Ekaristi Mengubah Hidupku
Beberapa hari yang lalu saya mendapat kunjungan khusus seorang pemuda. Ia mengaku pernah bergumul dalam hidup imannya. Ia mengalami padang gurun yang luar biasa, tetapi dari pengalaman itu ia mengaku berubah karena Ekaristi. Ketika itu ia menghadiri Adorasi suci di Gereja bersama OMK yang lainnya. Ia coba mengarahkan matanya kepada Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus dan merasa betapa Tuhan sangat mengasihinya secara pribadi. Pergumulannya terobati melalui perjumpaan dengan Yesus dalam Sakramen Mahakudus.
Penuturan pemuda ini mengingatkan saya pada St. Thomas Aquinas yang pernah berkata: “Efek sesungguhnya dari Ekaristi adalah perubahan manusia menjadi Allah.” Kalau kita sungguh-sungguh mengikuti Ekaristi maka kita juga akan bersatu dengan Paskah Kristus. Hidup kita yang sederhana akan menghadirkan Allah di dalam hidup kita. Ekaristi (syukur) merupakan pusat misteri dari semua sakramen karena pengurbanan Yesus Kristus di salib menjadi nyata dalam kata-kata konsekrasi dengan cara yang tersembunyi dan tak berdarah. Ekaristi menjadi sumber dan puncak hidup iman Kristen (Lumen Gentium, 11). Ketika menyantap Hosti Kudus kita bersatu dengan cinta kasih Yesus yang telah menyerahkan Tubuh-Nya di atas kayu salib. Kita juga minum dari piala yang satu dan sama. Kita bersatu dengan Dia yang sudah mencurahkan Darah, lambang cinta-Nya bagi kita. Ekaristi selalu menjadi kenangan akan Paskah Kristus.
Paus Emeritus Benediktus XVI pernah berkata: “Bagaimana Yesus bisa membagikan Tubuh dan Darah-Nya? Dengan mengubah Roti menjadi Tubuh-Nya dan Anggur menjadi Darah-Nya, Dia mengantisipasi wafat-Nya, menyambut dalam hati-Nya, dan mengubahnya menjadi tindakan cinta kasih. Apa yang di luar merupakan kekerasan yang brutal berupa penyaliban, dari dalam menjadi tindakan cinta kasih dan pemberian diri secara total.” Terima kasih Tuhan Yesusku, Semoga Ekaristi juga bisa mengubah seluruh hidupku.
P. John Laba, SDB