Bunda Maria adalah seorang pendoa sejati
Pada suatu kesempatan seminar tentang Bunda Maria, ada seorang umat bertanya kepada seorang pembawa seminar: “Apakah Bunda Maria pernah berdoa kepada Tuhan Allah? Apakah ia pernah mengajar doa-doa tertentu?” Pembawa seminar menjawabnya: “Pertama-tama saya meminta maaf karena saya sendiri memang tidak pernah tinggal bersama Bunda Maria. Saya hanya bertemu dengannya lewat doa maka saya tidak tahu persis apakah ia juga pernah berdoa kepada Tuhan. Namun pertanyaan yang lebih penting menurutku adalah: Apakah Bunda Maria tidak berdoa kepada Tuhan. Kapan Bunda Maria tidak mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan. Bukankah dia adalah mempelai Roh Kudus? Bukankah ia adalah Ibu sang Putra?”
Tuhan Yesus, sebagaimana diceritakan di dalam Injil memiliki kesempatan-kesempatan istimewa untuk berdoa. Ketika hendak mengambil keputusan-keputusan penting, Ia berdoa bahkan berdoa semalam-malaman (Luk 6:12). Tuhan Yesus ternyata tidak mengeluh atau merasa lelah berbicara dengan Bapa di Surga. Tuhan Yesus selalu memiliki waktu untuk bersatu dengan Bapa dalam doa. Ketika sudah berada di atas salib, Ia masih berdoa kepada Bapa di Surga.
Bayangkan, Tuhan Yesus saja masih berdoa semalam-malaman, kita sebagai pengikut-Nya terlalu jauh dari harapan. Selama bulan Mei ini banyak orang pingin cepat-cepat selesai berdoa rosario, banyak orang katolik pingin cepat-cepat selesai misa. Ada orang katolik yang ngefans berat dengan romo-romo yang merayakan misa cepat. Mungkin bukan merayakan misa cepat tetapi membaca tata perayaan Ekaristi. Banyak di antara kita akan kaget kalau mengukuti perayaan Ekaristi bersama saudara-saudari dari Gereja Ritus Timur (Maronit, Melkit dan Koptik dll). Perayaan misa mereka berjam-jam tetapi orang sudah terbiasa dan mengikutinya dengan baik.
Tuhan Yesus mengajar doa Bapa Kami (Mat 6:7-13; Luk 11:2-4). Ini adalah sebuah doa unik yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Tertulianus, seorang Bapa Gereja mengakui bahwa Doa Bapa kami merupakan ringkasan seluruh Injil. Di dalam doa ini terdapat semua intensi lengkap untuk menyembah dan memuliakan Tuhan dan intensi untuk segala kebutuhan hidup manusia. Doa ini diwariskan di dalam Gereja secara turun temurun. Doa Bapa kami juga menyatukan semua Gereja yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Penebus.
Lalu bagaimana dengan Bunda Maria? Tentu saja tidak ada bukti-bukti tertulis yang mengatakan bahwa ia serupa dengan Yesus Puteranya, berdoa semalaman dan mengajar doa Bapa kami. Bunda Maria tidak seperti itu. Namun demikian kita harus mengakui bahwa dia adalah seorang pendoa sejati. Dia lahir dan besar dalam keluarga yang saleh, maka ia pasti belajar dan mengenal doa-doa kepada Tuhan sebagai seorang Yahudi. Ketika menerima kabar sukacita, Maria berhadapan dengan utusan Tuhan. Dengan mendengar perkataan malaikat Gabriel, mengakui dirinya sebagai hamba yang siap melakukan kehendak Tuhan, sudah bisa dikatakan sebagai sebuah doa. Pada saat itu ia mengarahkan hati dann pikirannya kepada Tuhan. Iman Maria merupakan doanya.
Ketika mengunjungi Elizabeth saudaranya dan melayani di Ain Karem, Maria berdoa sebagai seorang wanita Yahudi. Kidung Maria atau Magnificat (Luk 1:46-56), merupakan doa Bunda Maria untuk memuliakan Tuhan yang tetap diingat sepanjang zaman. Peristiwa natal dan masa kanak-kanak Yesus selalu diikuti oleh sikap Maria sebagai seorang pendoa, misalnya ketika Yesus dipersembahkan di dalam bait Allah (Luk 2:21-40). Maria pasti berdoa di sana. Ketika Yesus berusia duabelas tahun dikatakan oleh Lukas: “Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah”. (Luk 2: 41-52). Maria tentu menggunakan kesempatan itu untuk bersatu dengan Tuhan di dalam bait Allah.
Dalam pernikahan di Kana, Maria hadir dan berkata kepada Yesus: “Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3). Perkataan Bunda Maria ini adalah sebuah doa permohonan kepada Yesus Puteranya. Lagi pula ia menambahkan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” (Yoh 2:5). Perkataan Bunda Maria ini boleh dikatakan sebagai sebuah doa permohonan kepada Yesus supaya cinta kasih sebagai perintah baru-Nya itu benar-benar mengakar di dalam hati setiap pribadi dan setiap keluarga manusia.
Kita semua semakin sadar bahwa Bunda Maria adalah seorang pendoa ulung ketika kita berdoa: “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amen.” Bagian kedua dari doa salam Maria ini menunjukkan bahwa Bunda Maria adalah seorang pendoa sejati. Itu sebabnya dia menjadi “perantara” doa kepada Bapa di Surga. Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena memiliki Bunda Maria, seorang ibu, pendoa, perantara dan penolong sejati. Dialah yang dikandung tanpa noda.
PJSDB