Hari Sabtu, Pekan Biasa XV
Kel. 12:37- 42
Mzm. 136:1,23-24,10-12,13-15
Mat. 12:14-21
Jangan lelah berbuat baik!
Pada suatu hari saya mengunjungi rumah seorang sahabat. Saya memperhatikan sebuah bingkai unik, dengan tulisan inspiratif, bunyinya: “Berbuat baik itu tidak harus sesuatu yang besar, yang kecil pun cukup, asalkan didasari hati dan cinta yang besar.” Saya merenungkan kata-kata ini sejenak, sambil tersenyum dan berkata dalam hati bahwa setiap orang perlu mengubah mindset-nya tentang berbuat baik. Selama ini orang cenderung beranggapan bahwa berbuat baik itu haruslah dengan sesuatu tindakan yang sangat heroik sehingga membuat semua orang tercengang dan mengacungkan jempol. Ternyata berbuat baik bukanlah demikian. Kita berbuat baik dengan melakukan tugas dan kewajiban dengan baik, setia dan penuh cinta kasih yang besar. Kita bisa mengubah dunia dengan aneka perbuatan baik mulai dari hal-hal yang kecil ke hal-hal yang besar dengan penuh cinta kasih.
Tuhan Yesus berkata: “Demikian hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16). Sementara St. Petrus menghimbau komunitasnya: “Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (1Ptr 2:12). Perbuatan baik itu seperti bumerang. Semakin banyak anda beruat baik, perbuatan baik itu akan datang dan mengubah seluruh hidupmu. Saya mengingat sebuah kutipan lain berbunyi: “Apa yang kamu tanam itulah yang akan kamu tuai, sekecil apapun kebaikan atau keburukan (perlakuan yang tidak baik) maka tanpa kamu sadari suatu saat apa yang tanam tersebut akan kamu dapatkan atau kembali kepadamu.” Ungkapan semacam ini kiranya sudah dirasakan oleh banyak di antara kita.
Kita mendengar kisah Injil hari ini tentang cara hidup Tuhan Yesus yang bisa mengubah hidup banyak orang termasuk saya. Apa yang terjadi pada Tuhan Yesus? Penginjil Matius melaporkan bahwa orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Rencana jahat mereka diketahui-Nya sehingga Ia menyingkir ke daerah lain. Banyak orang yang mengikuti-Nya mengalami kesembuhan. Ia dengan tegas melarang mereka supaya tidak menyampaikan orang lain tentang pengalaman penyembuhan diri mereka. Yesus adalah hamba Yahwe yang melakukan pekerjaan Bapa. Hal ini kiranya sejalan dengan apa yang sudah dinubuatkan nabi Yesaya: “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” (Mat 12:18-21;Yes 42:1-4).
Perikop Injil pada hari ini membantu kita untuk belajar dari kehidupan Tuhan Yesus yakni ketekunan-Nya untuk selalu berbuat baik. Bayangkan bagaimana Ia mengalami ancaman pembunuhan dari kaum Farisi, namun Ia tetap berbuat baik dengan menyembuhkan banyak orang yang berjalan bersama-Nya. Ia sungguh-sungguh merupakan hamba Yahweh yang siap memberi diri sampai tuntas. Kita pun pada hari ini diajak untuk berbuat baik karena Tuhan sudah lebih dahulu berbuat baik dan menyelamatkan kita. Satu hal lagi yang muncul dalam bacaan Injil hari ini adalah kepekaan terhadap kebutuhan sesama. Yesus mengetahui bahwa bahwa banyak orang lebih menyukai Comfort Zone dari pada Courage Zone. Ia membuka wawasan kita untuk peka dan berani keluar untuk menyapa dan menyelamatkan sesama. Ini butuh perjuangan dan pengurbanan diri. Banyak orang serupa dengan patung yang indah, tetapi patung itu tidak memiliki jiwa untuk peka dan mengasihi.
Tuhan menyelamatkan anak-anak Israel dari perbudakan Mesir. Kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka; lagi sangat banyak ternak kambing domba dan lembu sapi.” (Kel 12:37-38). Bisa dibayangkan bagaimana proses eksodus dengan banyaknya manusia dan ternak. Bekal perjalanan sangat minim. Namun demikian kita harus percaya kepada Tuhan karena bagi-Nya tidak ada yang mustahil. Ia berbuat baik kepada anak-anak Israel, dengan mengeluarkan mereka dari perbudakan yang mereka alami selama 430 tahun. Dikatakan bahwa pada malam itulah malam berjaga-jaga bagi Tuhan, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan Tuhan. (Kel 12:42). Tuhan berbuat baik dan menyertai mereka semua.
Sabda Tuhan hari ini menuntun kita supaya memiliki daya tahan yang kuat. Kita semua akan selalu mengalami ancaman-ancaman tertentu, penolakan yang datang bertubi-tubi. Kita harus berjuang untuk mengatasi segala kesulitan karena Tuhan selalu menyertai kita semua. Mari kita mengikuti Tuhan Yesus dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Jangan lelah dan berhenti berbuat baik.
PJSDB