Dalam Yesus hanya ada kata Ya, Amen!
St. Paulus ditemani oleh Silas dan Timotius untuk mewartakan Injil di Korintus. Inti pewartaannya: Yesus Kristus adalah Mesias (Kis 18:5). Karena nama Yesus ini maka ia dimusuhi oleh orang-orang setempat. Ia mengebaskan debu pakaiannya dan berjanji untuk pergi kepada bangsa yang lain. Namun pada suatu malam di rumah Titius Yustus, ia mendapat sebuah penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan Firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini.” (Kis 18:9-10). Ia pun tinggal di Korintus selama satu tahun enam bulan untuk mewartakan Injil (Kis 18:11).
Selama berada di kota ini, ia melawan arus, terutama ketika berhadapan dengan kebiasaan-kebiasaan orang Korintus yang berlawanan dengan iman kristiani. Tugas Paulus dalam pewartaannya adalah meluruskannya supaya selaras dengan Injil. Namun ia dianggap plin plan oleh orang-orang Korintus. Itulah sebabnya ia dengan tegas berkata: “Demi Allah yang setia, janji kami kepada kamu bukanlah serentak “ya” dan “tidak”. Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah “ya” dan “tidak”, tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada “ya”. (2Kor 1:18-19). Paulus melanjutkan, hanya oleh Yesus kita mengatakan Amen untuk memuliakan Allah. Dia adalah Allah yang mengurapi dan memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita. (2Kor 1:20-22).
Hidup St. Paulus menjadi model bagi para gembala supaya membina umat agar berani mengatakan “ya” kepada Tuhan. “Ya” sebagai tanda kesetiaan hidup anak-anak Allah. Tantangannya: ada orang berani mengatakan Ya bersama-sama tetapi dibelakang justru mengatakan tidak kepada Yesus, dengan bersungut-sungut.
P.John Laba, SDB