Homili 20 Oktober 2014

Hari Senin Pekan Biasa XXIX
Ef 2:1-10
Mzm 100: 2,3,4,5
Luk 12:13-21

Semua karena kasih

Fr. JohnPada pagi hari ini saya dibangunkan oleh sebuah lagu yang pernah dipopulerkan oleh Joy Tobing dan Delon dalam ajang grand final Indonesian idol beberapa tahun yang lalu. Judul lagu itu adalah “Karena cinta”. Inilah sebagian lirik lagunya: “Hari ini… adalah lembaran baru bagiku. Ku disini… karna kau yang memilihku, Tak pernah kuragu akan cintamu. Inilah diriku dengan melodi untukmu…. Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini Bukan karna kuat dan hebatku, Semua karena cinta, semua karena cinta…Tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta…” Meskipun semua kata dalam lirik lagu itu menarik perhatian kita tetapi bagiku yang paling menarik adalah kalimat “Semua karena cinta!” Pengalaman sederhana ini untuk membuktian bahwa Allah turut bekerja di dalam hidup manusia dan manusia belajar untuk merasakan kasihNya.

St. Paulus dan suratnya kepada jemaat di Efesus mengingatkan mereka bahwa akibat dari dosa asal adalah kematian. Pada waktu itu orang-orang Efesus hidup di dalam kegelapan karena mengikuti jalan dunia dan mentaati penguasa kerajaan angkasa yakni roh yang sedang bekerja di dalam hati orang durhaka. Paulus mengakui bahwa ia bersama rekan-rekannya juga pernah hidup dalam hawa nafsu daging, dan menurut kehendak daging dan pikiran yang jahat. Mereka semua menikmati dosa dan salah. Tetapi satu hal yang mengubah hidup mereka adalah kasih dari Tuhan. Paulus mengatakan bahwa Allah yang kaya dengan rahmat dan karena kasihNya yang besar memberikan dengan cuma-cuma kepada mereka. Kasih karunia Allah itu menghidupkan mereka dalam Kristus dari kematian karena dosa.

Kasih karunia dari Yesus menghidupkan manusia dari kutukan dosa. Karena kasih karunia manusia diselamatkan oleh iman. Ini adalah anugerah yang tiada habisnya dari Allah. Semuanya berasal dari Allah bukan dari kekuatan manusia semata. Makanya manusia jangan sombong di hadirat Allah. Pada akhirnya Paulus berkata: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Ef 2:10). Kasih itu diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan setiap hari.

Paulus dalam perikop ini meyakinkan gereja di Efesus yang menikmati masa lalu di dalam kegelapan dosa. Mereka hidup dalam hawa nafsu kedagingan. Untuk meyakinkan mereka akan kasih Tuhan yang tiada batasnya maka Paulus menggunakan pengalaman pribadinya, terutama pengalaman pertobatannya untuk mengubah hidup orang lain. Pengalaman pertobatannya menguatkan sesama manusia untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Pengalaman pertobatan membantu orang lain untuk merasakan kasih dan kerahiman Tuhan sendiri. Pengalaan hidup lebih banyak berbicara dari pada kata-kata. Banyak kali kita terbuka terhadap pengalaman iman orang lain. Kita menganggap pengalaman sesama itu hanya dibuat-buat saja, padahal Tuhan juga berkarya dan berbicara kepada kita melalui pengalaman sesama.

Kesadaran diri dikasihi oleh Allah akan membantu kita untuk memiliki sikap lepas bebas terhadap segala harta yang dimilikinya. Yesus pernah berkata bahwa di mana hartamu berada, hatimu juga ada di sana (Mat 6:21). Ketika kita terlampau melekatkan dirinya pada harta kekayaannya maka kita tidak akan mampu mengasihi sesama dengan sepenuh hati, kita tidak akan mampu melayani dengan baik. Yesus mengetahui hidup manusia maka Ia memberi nasihat ini: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Luk 12:15). Kita tidak hidup dari kekayaan saja, tetapi kita hidup karena ada kasih yang tiada batasnya dari Tuhan.

Nasihat Yesus ini kelihatan sederhana tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. Segala sesuatu sudah diciptakan Bapa untuk kebaikan manusia. Oleh karena itu dengan memiliki segalanya manusia seharusnya makin memuliakan nama Tuhan bukan menjauhkan dirinya dari Tuhan dengan bersembunyi dibalik kekayaannya itu. Yesus mengatakan bahwa hidup kita tidak tergantung pada kekayaan karena semuanya bersifat sementara. Ketika seorang melekat pada kekayaan maka Tuhan akan berkata kepadanya: “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Luk 12:20-21).

Sabda Tuhan pada hari ini mengarahkan kita untuk tidak melekat pada harta duniawi. Ini bukanlah sebuah kebijaksanaan melainkan sebuah kebodohan. Sikap menomorstukan kekayaan, mendewakannya hanya membawa kepada kehancuran. Ini merupakan pengalaman kegelapan di dalam hidup manusia. Seharusnya kita berusaha merasakan kebaikan dan kasih Tuhan. Semua yang ada dan yang kita miliki semata-mata adalah kasih karunia dari Tuhan. Semuanya menjadi sarana supaya kita bersatu dengan Tuhan dan supaya namaNya semakin dimuliakan di atas dunia ini. Mengapa hatimu masih melekat pada harta duniawi?

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk selalu merasakan kasihMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply