Homili 23 Desember 2014

23 Desember 2014
Mal 3:1-4.4:5-6
Mzm 25: 4bc-5ab.8-9.10.14
Luk 1:57-66

Aku menyuruh utusanku…

Fr. JohnKetika masih bertugas di Timor Leste zaman Indonesia, saya merasakan banyak pengalaman unik. Salah satunya adalah hadirnya “utusan khusus” mendahului kedatangan para tamu agung dari pemerintah, militer atau duta besar. Kongregasi Salesian Don Bosco memiliki sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Fatumaca, Distrik Baucau. Ini adalah satu-satunya sekolah swasta yang menyiapkan orang muda untuk terampil dalam bidang teknik. Banyak kalangan terutama pemerintah Indonesia di Dili saat itu dan militer sering mencurigai para misionaris Salesian dan para siswa sebagai bagian dari klandestin. Padahal relasi komunitas sekolah dengan pemerintah biasa-biasa saja. Para Salesian siap membina kaum muda menjadi orang muda dan yang beriman dan warga negara yang baik. Sekolah ini juga sering mendapat kunjungan dari pemerintah. Biasanya dua minggu sebelum kunjungan, sudah muncul “utusan khusus” untuk mensterilkan keadaan Fatumaca. Selalu muncul seorang tukang service sepatu dan sandal selama beberapa hari. Kelihatan si tukang service sepatu itu seperti orang tanpa pendidikan tetapi telinganya tajam. Dia biasanya seorang intel yang menyamar. Inilah utusan khusus untuk mensterilkan situasi.

Menjelang perayaan Natal, bacaan-bacaan Liturgi juga menghadirkan kisah-kisah menarik tentang para utusan yang “mensterilkan” situasi supaya menjadi nyaman bagi kedatangan Tuhan. Dari Kitab Maleakhi kita membaca: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!” (Mal 3:1). Maleakhi bernubuat bahwa Tuhan akan masuk ke dalam BaitNya yang suci. Malaikat perjanjian juga akan datang. Tuhan akan datang dan orang harus siap untuk menerima kehadiranNya. Namun siapa yang dapat tahan berada di hadiratNya? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan. (Mal 3: 2-3).

Gambaran hari kedatangan Tuhan ala Maleakhi memang menakutkan. Ada gambaran tungku panas untuk memurnikan logam. Ini menjadi simbol bagaimana orang harus memurnikan dirinya untuk menyambut kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Artinya setiap pribadi diingatkan untuk menguduskan dirinya, membangun semangat tobat supaya layak menyambut hari kedatangan Tuhan. Untuk itulah perlu seorang utusan khusus untuk menyiapkan umat manusia supaya bisa tahan berada di hadirat Tuhan pada hari kedatanganNya.

Apa yang dilakukan Tuhan? Ia siap mengirim utusanNya. Ia berkata melalui Maleakhi: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” (Mal 4:5-6). Nabi Elia yang diangkat ke surga akan datang mendahului Mesias supaya menyiapkan umat Israel menyambutNya.

Tuhan Yesus memahami pesan Bapa melalui Maleakhi dengan hadirnya Yohanes Pembaptis sebagai utusan. Para ahli Taurat pernah berkata bahwa nabi Elia harus datang lebih dahulu dan hal ini didengar oleh para murid. Yesus mengatakan bahwa Elia akan datang untuk memulihkan segala sesuatu dan yang dimaksudkan Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Bagi Yesus, Elia sudah berada di tengah-tengah mereka tetapi mereka tidak mengenalnya. Mereka memperlakukannya sesuai kehendak mereka. Hal yang sama akan dialami Yesus, sang Anak Manusia. (Mat 17: 10-13).

Siapakah Yohanes Pembaptis yang disebut Elia baru itu? Kita semua mengenal identitasnya di dalam Injil. Berita kelahirannya sejalan dengan tokoh-tokoh lain di dalam Kitab Suci seperti Ishak, Simson, Samuel dan Yesus Kristus. Elizabeth dan Zakharias sama-sama merupakan keturunan imam yang melayani Tuhan siang dan malam. Namun hingga memasuki usia senja, mereka belum memiliki anak. Malaikat Gabriel menampakan dirinya di hadapan Zakharias di ruangan Yang Mahakudus dan menyampaikan bahwa Elizabeth akan mengandung dan melahirkan seorang anak yang akan dinamainya Yohanes. Ia akan menyiapkan jalan bagi Tuhan. Tandanya adalah Zakharias menjadi bisu.

Situasi keluarga Elizabeth dan Zakharias diliputi sukacita, ketika Yohanes lahir. Masalah yang dihadapi pertama adalah upacara memberi nama. Anak laki-laki itu dinamai Yohanes, artinya Allah berbelas kasih. Nama yang belum ada dalam silsilah keturunan Zakharias. Situasi masyarakat saat itu diliputi suasana haru dan penuh tanda tanya. Penginjil Lukas melukiskannya seperti ini: “Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.” (Luk 1:65-66).

Apa yang mau dikatakan Tuhan kepada kita? Anda dan saya harus siap menjadi utusan untuk mengubah hidup banyak orang. Tentu saja pertama-tama kita harus berubah lebih dahulu supaya nantinya kita bisa mengubah orang lain. Elia dan Yohanes Pembaptis bisa mengubah hidup banyak orang karena hidup mereka sederhana, bermatiraga (askesis), dan hidup hanya untuk melayani Tuhan. Semoga natal tahun ini membawa sukacita bagi kita semua untuk siap menjadi utusan Tuhan bagi sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply