Homili 1 April 2015 (Dari Injil untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu dalam Pekan Suci
Yes. 50:4-9a
Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34
Mat. 26:14-25.

Harganya (hanya) tiga puluh perak!

Fr. JohnAda sebuah berita mengejutkan dari Jawa Timur pada akhir November 2014. Isi berita mengejutkan itu adalah seorang anak remaja nekat menjual dua temannya yang sedang membutuhkan uang kepada seorang lelaki hidung belang dan uang “komisi” yang diterimanya itu dipakai untuk membayar cicilan motornya. Banyak orang tua dan pembina orang-orang muda merasa prihatin dan mengutuk tindakan jahat anak remaja ini. Saya sendiri merasa kaget dengan modus kejahatan seperti ini. Anak remaja sudah memiliki pemikiran dan strategi untuk melakukan kejahatan tertentu. Ketika dimintai keterangan oleh pihak berwajib, ia menjawab apa adanya, tanpa ada rasa bersalah padahal ia sudah menghancurkan masa depan dua temannya itu. Dalam masyarakat, kita juga menemukan banyak kisah penjualan manusia yang menghebohkan. Rasanya orang sudah tidak memiliki suara hati lagi sehingga bisa menjual sesamanya.

Di dalam Kitab Suci kita mengenal kisah-kisah terkenal tentang bagaimana saudara menjual saudaranya kepada orang lain. Kita semua pasti mengenal kisah Yusuf, anak Yakub dalam Kitab kejadian. Rahel melahirkan Yusuf ketika Yakub sudah memasuki usia senja. Karena itu Yusuf disayangi oleh Yakub (Kej 37:3). Perlakuan istimewa ini menimbulkan kecemburuan dari saudara-saudaranya yang lebih tua, yang bekerja sebagai penggembala ternak. Pada suatu kesempatan Yakub menyuruh Yusuf untuk mengunjungi saudara-saudaranya di Sikhem. Ini menjadi kesempatan saudara-saudaranya untuk meluapkan iri hati mereka. Mereka pun menganiayanya lalu menjualnya kepada saudagar-saudagar Midian seharga dua puluh syikal perak (Kej 37: 28).

Tokoh kedua yang sedang kita kenang dalam pekan suci ini adalah Tuhan Yesus Kristus. Setelah dibaptis di sungai Yordan, Yesus penuh dengan Roh Kudus pergi menghadirkan Kerajaan Allah di sekitar Danau Galilea. Di antara banyak orang yang mengikutiNya, Ia hanya memilih dua belas orang menjadi rasul-rasulNya. Mereka menjadi satu komunitas yang berkeliling bersama-sama sambil berbuat baik. Dalam perjalanan bersama mereka, Yesus beberapa kali berkata: “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:2).

Pada malam perjamuan terakhir, Yesus berbicara terus terang kepada para muridNya bahwa salah seorang di antara mereka akan menyerahkanNya kepada para tua-tua Yahudi dan imam-imam kepala (Mat 26:21). Hati para murid saat itu bersedih ketika mendengarnya dan mereka bertanya kepadaNya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Hanya Yudas Iskariot, satu-satunya murid yang bertanya kepada Yesus: “Bukan aku, ya Rabbi?” Para murid lain memandang Yesus sebagai Tuhan, sedangkan Yudas Iskhariot tetap memandang Yesus sebagai guru yang bisa dijual kepada orang lain. Dia adalah murid yang pergi kepada para imam kepala dan berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Sejak saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pikirkanlah: Tuhan Yesus saja dijual oleh Yudas Iskariot hanya seharga tiga puluh perak. Betapa kejamnya manusia, ciptaan rapuh yang menjual Tuhannya.

Origenes seorang Bapa Gereja pernah mengatakan bahwa jumlah uang yang dibayarkan kepada Yudas Iskariot yakni 30 perak itu sama persis dengan usia Tuhan Yesus sebelum tampil di depan umum untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ketika berusia 30 tahun Ia dibaptis, selanjutnya mewartakan Injil Kerajaan Allah. Usia tiga puluh sama dengan Yosef anak Yakub, ketika berusia 30 tahun mengumpulkan gandum untuk sudara-saudaranya (Kej 41:46). Sama seperti gandum disiapkan oleh Tuhan bagi anak-anak Israel demikian pula Injil disiapkan untuk orang kudus tetapi diwartakan kepada orang kafir dan mereka yang lemah.

Yudas Iskariot masih hidup pada zaman ini. Banyak di antara kita masih menjual saudaranya kepada orang-orang lain. Banyak cara bisa ditempuh untuk menjual saudara dengan harga murah meriah, misalnya dengan memberi kesaksian palsu demi mendapatkan jabatan tertentu, mencari popularitas tertentu dalam masyarakat sehingga mengorbankan sesama. Praktek-praktek semacam ini masih membudaya dalam masyarakat kita.

Tuhan Yesus memberi perintah baru kepada kita untuk saling mengasihi satu sama lain. Baiklah kita berubah dari cara hidup “suka mengobral” sesama menjadi pribadi yang mengasihi seperti Tuhan sendiri mengasihi kita. Sesama kita juga berharga di mata Tuhan! Hargailah martabat hidupnya dengan demikian anda juga akan dihargai. Yudas Iskariot itu memilih untuk keluar dari terang dan masuk ke dalam kegelapan. Kita memiliki Tuhan Yesus sebagai terang dunia maka kita tinggal selama-lamanya bersama Dia.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply