Hati Tersuci Santa Perawan Maria
Yes 61:9-11
Mzm (1Sam) 2: 1.4-5.6-7.8abcd
Luk 2:41-51
Jadikanlah hatiku seperti hatimu!
Hari ini seluruh Gereja Katolik memperingati Hati tersuci Santa Perawan Maria. Devosi ini berkembang dalam Gereja sejalan dengan devosi kepada hati Yesus yang Mahakudus. Pada tahun 1640 sudah terbentuk persekutuan hati Maria di Napoli. Yohanes Eudes merupakan tokoh yang menggerakan devosi kepada hati Yesus yang Mahakudus dan devosi kepada hati tersuci Maria. Dalam penampakan Bunda Maria pada tanggal 13 Juni 1917, kepada Lucia dos Santos, ia berkata, “Yesus ingin menggunakan anda supaya aku dapat dikenal dan dikasihi. Dia ingin membangun di dunia ini devosi kepada hatiku yang tak bernoda”. Devosi ini resmi diakui di dalam liturgi Gereja katolik pada masa kepemimpinan Paus Pius XII, tahun 1944. Sejak tahun 2000, seluruh Gereja memperingatinya setelah Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus.
Di dalam Kitab Suci, gambaran tentang hati (Yahudi: leb; Yunani: cardia) merupakan tempat pijakan berbagai perasaan manusiawi dan yang berasal dari pikiran dan kehendak. Ketika Bunda Maria menerima kabar sukacita dari Tuhan melalui Malaikat Gabriel dan menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya, ini berarti Maria memberikan diri seutuhnya kepada Tuhan: pikiran, kehendak dan hati. Hati tersuci Maria merujuk pada pengakuan gereja bahwa Maria dikandung tanpa noda (Immaculate conception). Dia dipilih Tuhan menjadi Ibu Yesus Putera Allah. Dengan kekuatan rahmat dan alasan penebusan dari Yesus Puteranya maka Maria dihormati sebagai “pribadi yang dikandung tanpa dosa asal”. Malaikat sendiri menyebut Maria “kecharitomene” atau “penuh rahmat” (Luk 1:28).
Lukas menghadirkan figur Bunda Maria sebagai seorang wanita yang memiliki iman dan ketaatan. Hal ini dapat dilihat dari jawabannya kepada malaikat yaitu “Fiat” (Luk 1:28). Ia tidak mengerti kata-kata Malaikat tetapi ia memiliki iman sehingga ia tetap percaya. Dalam perikop injil hari ini, Maria menunjukkan imannya ketika mendengar kata-kata Yesus dan yang juga tidak dimengertinya sebagai seorang ibu, “Mengapa Bapak dan Ibu mencari Aku? Tidak tahukah kamu bahwa Aku harus berada dalam rumah BapaKu? Atau ketika Yesus dipersembahkan di dalam bait Allah, Simeon berkata kepada Maria, “Dan suatu pedang akan menembusi jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:35). Kesaksian-kesaksian Injil ini menunjukkan bahwa Maria memiliki ketaatan iman sepanjang hidupnya.
Sambil merenungkan hidup Bunda Maria dan bersyukur atas teladan kesuciannya, kita juga mengaggumi hidupnya sebagai model bagi setiap orang tua. Dalam perikop injil hari ini, Maria dan Yusuf menunjukkan pola parenting yang baik. Mereka mengalami diri sebagai orang tua dan tugas utama mereka sebagai pendidik bagi Yesus. Ketika mereka mencari Yesus yang hilang dalam bait Allah, dan menemukanNya, Maria berkata, “Anak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu dan aku cemas mencari Engkau”. Ya, orang tua yang hebat akan senantiasa mencari yang terbaik dalam diri anak-anakNya dan tentu memiliki kecemasan-kecemasan tertentu terhadap anak-anak mereka. Yang dicari oleh orang tua adalah yang tebaik sesuai kehendak Tuhan.
Maria dan Yusuf adalah orang tua yang hebat dalam membesarkan Yesus. Sebagai “Sungguh-sungguh manusia” Yesus pun mengalami kasih sayang yang besar dari kedua orang tuanNya. Pertanyaan kita adalah, dari mana Maria dan Yusuf belajar menjadi orang tua dan pendidik? Tentu saja mereka belajar dari pengalaman mereka di dalam keluarga masing-masing dan juga kasih karunia dari Allah sendiri. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama, meneruskan Firman Tuhan kepada umat Israel, “Keturunan umatKu akan terkenal di antara para bangsa, dan anak cucu mereka di tengah-tengah suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka, akan mengakui bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati Tuhan.” Ini adalah harapan Tuhan supaya semua orang tua menyerupai dia dan anak-anak pun diberkatiNya. Apabila semua orang hidup dan berkenan pada Tuhan maka Tuhan juga akan tetap menumbuhkan “kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa”. Maria dan Yusuf, kiranya terinspirasi oleh Firman Tuhan melalui Kitab Nabi Yesaya ini.
Perayaan hati tersuci Bunda Maria hendaknya membawa dampak tersendiri bagi kita semua. Maria telah menunjukkan ketaatan imannya kepada Tuhan. Ketaatan iman itu ada di dalam hati sebagai seorang ibu yang “cemas mencari” yang terbaik dalam diri Yesus Puteranya. Bunda Maria menginspirasikan kita semua untuk “cemas mencari” anak-anak dan orang-orang muda untuk menyelamatkan jiwa mereka yang cenderung tercemar oleh dunia. Bunda Maria menginspirasikan kita untuk memiliki hati yang suci, hati yang mampu mengasihi. Apakah anda bisa menyerupai hati Bunda Maria?
PJSDB