Membangun Solidaritas…
Ada seorang sahabat mengatakan kepada saya rasa syukurnya kepada Tuhan dan sesamanya. Ia mengatakan bahwa dia menjadi “manusia” saat ini karena ada rasa solidaritas dari sesama kepadanya. Konon keluarganya pernah mengalami kesulitan finansial sehingga ia nyaris tidak bisa bersekolah lagi. Namun ia memiliki cita-cita dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Kesulitannya itu disampaikan kepada salah seorang gurunya. Guru itu melihat kepribadiannya baik adanya sehingga ia layak dibantu oleh seorang penderma yang tidak diketahuinya sampai saat ini. Semua uang sekolahnya dibayar lunas. Ia berhasil menjadi manusia. Ia merasakan solidaritas sesama.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini memiliki banyak pesan yang bagus, salah satunya adalah membangun rasa solidaritas. Tuhan Yesus dalam Injil membangun rasa solidaritas-Nya sebagai satu-satunya penyelamat manusia. Kehadiran-Nya selalu membawa hidup baru kepada yang mengimani-Nya. Misalnya kisah seorang wanita yang menderita pendarahan selama duabelas tahun, dan putri Yairus yang berusia duabelas tahun mengalami sakit dan meninggal dunia, merasakan solidaritas Tuhan Yesus sehingga Ia menyembuhkan dan menghidupkan mereka. Iman menyelamatkan!
St. Paulus memandang figur Yesus sebagai pribadi yang paling solider. Bagi Paulus, Tuhan Yesus Kristus sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin karena kita manusia supaya karena kemiskinan-Nya kita menjadi kaya. Di samping memandang Yesus, Paulus juga menasihati supaya kita semua kaya dalam pelayanan kasih karena kepenuhan iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu dan kasih. Sebagai Gereja, kita patut melaksanakannya di dalam hidup kita setiap hari. Kita menjadi tanda pembawa kasih Allah kepada sesama manusia sebagai wujud solidaritas.
PJSDB