Homili 24 Februari 2015

Hari Selasa, Pekan Prapaskah I
Yes. 55:10-11
Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19
Mat. 6:7-15

Doa dan Sabda Menumbuhkan Iman

Fr. JohnKetika memulai masa prapaskah Minggu yang lalu, banyak umat yang bertanya-tanya tentang kewajiban sebagai umat selama masa khusus ini. Banyak di antara mereka hanya berpikir bahwa masa prapaskah itu identik saja dengan masa puasa dan pantang. Oleh karena itu pertanyaan mereka juga hanya seputar puasa dan pantang. Sebenarnya banyak hal lain yang membantu kita untuk bertumbuh dalam iman: semangat untuk bertobat dengan mengakui dosa, melakukan karya amal kasih kepada sesama yang sangat membutuhkan, meningkatkan semangat doa dan tekun membaca Kitab Suci. Hal-hal seperti ini ikut membantu kita untuk melakukan puasa dan pantang dengan baik. Menjadi pertanyaan bagi kita adalah di manakan posisi kita secara pribadi saat ini? Apakah anda dan saya sedang maju dalam kehidupan rohani atau tidak ada kemajuan apa-apa? Non progredi regredi est!

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk menjadikan masa prapaskah ini sebagai quality time untuk bertumbuh secara rohani. Ada dua hal yang bisa membantu kita mengisi quality time ini yakni ketekunan dalam doa dan menghayati Sabda Tuhan.

Apa artinya berdoa? Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa doa berarti mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah. Ketika seseorang berdoa, ia masuk dalam hubungan yang hidup dengan Allah. (KGK, 2558-2565). Doa menjadi pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Tuhan Allah. Dalam hubungan dengan doa, St. Theresia Lisieux berkata: “Bagiku, doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah pencobaan maupun kegembiraan.” Filsuf Kierkegaard pernah berkata: “Berdoa bukan berarti mendengarkan apa yang engkau ucapkan sendiri; berdoa berarti mengheningkan diri dan menunggu sampai engkau mendengar Allah berbicara kepadamu.”. St. Yohanes Krisostomus mengatakan bahwa berdoa berarti bersatu dengan Tuhan.

Dari bacaan Injil, kita mendengar Yesus mengajar doa Bapa Kami kepada para muridNya. Ia mulai mengajak para murid untuk memiliki perilaku sebagai seorang anak yang memohon pertolongan dari Bapa. Hal pertama yang ditekankan Yesus adalah supaya kita percaya kepada Bapa sebagai seorang anakNya. Ia berkata: “Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” (Mat 6:7). Nasihat Yesus ini kelihatan sederhana dan praktis. Pikirkanlah, ketika berbicara dengan orang tua, kita selalu menunjukkan diri sebagai anak yang berbicara dengan bahasa yang komunikatif, mudah dimengerti, tidak berbelit-belit dan bertele-tele. Hal yang sama hendaknya kita lakukan juga kepada Tuhan saat berdoa. Kita hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak bertele-tele karena Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan. Ketika membuka mulut, Ia sudah mengetahui maksud dan isi hati kita. Yesus berkata: “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” Banyak kali kita bertele-tele dalam doa karena mungkin kita belum percaya sepenuhnya kepada Allah bahwa Ia ada dan pasti mengabulkan apa yang kita butuhkan dari padaNya.

Selanjutnya Yesus mengajar doa Bapa Kami. Ini adalah satu-satunya doa yang diajarkan Yesus kepada para rasulNya (Mat 6:9-13; Luk 11:2-4). Oleh karena itu doa Bapa Kami disebut juga doa Tuhan. Hal baru yang diajarkan Yesus dalam doa ini adalah supaya kita menyapa Allah sebagai Bapa. Yesus sudah memanggil kita dalam hubungan yang erat denganNya dan kita menjadi anak-anak Allah. Dalam persekutuan dengan Yesus yang ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18), kita juga bisa memanggil Allah sebagai Abba.

Di dalam doa Bapa Kami, terdapat tujuh permohonan. Tiga permohonan terkait dengan Allah dan empat permohonan terkait dengan kebutuhan manusia. Tiga permohonan yang dimaksud adalah: Pertama, dimuliakanlah namaMu, Kedua, datanglah kerajaanMu, Ketiga, Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga. Empat permohonan untuk kebutuhan manusia adalah, pertama, berilah kami rezeki pada hari ini. Kedua, Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Ketiga, jangan masukkan kami ke dalam pencobaan. Keempat, bebaskanlah kami dari yang jahat.

Perlu kita ingat bahwa doa Bapa kami membiarkan kita menyatakan dengan gembira bahwa kita adalah anak-anak dari Bapa yang satu. Panggilan bersama kita adalah untuk memuliakan Bapa kita dan hidup dalam kebersamaan “sehati dan sejiwa”.

Tentang Sabda Tuhan. Nabi Yesaya bernubuat dalam bacaan pertama: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:10-11).

Hal-hal penting dari yang ada dalam nubuat Yesaya adalah: Pertama, Sabda Tuhan benar-benar keluar dari mulut Allah. Sabda itu memiliki kekuatan sesuai dengan kehendak Allah yang berbicara. Kita percaya bahwa Yesus adalah Logos, Sabda yang menjadi manusia dan tinggal bersama kita (Yoh 1:14). Dia datang untuk melakukan kehendak Bapa. Kedua, Sabda Tuhan menumbuhkan iman kita. Seperti hujan dan salju yang turun ke bumi membawa dampak pertumbuhan tumbuhan, demikian juga sabda Tuhan menumbuhkann iman kita kepada Tuhan.

Doa dan Sabda adalah satu kesatuan. Ketika berdoa, Tuhan punya kesempatan untuk mendengar kita. Ketika bersabda, kita punya kesempatan untuk mendengar Tuhan. Semoga dalam masa prapaskah ini kita tekun berdoa dan bertumbuh karena Sabda.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply