sini. Pertama, dunia jasmani berlawaan dengan dunia rohani. Dunia jasmani diisi oleh berbagai kejahatan dan dosa sedangkan dunia ilahi diisi oleh kasih dan kebaikan Tuhan. Dunia dengan kuasa kegelapan mau menguasai dunia ilahi yang penuh dengan terang tetapi ia tidak mampu. Penginjil Yohanes bersaksi: “Terang itu bersinar dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak bisa menguasainya. Terang itu datang ke dalam dunia, terang benar yang menerangi setiap orang.” (Yoh 1:5.9). Yesus adalah Terang dunia (Yoh 8:12). Kedua, Tuhan Yesus memilih dan mengeluarkan kita dari dunia. Hanya di dalam Dia ada penebusan yang berlimpah. Ketiga, Dunia membenci para pengikut Kristus. Rasa benci itu tidak akan pernah berakhir. Rasa benci itu bisa diungkapkan dengan berbagai cara: memfintah, memarahi bahkan ada keinginan untuk menghilangkan nyawa sesama manusia.

Pengalaman Yesus menjadi pengalaman setiap orang yang mengikutiNya. Ia menderita hingga wafat di kayu salib. Ia juga mengharapkan agar kita pun memikul salib dan mengikutiNya hari demi hari (Mat 16:24). Kalau orang menganiaya Yesus maka para muridNya juga siap untuk menerima penganiayaan itu. Mengikuti Kristus bukanlah hal yang mudah. Kita harus menjadi seperti Kristus yang menderita karena kebencian tetapi tetap tegar karena cinta kasihNya kepada semua orang. Kisah Injil ini membuat kita seharusnya merasa malu karena banyak kali kita tidak berani menghadapi kesulitan. Mudah bersungut-sungut dan memberi beban kepada sesama itu selalu ada di dalam hidup kita. Hidup kristiani akan bermakna ketika kita belajar untuk bertahan ketika dibenci dan bersukacita ketika dikasihi. Bagi kita, janganlah membenci sesama tetapi kasihilah dan teruimalah mereka apa adanya.

Dalam perjalan misionernya yang pertama, Paulus pernah mengalami penolakan dan aneka penderitaan lainnya. Dia menjadi sasaran kebencian kaum Yahudi di Listra oleh prang-orang Yahudi. Hal yang baik dari Paulus dan Barnabas adalah mereka tabah dan setia kepada Tuhan. Setelah Konsili di Yerusalem Paulus melanjutkan perjalanan Misionernya yang kedua. Pada perjalanan misionernya yang kedua ini ia merekrut rekan-rekan seperjalanan supaya membantu pewartaan Injil dan sosialisasi hasil Konsili di Yerusalem. Paulus kembali Derbe dam Listra dan berjumpa dengan Timotius yang juga di kenal di Ikonium. Ibunya adalah orang Yahudi dan ayahnya seorang Yunani. Paulus dan Silas berkeliling untuk mensosialisasikan hasil Konsili di Yerusalem dari Antiokhia ke Derbe, Listra, Frigia, Galatia, Misia, Troas. Ada dua kejadian dalam perjalanan ini, Pertama, ketika melintasi Frigia dan Galatia, Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitaka Injil di Asia. Kedua, Paulus mengalami suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” (Kis 16:9). Paulus yakin bahwa Tuhan juga memanggil mereka untuk mewartakan Injil di sana. Jumlah orang percaya semakin banyak.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menginspirasikan kita untuk selalu terbuka kepada setiap rencana dan kehendak Tuhan. Semuanya indah bagi kemuliaan namaNya. Hal yang penting di sini adalah kesadaran bahwa mengikuti Yesus itu butuh pengorbanan diri yang besar. Orang harus merelakan dirinya dibenci karena nama Yesus. Dari pengalaman Paulus, kita juga dikuatkan untuk taat pada Roh Kudus. Roh Yesus Kristus bekerja di dalam Gereja dan patut untuk ditaati. Paulus melakukan itu dan melakukan pewartaan Injil dengan matang. Roh Kudus selalu bekerja, meringankan beban hidup kita. Roh Kudus memampukan kita untuk menghancurkan kebencian dan menggantinya dengan kasih.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kasih dan pelayaanan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply