Homili 27 Mei 2014

Hari Selasa Pekan Paskah VI
Kis 16:22-34
Mzm 138:1-2a,2bc-3,7c-8
Yoh 16:5-11

Ia akan menginsafkan dunia

Fr. JohnTuhan Yesus mencintai semua orang. Ia menghancurkan dosa tetapi tetap mencintai manusia pendosa. Sikap Yesus ini selalu berbeda dengan kita sebab banyak kali kita lebih membenci manusia yang berdosa daripada perbuatan dosanya. Memang benar bahwa dosa itu melekat pada manusia namun fokus perhatian kita adalah bahwa dosa itu melawan hakikat Allah sebagai kasih. Manusia pertama telah menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Allah dan hal ini berlangsung turun temurun dalam generasi manusia. Inilah yang disebut dosa asal. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa dosa asal yang didalamnya manusia dilahirkan adalah keadaan tiadanya kesucian dan keadilan asali. Dosa asal adalah dosa yang membelenggu kita, bukan sesuatu yang kita lakukan, merupakan suatu keadaan kelahiran dan bukan suatu tindakan pribadi. Karena kesatuan asali seluruh umat manusia, dosa asal ini diturunkan kepada keturunan Adam “bukan dengan peniruan, tetapi lewat pembiakan”. (KGK, 404-409).

Di dalam amanat perpisahanNya Yesus menunjukkan kasihNya yang kekal kepada para muridNya. Ia meyakinkan mereka untuk tidak berduka karena Ia akan tetap menyertai mereka selama-lamanya. Namun sepertinya para murid belum memahami perkataan Yesus ini. Dalam beberapa kesempatan yang berbeda Yesus sudah mengatakan bahwa Ia sebagai Anak Manusia akan pergi ke Yerusalem, di sana Ia akan menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (Mrk 8:31; 9:31; 10:33). Penginjil Markus bersaksi bahwa para murid tidak mengerti perkataan Yesus tentang penderitaanNya namun segan untuk menanyakannya kepadaNya (Mrk 9:32). Salah satu alasan mereka belum mengerti perkataan Yesus adalah karena mereka belum menerima Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Mereka pasti akan berduka dan mengalami krisis iman. Petrus misalnya, ketakutan dan menyangkal Yesus tiga kali. Jadi situasi komunitas Yesus sungguh-sungguh berubah maka Ia akan menatanya kembali dengan berjanji untuk mengutus Parakletos atau Roh Penghibur atau Roh Pembela.

Yesus dengan terus terang mengatakan tentang kematianNya. Ia berkata: “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” (Yoh 16: 7). Yesus pergi kepada Bapa tetapi tidak akan membiarkan kita sendirian. Ia sudah berjanji untuk mengutus Parakletos. Parakletos akan menyertai dan menjiwai seluruh kehidupan kita. Buah-buah Roh Kudus tetap menginspirasikan hidup kita setiap hari supaya hidup layak sebagai anak-anak Allah.

Apa peran dari Parakletos? Yesus mengatakan tiga hal yang akan dilakukan oleh Parakletos: “Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” (Yoh 16: 8-11).

Parakletos menginsafkan dunia akan dosa karena dunia tidak percaya kepada Yesus. Dosa adalah menolak untuk percaya kepada Sabda. Kaum pendosa adalah mereka yang tidak ingin membiarkan Sabda merembes ke dalam hati dan pikiran sehingga dengan terang-terangan menolak persekutuan kasih dengan Tuhan. Padahal Yesus menghendaki persekutuan kasih sebagaimana Ia sendiri bersekutu dengan Bapa, demikian Ia juga menghendaki agar kita semua bersekutu sebagai saudara.

Parakletos menginsafkan dunia tentang kebenaran (righteousness) dan keadilan (justice) karena Yesus akan pergi kepada Bapa dan kita tidak melihatNya lagi. Dunia memiliki konsep yang salah tentang Allah dan Kebenaran atau KeadilanNya. Itu sebabnya dalam penderitaanNya, Barabas orang jahatlah yang dibebaskan bukan Yesus yang tidak bersalah.

Parakletos menginsafkan dunia tentang penghakiman karena penguasa dunia akan dihukum. Orang-orang yang memusuhi Yesus menghukumNya sampai mati di salib meskipun Ia tidak bersalah. Namun kebangkitanNya yang mulia mengalahkan segala kejahatan dan dosa. Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati.

Roh Kudus yang sama menginsafkan Paulus dan Silas untuk bertahan dalam penderitaan mereka di Filipi. Lukas melaporkan bahwa ketika mewartakan Injil di Filipi Paulus dan Silas ditangkap, didera lalu dibuang ke dalam penjara. Namun secara mengejutkan Tuhan melepaskan mereka dari belenggu di penjara. Mereka berhasil membawa kepala penjara kepada Tuhan. Seluruh keluarganya dibaptis, mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus juga menginsafkan kita untuk bersabar, bertahan dalam penderitaan dan mengikuti Kristus dari dekat. Apakah kita percaya bahawa Roh Kudus juga menginsafkan kita?

Doa: Tuhan, utuslah Roh KudusMu untuk menginsafkan kami supaya percaya dan mengasihiMu, memahami Kebenaran Sabda dan KerahimanMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply