Homili 23 Februari 2015

Hari Senin Prapaskah I – St. Polikarpus
Im 19:1-2,11-18
Mzm. 19:8,9,10,15
Mat. 25:31-46.

Takut akan Tuhan itu suci!

Fr. JohnSaya pernah diundang untuk mengikuti acara ulang tahun seorang remaja pria ke tujuh belas. Acaranya berlangsung di sebuah restoran mewah dan dirayakan dengan meriah. Sebagian besar keluarga, sahabat kenalan dan guru-guru mengambil bagian dalam acara ini. Kepada setiap orang yang hadir, anak remaja itu membagikan kartu kenangan dengan sebuah kutipan dari Kitab Mazmur, bunyinya: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.” (Mzm 111:10). Kutipan ini kiranya menjadi sebuah motivasi yang besar bagi anak remaja ini untuk menyambut masa usia baru dan masa depan yang lebih baik lagi. Orang yang berhikmat adalah orang yang takut akan Tuhan. Orang seperti ini akan memiliki akal budi yang baik dan layak di hadirat Tuhan.

Kata takut dalam bahasa Ibrani disebut יִרְאָה – Yir’ah dan פָּחַד – Pakhad, dalam bahasa Yunani φοβος – Phobos . Di bagian lain dari Kitab Mazmur dikatakan: “Takut akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selalu.” (Mzm 19:9). Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang taat kepada kehendakNya dan mengikuti segala perintahNya. Dengan demikian jalan kekudusan terbuka baginya. Sementara itu di dalam Kitab Amzal dikatakan: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” (Ams 1:7).

Dari kutipan-kutipan Kitab Suci ini bisa membantu kita untuk mengerti makna terdalam dari Takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan bukan berarti bergemetaran di hadirat Tuhan karena gugup dan takut. Takut akan Tuhan itu berarti mentaati kehendakNya di dalam seluruh hidup kita. Kehendak Tuhan terungkap dalam perintah-perintah, peraturan dan ketetapanNya yang harus dipatuhi oleh semua orang. Takut akan Tuhan merupakan salah satu karunia dari Roh Kudus (Yes 11:2-3). St. Teresa mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan kasih.

Dari Mazmur Tanggapan untuk bacaan Liturgi hari ini, Pemazmur berdoa: “Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang bersahaja.” Torah artinya hukum. Maka ketika seseorang mematuhi hukum dan ketetapan Tuhan, ia menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang takut akan Tuhan. Orang yang tidak berdisiplin, tidak mematuhi Torah akan menjauh dari Tuhan. Pemazmur menambahkan: “Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati, perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.” Titah Tuhan itu kita temukan di dalam Kitab Suci. Oleh karena itu kita diigatkan selama masa prapaskah ini untuk rajin membaca Kitab Suci, merenungkan dan mewartakan kepada semua orang. Tuhan adalah gunung Batu dan Penebus kita. Dialah yang senantiasa menyempurnakan hidup kita supaya layak bagiNya.

Bagaimana mewujudkan karunia “Takut akan Tuhan” di dalam hidup kita setiap hari?

Di dalam bacaan pertama, Tuhan memberikan perintah-perintahNya supaya bisa kita ikut dengan baik. Ia mula-mula mengingatkan umat Israel melalui Musa supaya mereka bisa menjadi kudus serupa dengan Tuhan. Inilah perkataan Tuhan: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus.” (Im 19:1-2). Perintah-perintah yang akan diberikan Tuhan kepada umat Israel adalah bentuk perjanjian kasih. Tuhan mengasihi umat Israel maka Ia mengikat perjanjian dengan mereka melalui Musa. Tujuannya adalah supaya mereka semua menjadi kudus.

Selanjutnya, Tuhan memberikan kepada mereka perintah-perintah yang harus mereka lakukan supaya mencapai kekudusan. Tuhan mengingatkan mereka: Jangan mencuri, jangan berbohong, jangan berdusta , jangan bersumpah dusta demi nama Tuhan, jangan memeras sesama, jangan merampas, jangan menahan upah seorang pekerja harian, jangan mengutuki orang tuli, jangan membuat batu sandungan bagi mereka yang buta, jangan berbuat curang di pengadilan, jangan memfitnah, jangan mengancam, jangan membenci saudaramu dan jangan membalas dendam. Semua perintah ini merupakan ringkasan dari hukum kasih yakni kasih kepada Tuhan (Ul 6: 5) dan kasih kepada sesama (Im 19:18). Ini juga merupakan perintah baru yang diberikan Yesus kepada kita (Yoh 13:34).

Di dalam bacaan Injil, semangat takut akan Tuhan diwujudkan dalam kemampuan kita untuk mengasihi kaum kecil. Wujud konkret dari kasih adalah kesediaan kita untuk berbagi dengan mereka. Mengapa berbagi itu menjadi hal penting dalam masa prapaskah ini? Kita harus menyadari kehendak Tuhan bahwa pada saatnya nanti, kita diadili bukan berdasarkan perbuatan dosa dan salah tetapi berdasarkan perbuatan kasih kepada kaum kecil. Kita selalu mengakui iman kepada Tuhan Yesus bahwa Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati.

Apa yang akan dilakukanNya saat itu? Ia datang dengan kemuliaanNya untuk mengadili dengan memisahkan manusia yang baik dan jahat, seperti gembala memisahkan domba dan kambing. Orang benar akan berada di sebelah kanan dan orang jahat di sebelah kiri. Orang benar adalah mereka yang takut akan Allah sehingga melakukan perintah kasihNya kepada sesama. Orang-orang benar bisa berbagi dengan kaum papa miskin dan itu mereka lakukan untuk Yesus. Orang jahat adalah orang yang tidak takut akan Tuhan. Mereka adalah orang-orang egois yang hanya mementingkan diri mereka sendiri. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berbagi.

Di dalam masa prapaskah ini kita harus menunjukkan diri kita sebagai pribadi yang takut akan Tuhan. Kita tunjukkan sikap ini dengan berbagi terutama dengan kaum papa miskin. Pelayanan amal kasih tanpa pamrih, tanpa membuat perhitungan tertentu. Orang yang takut akan Tuhan akan terus memberi dan berbagi karena ia percaya bahwa Tuhan akan tetap memperhatikannya. Jangan takut untuk bersyukur dan berbagi di dalam hidupmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply