Homili 18 Oktober 2014

St. Lukas, Penulis Injil
2Tim 4:10-17b
Mzm 145:10-11.12-13ab.17-18
Luk 10:1-9

Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian!

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Lukas. Lukas kelahiran Antiokhia adalah seorang tabib terkemuka. Ia mengenal Yesus karena pewartaan orang-orang Kristiani yang meninggalkan Yerusalem karena penganiayaan dari pihak kaum Yahudi. Ia berjumpa dengan Paulus dan menemani perjalanan misioner Paulus ke Makedonia, Yerusalem dan Roma. Ketika berada di Yerusalem, Paulus ditangkap dan di penjara. Lukas setia mengunjunginya. Mungkin ini kesempatan Lukas mendapat bahan-bahan yang ditulisnya di dalam Injil dan Kisah para rasul.

Pola pikirnya memiliki kemiripan dengan Paulus. Kalau kita membaca Injil Lukasl maka kita mendapat gambaran bagaimana Lukas melukis seluruh hidup Yesus, keselamatan diperuntukan bagi semua orang, perhatian istimewa kepada kaum papa dan miskin. Allah digambarkannya sebagai Pribadi ilahi yang berbelas kasih kepada manusia. Pengampunan Allah tidak berkesudahan. Lukas juga menampilkan wanita-wanita istimewa yang setia melayani Tuhan dan murid-muridNya. Di dalam Kisah Para Rasul, kita mendapat gambaran perkembangan Gereja sejak Gereja lahir pada hari raya Pentekosta. Tuhan menganugerahkan Roh Kudus untuk menghidupkan Gereja. Para rasul dengan kuasa Roh Kudus memiliki keberanian untuk pergi sampai ke ujung dunia untuk mewartakan Injil. Paulus adalah tokoh yang ditampilkan Lukas dengan perjalanan misionernya hingga kematiannya di Roma. Lukas meninggal dunia pada usia 84 tahun sebagai martir. Ia dihormati sebagai pelindung para pelukis.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mambantu kita untuk merasakan kehadiran Tuhan di dalam Gereja. St. Paulus di dalam bacaan pertama memberi kesaksian bagaimana ia merasakan penderitaan di dalam penjara. Banyak orang-orang dekatnya yang meninggalkan dia. Tentu saja menambah penderitaan karena merasa ditinggalkan, kesepian dan ini memang sangat manusiawi. Namun demikian secara rohani ia tidak merasa sendirian karena Tuhan senantiasa menyertainya. Tuhan Yesus Kristus hidup di dalam dirinya. Paulus hanya merasa bahwa Lukas adalah rekan yang setia mengunjunginya di penjara. Ia bersaksi: “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.” (2Tim 4:11). Mungkin sambil mengunjungi Paulus di penjara maka ia mendapat pengalaman rohani dan belajar banyak hal dari Paulus.

Pengalaman penderitaan dan kesepian dalam melayani bisa saja sangat mengganggu. Tetapi Paulus bersaksi bahwa pengalaman-pengalaman seperti ini membuatnya banyak belajar dan bertumbuh menjadi dewasa dalam iman. Bagi saya, berbagai karya pelayanan menjadi sempurna ketika kita kembali kepada Tuhan dan berharap kepadaNya. Paulus mengalaminya dan bersaksi: “Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.” (Luk 4:17).

Pengalaman Paulus adalah pengalaman Gereja sepanjang masa. Ia melakukan perjalanan misioner, mengalami aneka penderitaan, tabah hingga tuntas hidupnya di Roma untuk Tuhan. Sebenarnya pengalaman Paulus sebagai misionaris ini juga dialami oleh para murid Yesus. Lukas memberi kesaksian bahwa Tuhan mengutus tujuh puluh murid, pergi berdua-dua mendahului semua kota yang akan dikunjungiNya. Tuhan Yesus tidak hanya mengutus tetapi menegaskan beberapa hal penting kepada para muridNya yang juga dialami Gereja hingga saat ini.

Pertama, Tuhan Yesus mengharapkan agar para murid rajin berdoa, memohon supaya Tuhan mengutus para pekerja untuk tuaianNya. Tuhan yang punya pekerja, ia sudah menyiapkan dan memanggil mereka sejak masih berada di dalam kandungan ibunya. Ia juga menetapkan mereka untuk melayaniNya selama-lamanya. Karena para pekerja adalah milik Tuhan maka pekerja itu jangan main-main dengan panggilan, haruslah setia. Kepada seluruh umat supaya mendoakan, mendukung dan menghormati para pekerja karena mereka miliki Tuhan. Gereja harus memohon kapada Tuhan yang punya pekerja, Ia murah hati dan pasti akan memberinya.

Kedua, Para pekerja harus siap untuk menderita. Yesus sudah tahu bahwa para utusanNya akan mengalami banyak penderitaan karena mereka seperti domba-domba yang berada di tengah serigala. Yesus sendiri mengalami penderitaan sampai wafat di kayu salib. Paulus menderita di Penjara. Lukas juga gugur sebagai martir. Penderitaan membuka jalan keselamatan.

Ketiga, Yesus menekankan pola hidup sederhana. Pola hidup ini menjadi kuat karena sikap lepas bebas yang boleh dimiliki para murid Tuhan. Ketika orang hidup sederhana di hadirat Allah, ia akan meletakkan seluruh harapannya hanya kepada Tuhan.

Keempat, Tugas seorang murid Tuhan adalah membawa damai sejahtera kepada semua orang. Tuhan Yesus sendiri ketika menampakkan diriNya kepada para murid, ia mengatakan “damai sejahtera bagi kamu.” Damai itu dititip olehNya supaya para murid membawanya kepada semua orang (Yoh 14:27). Dengan membawa damai maka para murid sungguh-sungguh menjadi anak-anak Allah (Mat 5:9).

Kelima, Seorang murid tidak hanya membawa damai tetapi mempersatukan semua orang karena kehadirannya. Ia bersatu dalam perjamuan bersama dan membagi anugerah Tuhan kepada orang-orang dengan menyembuhkan mereka dari sakit penyakit yang mereka alami.

Kelima hal yang dilakukan para utusan Tuhan ini masih tetap dirasakan oleh Gereja saat ini. Gereja membutuhkan pekerja-pekerja yang tekun maka doa adalah kunci untuk membuka hati Tuhan supaya memberi pekerja untuk melayani Gereja. Saya ingat Mgr. Vincentius Sutikno, Uskup Surabaya yang memodifikasi doa mohon panggilan. Kapada orang tua, supaya berdoa memohon agar Tuhan memanggil anaknya bukan anak orang lain untuk melayaniNya. Demikian juga kepada orang-orang muda dan remaja supaya Tuhan memanggil diri mereka bukan memanggil orang lain untuk melayaniNya. Kita semua milik Tuhan dan siap menjadi pekerjaNya.

Doa: St. Lukas, doakanlah kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply