Homili Hari Minggu Tritunggal Mahakudus/B -2015

Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Ul. 4:32-34,39-40
Mzm. 33:4-5,6,9,18-19,20,22
Rm. 8:14-17
Mat. 28:16-20

Allahku Tritunggal Mahakudus

Fr. JohnKetika hendak menyiapkan renungan hari Tritunggal Mahakudus ini, saya teringat pada seorang Bapa Gereja yakni Santo Gregorius dari Nasiansa, yang dinamakan juga “sang teolog”. Ia pernah menyampaikan rumusan tentang iman Tritunggal kepada para katekumen di Konstantinopel: “Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian.

Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda. Satu ke-Allah-an tanpa ketidak-samaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan… Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri… Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama… Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan” (KGK, 256). Pengajaran St. Gregorius ini lebih merupakan ungkapan imannya kepada Allah Tritunggal Mahakudus. Diharapkan supaya para katekumennya bisa mengimaninya.

Kita semua merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Kita mengakui iman kepada Allah Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra dan Roh Kudus. Saya teringat juga pada Origenes, seorang Bapa Gereja mengatakan: “mia ousia, treis hypostaseis” yang berarti kita percaya kepada satu hakikat, tiga diri. Sebelumnya, Tertullianus sudah menyebutnya Trinitas artinya Allah kita satu dengan tiga pribadi ilahi yakni Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita akrab menyapa Allah Tritunggal Mahakudus ketika membuat tanda Salib sebagai tanda kemenangan kita semua, bahwa kita percaya kepada Allah Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Jadi Tritunggal adalah satu. Kita tidak mengakui tiga Allah, tetapi satu Allah dalam tiga Pribadi.

Dalam sejarah Gereja terdapat Konsili Nikaia (325) yang menekankan tentang ketuhanan Yesus. Dalam Konsili ini dikatakan: “Kami percaya akan satu Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, lahir dari Bapa, lahir-tunggal, yaitu dari hakikat, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar, dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa (homo-ousios), segala sesuatu dijadikan oleh-Nya, baik di surga maupun yang di bumi, Ia turun untuk kita dan untuk keselamatan kita, dan Ia menjadi daging dan menjadi manusia, wafat kesengsaraan dan bangkit pada hari yang ketiga, naik ke surga dan akan datang untuk mengadili orang hidup dan mati. Dan Roh Kudus.”Pernyataan konsili Nikea ini disempurnakan oleh sumbangan pemikiran St. Athanasius bahwa Roh Kudus itu menyatukan Bapa dan Putra.

Mari kita tinggalkan ajaran teologi katolik yang tinggi ini dan kembali kepada Sabda Tuhan. Dikisahkan dalam Injil bahwa Tuhan Yesus sudah menunjukkan tempat untuk berjumpa dengan mereka. Ketika itu mereka menyembah-Nya sebagai Tuhan dengan segala kemuliaan dan kuasa-Nya. Ia juga mengatakan tentang kuasa yang diterima dari Bapa atas surga dan bumi. Ia mengutus mereka untuk pergi dan menjadikan segala bangsa murid-Nya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Ia juga berjanji untuk menyertai mereka hingga akhir zaman.

Ya, misteri Trinitas ini memang banyak membingungkan kita semua. Namun melalui bacaan Injil hari ini kiranya Tuhan Yesus mau mengingatkan kita untuk memahami bahwa Trinitas adalah cara Gereja mengatakan kepada kita bahwa Yesus dari Nazaret telah memperkenalkan diri-Nya dalam sebuah relasi saling berbagi dalam kasih. Relasi ilahi antara Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah relasi kasih yang ada dan terus menerus di dalam diri Allah. Kita semua telah dibaptis dalam kasih. Kehidupan Kristiani selalu memandang dua jalan ini: kita memandang Allah yang satu dan agung sebagai sumber kasih dan kita menghidupi kasih yang hidup di dunia dan menjadikan kasih itu lebih dikenal lagi. Kasih itu menyatukan seperti Tritunggal Mahakudus.

Tritunggal Mahakudus bisa menjadi inspirator bagi kita untuk membangun persekutuan kasih di antara kita. Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kita menjadikan-Nya sebagai inspirator persekutuan dalam keluarga atau komunitas-komunitas kita. Kita semua hendaknya setia membangun persekutuan dalam keluarga. Kita semua haruslah menjadi Bapa yang baik seperti Allah Bapa sendiri, mengasihi seperti Yesus sang Putra dan mempersatukan seperti Roh Kudus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply