Homili 14 Oktober 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXVIII
Gal 4: 31b-5:6
Mzm 119: 41.43.44.45.47.48
Luk 11: 37-41

Semua karena kasih!

Fr. JohnSaya barusan menerima sebuah pesan singkat dari salah satu kelompok yang pernah mendapat pelayanan sakramen Ekaristi. Isinya mengucapkan terima kasih dan kalimat terakhir dari pesan singkat itu adalah: “Melayani dengan sungguh itu baik adanya. Semuanya itu karena kasih.” Saya mengangguk dan setuju bahwa semua pelayanan kita itu karena kasih. Orang yang melayani karena hanya untuk mencari popularitas itu gagal dalam pelayanannya. Tuhan sendiri melayani karena kasihNya sampai tuntas bagi manusia.

St. Paulus dalam bacaan pertama melanjutkan pengajarannya kepada jemaat di Galatia. Ia mengatakan bahwa kita semua mengalami kasih Allah sehingga Ia memberi kepada kita seorang wanita merdeka yang melaihirkan kita. Ia berasal dari Yerusalem surgawi. Dia bukanlah seorang wanita hamba dari Sinai. Paulus juga mengatakan bahwa kita semua sudah dimerdekakan oleh Kristus. Konsekuensinya adalah kita menjadi pribadi yang optimis karena semua ini merupakan kasih dari Tuhan bukan semata-mata usaha manusia.

Persoalan yang dihadapi gereja di Galatia adalah mereka masih membedakan hal-hal lahiria yang merupakan warisan hukum Taurat dan hal-hal rohani yang melekat pada iman dan kasih kepada Tuhan. Bagi Paulus, Tuhan Yesus sudah memerdekakan kita maka halangan-halangan untuk mencapai keselamatan buatan manusia itu haruslah disingkirkan. Dengan hanya membedakan hal-hal lahiria seperti sunat atau tidak bersunat maka bisa saja menghalangi orang untuk berjumpa dengan Kristus sang Penyelamat kita. Itulah sebabnya Paulus berkata: “Jika kalian menyunatkan diri, Kristus sama sekali tidak berguna bagimu.” (Gal 5:2). Orang yang menyunatkan dirinya haruslah melakukan seluruh hukum Taurat. Orang yang lepas dari Kristus mengharapkan kebenaran hukum Taurat dan dengan demikian hidupnya berada di luar kasih karunia. Orang yang hidup di dalam Kristus tidak membedakan sunat atau tidak bersunat. Iman, harapan dan kasih mempersatukan setiap pribadi dengan Tuhan.

Pengalaman Gereja di Galatia masih terasa di dalam Gereja saat ini. Dalam pelayanan mungkin saja Gereja masih memilah-milah, masih membedakan golongan A dan golongan B. Orang juga masih berpikir tentang berjasa atau tidak berjasanya orang terhadap Gereja. Orang masih juga melihat latar belakang, suku dan etnis para pelayan Gereja. Kiranya sikap-sikap yang berbau devide et impera ini tidak laku di dalam pikiran Kristus ketika mendirikan Gereja. Seharusnya kita membangun kesadaran bahwa Kristus mengasihi semua orang tanpa membedakan manusia.

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar bagaimana sikap orang-orang Farisi terhadap sesama. Mereka itu disebut Perusyim karena memisahkan diri atau mengasingkan diri dari pengaruh-pengaruh non Yahudi terhadap tradisi asli Yahudi. Tujuannya memang bagus tetapi lama kelamaan mereka menjadi arogan sehingga hanya memperhatikan hal-hal lahiria dan lupa pada cita-cita Tuhan yakni keadilan dan kasih. Tuhan Yesus mau mengoreksi cara hidup mereka yang penuh kemunafikan. Tidak sinkron antara pengajaran dan perbuatan atau kehidupan nyata mereka.

Tuhan Yesus menegur orang Farisi dengan keras: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” (Luk 11:39-41).

Banyak kali kita juga bersikap Farisi karena hanya menilai sesama dari hal lahiria saja. Seorang guru bisa menilai anak didiknya secara lahiria misalnya penampilan dan penurut. saja. Ini menunjukkan ketidakadilan di dalam hidup. Orang tua juga menilai anaknya, kalau penurut maka anaknya, kalau jahat maka bukan anaknya. Kita juga dituntut untuk menjadi pribadi yang bisa menerima semua orang apa adanya. Tentu bisa dilakukan ketika adat kebiasaan, peraturan tidak menjadi beban atau memperbudak hidup kita. Cinta kasih dan keadilan yang harus menjadi prioritas kita.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kasih. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply