Homili 4 Juli 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa XIII
Kej. 27:1-5,15-29
Mzm. 135:1-2,3-4,5-6
Mat. 9:14-17.

Berpuasa berarti mengoyakkan hati

Fr. JohnKetika memulai masa puasa dan pantang, banyak orang bertanya-tanya tentang larangan-larangan untuk tidak makan makanan tertentu dan minum minuman tertentu. Rasa-rasanya setiap tahun orang selalu mengulangi pertanyaan yang sama. Di dalam pikiran mereka mungkin pemahaman tentang puasa hanya sekedar larangan-larangan terhadap makanan dan minuman tertentu. Saya mengingat kembali Yoel berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (Yl 2:13). Dari perkataan Yoel ini, kiranya pikiran kita bisa dibuka untuk mengerti dengan baik makna berpuasa. Berpuasa berarti berubah secara radikal mulai dari dalam hati, bermetanoia karena kita merasakan kasih karunia Allah. Hal menyangkut makan dan minum bersifat lahiria, tapi yang tertinggi adalah kasih karunia, sukacita dan pertobatan.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil tentang memaknai puasa bagi para pengikut Kristus. Penginjil Matius mengisahkan bahwa pada suatu hari para murid Yohanes Pembaptis datang kepada Yesus seraya bertanya kepadanya alasan mengapa para murid-Nya tidak berpuasa sedangkan mereka dan kaum Farisi berpuasa. Pertanyaan para murid Yohanes ini memang menarik perhatian. Mereka terbiasa membandingkan diri mereka dengan orang lain dan mencari tahu siapa yang paling benar. Para murid Yohanes adalah gambaran banyak di antara kita yang suka membandingkan dirinya, pengalaman rohaninya, iman dan agamanya dengan orang lain. Hal positifnya adalah mereka bisa semakin memahami perbedaan dan bisa mampu hidup berdampingan dengan orang lain. Hal yang dikhawatirkan adalah orang itu menjadi tertutup dan hanya mencari kesalahan sesamanya.

Reaksi Yesus terhadap pertanyaan ini terungkap dalam jawaban-Nya kepada para murid Yohanes: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (Mat 9:15). Yesus mau menegaskan bahwa para murid-Nya adalah sahabat-sahabat mempelai, Yesuslah mempelainya. Oleh karena itu selama para murid ada bersama-sama dengan Yesus sebagai mempelai maka tidak ada kata berduka cita, tetapi hanya ada sukacita. Jadi Tuhan sendiri menghendaki supaya setiap murid sebagai sahabat Yesus harus selalu bersukacita bukan berduka cita. Yesus juga menerangkan bahwa akan tiba saatnya di mana Ia akan “diambil dari mereka” artinya saat paskah-Nya, dan ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk berpuasa. Mereka berduka karena kehilangan Yesus tetapi duka itu akan berubah menjadi kemenangan karena kebangkitan-Nya yang mulia.

Dengan perkataan-Nya ini, Ia lalu membuka pikiran mereka dengan perumpamaan yang mendorong mereka untuk memiliki hidup baru, pertobatan yang radikal. Hidup lama tidak akan indah kalau menyatu dengan hidup baru. Hidup lama penuh kegelapan dan dosa harus menjadi baru karena jasa Yesus Kristus sang mempelai sejati. Yesus berkata:
“Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.” (Mat 9:16-17).

Hidup Kristiani bermakna ketika kita bisa keluar dari belenggu hidup lama yang penuh dengan salah dan dosa kepada hidup baru dalam Kristus. Sebagai sahabat-sahabat Yesus kita harus merasa bahwa bertobat hari demi hari adalah sebuah kebutuhan. Bertobat hari demi hari secara rohani akan membantu kita untuk mengalami Allah di dalam hidup kita. Adalah sukacita yang besar dalam Tuhan kalau seorang pendosa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Berkat Tuhan pun akan turun kepadanya.

Di dalam bacaan pertama kita disadarkan untuk menyadari rencana Tuhan. Hak kesulungan bukanlah menjadi jaminan untuk mendapatkan berkat Tuhan, tetapi Tuhan juga memperhatikan mereka yang kecil, yang tak berdaya supaya menguatkan mereka yang sudah kuat. Dikisahkan bahwa Ishak sudah mulai pikun, matanya kabur dan ia harus menurunkan berkat kepada putra sulungnya yaitu Esau. Esau belerja sebagai peternak maka ia disuruh ayahnya untuk mengambil di padang seekor binatang, memasak dan menyajikannya kepada ayahnya supaya ia bisa mendapat berkat. Sambil berangkat ke padang, Ribka istri Ishak mengambil pakaian Esau yang indah, mengenakannya pada anak bungsunya Yakub dan menyiapkannya untuk menerima berkat sesuai dengan permintaan Ishak. Terjadilah bahwa Ishak memberkati Yakub bukan Esau.

Bunyi berkat Ishak kepada yakub adalah: “Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia.” (Kej 27: 27-29). Mungkin kita bertanya mengapa berkat dan hak kesulungan Esau diperoleh Yakub karena tipu muslihat Ribka ibu mereka? Semuanya ini adalah rencana Tuhan. Tuhanlah yang menggerakan hati Ribka untuk mendukung Yakub anaknya memperoleh berkat dari ayahnya Ishak. Memang jalan Tuhan bukan jalan manusia, rencana Tuhan bukanlah rencana manusia. Tugas manusia adalah bersukacita dan mematuhi semua rencana Tuhan.

Pada hari ini kita semua diingatkan Tuhan untuk mengalami Allah dengan membangun semangat tobat dan sukacita di dalam Tuhan. Adakah sukacita di dalam hatimu? Tuhan menghendaki sukacita bukan dukacita. Dukacita hanyalah awal yang mendahului sukacita dan kemenangan abadi. Yesus menyelamatkan manusia dengan menderita. Kebangkitan-Nya merupakan sukacita kekal bagi orang yang percaya kepada-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply