Homili 8 Mei 2015

Hari Jumat, Pekan Paskah V
Kis. 15:22-31
Mzm. 57:8-9,10-12
Yoh. 15:12-17

Kamu adalah Sahabat-Ku

Fr. JohnApakah anda mengerti makna kata teman, kawan dan sahabat? Banyak di antara kita menggunakan kata teman, kawan dan sahabat tetapi belum bisa membedakan dengan benar makna ketiga kata ini. Pertama, teman adalah semua orang yg bersikap sosial dan baik kepada kita. Siapa saja boleh masuk kategori teman. Teman juga termasuk orang yang selalu ada disaat kita sedih maupun bahagia. Namun mereka ini hanya dapat mendengar tanpa suatu tindakan yang serius. Mungkin juga orang itu  hanya sekedar peduli terhadap kita. Diahanya bersimpati tetapi belum masuk kategori empati dengan kehidupan kita. Kedua, kawan. Makna kata kawan itu mirip dengan teman. Namun rasa pedulinya cukup sehingga dapat dikatakan hanya sebagai teman maupun sebagai sahabat. Jadi kawan ini sebagai posisi penyeimbang antara teman dan sahabat. Kawan itu hanya sebatas kenal dan paham akan diri kita. Dia dapat membantu kita tetapi porsinya sangat terbatas. Ikatan batinnya sangat terbatas. Kawan itu bisa saja jauh dari kita. Dia dapat bersimpati tetapi tidak akan memiliki rasa empati.

Ketiga, Sahabat. Sahabat adalah seorang pribadi yang istimewa. Kadang-kadang dia lebih mengenal diri kita dari pada kita sendiri. Ada yang berani mengatakan bahwa sahabat adalah bagian lain dari jiwa kita yang ada pada tubuh orang lain. Sahabat adalah orang yang selalu ada disaat kita senang maupun sedih dan perannya bisa melebihi saudara kandung sendiri maupun keluarga. Apa yang kita alami pasti dia turut merasakannya. Ketika kita sedang merasa sedih maka secara spontan pasti dia merasa khawatir dan punya rasa peduli yang tinggi. Sebaliknya kalau kita sedang bahagia maka dia juga akan merasa bahagia. Dia pasti selalu ada waktu untuk berkumpul apabila sudah tidak lama bertemu dan merupakan tempat curhat tanpa harus ada yang dirahasiakan karena dia juga mengerti dan paham akan maksud kita. Sahabat yang baik merasakan empati dengan diri kita.

Tuhan Yesus dalam Injil memberikan perintah baru untuk menjadi sahabat yang saling mengasihi seperti Yesus sendiri mengasihi. Ia berkata: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15:12). Tuhan Yesus memberikan perintah baru bukan hanya perintah bagi kita untuk saling mengasihi tetapi kita saling mengasihi seperti Ia sendiri telah mengasihi kita. Artinya kita juga harus menyerahkan nyawa bagi sahabat-sahabat (Yoh 15:13) bahkan kepada musuh-musuh kita (Rm 5:8.10). Hanya dengan cara demikian, kita dapat dikenal sebagai murid-murid Yesus karena tidak seorang pun menyerupai Yesus yang bisa mengasihi musuh-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya (Luk 5:27). Cinta kasih yang benar itu penuh pengorbanan: mengorbankan diri, menyerahkan nyawa seperti Kristus sendiri.

Tuhan Yesus berkata: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh 15:14). Yesus menyapa kita sebagai sahabat-Nya kalau kita mampu melakukan perintah baru, yakni perintah kasih sebagaimana Ia lebih dahulu mengasihi kita. Ia mengajar dan menunjukkan segala sesuatu yang diperintahkan Bapa kepada kita dan kita mengenal-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Itulah sebabnya kita layak disebut sahabat bukan hamba. Sahabat Yesus berarti mampu mengasihi seperti Yesus lebih dahulu mengasihi.

Menjadi sahabat Yesus bukanlah sebuah pilihan dan ketetapan pribadi. Tuhanlah yang memilih dan menetapkan kita sebagai sahabat-Nya. Sahabat yang merasakan kasih dan melakukan kasih serupa itu akan menghasilkan buah dalam ketekunan. Buah-buah kasih itu menjadi tanda nyata bahwa kita menjadi sahabat Yesus. Maka pertanyaan bagi kita adalah apakah kehadiran kita benar-benar menunjukkan Allah sebagai kasih? Apakah persahabatan manusiawi bisa menjadi ilahi dalam kasih Tuhan?

Dalam bacaan pertama kita mendengar keputusan akhir dari Konsili pertama di Yerusalem. Mereka memilih beberapa perwakilan untuk mendampingi Paulus dan Barnabas supaya menjelaskan hasil lengkap Konsili kepada jemaat. Mereka yang terpilih adalah Yudas alias Barsabas dan Silas. Mereka diberikan surat yang isinya adalah refleksi atas sharing Paulus dan Barnabas, pesan-pesan lisan melalui Yudas dan Silas. Hal yang perlu mereka perhatikan adalah harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Mereka dikatakan berbuat baik kalau mendengar dan melakukan hasil ketetapan Konsili Yerusalem ini.

Konflik di dalam komunitas bisa diselesaikan dengan baik kalau semua orang menyamakan persepsi sebagai sahabat-sahabat Yesus. Sahabat yang melakukan kasih di dalam komunitas atau Gereja dengan kasih Yesus sendiri. Kita berterima kasih atas kasih Tuhan yang luar biasa bagi Gereja. Gereja tetap hidup karena kasih Allah melimpah rua. Sebuah perintah yang menjadi pedoman hidup Gereja.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply