Homili 20 Juli 2015

Hari Senin, Pekan Biasa XVI
Kel. 14:5-18
MT Kel. 15:1-2,3-4,5-6
Mat. 12:38-42

Tuhan Yesus adalah segalanya

Fr. JohnKetika masih aktif sebagai pembina para calon imam dan bruder, saya memiliki kebiasaan untuk memeriksa buku-buku catatan dari setiap calon. Saya biasa menandatangani, dan menulis tanggal terakhir pemeriksaan buku catatan. Bagi saya, ini merupakan salah satu kesempatan untuk mengetahui minat para calon terhadap mata pelajaran yang saya ajarkan, mengamati motivasi mereka dalam hubungannya dengan hal-hal akademis, spiritual dan emosi yang terungkap dalam tulisan tangannya. Hal-hal seperti ini bisa memudahkan saya dalam dialog dan discernment panggilan hidup membiara dari setiap seminaris. Saya menemukan seorang seminaris yang suka mengutip ayat-ayat Kitab Suci di dalam buku catatannya. Ia pernah menulis begini: “Pada hari ini saya sangat terkesan dengan pengalaman iman Paulus. Ia mengakui Yesus Kristus sebagai segala-galanya. Ia menulis: “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:10-11). Saya yakin bahwa seminaris ini menjadikan Yesus sebagai pusat hidup dan panggilannya.

Bagaimana suasana komunitas Yesus pada saat itu? Tuhan Yesus melakukan banyak tanda dalam Sabda dan Karya tetapi orang-orang saat itu, bahkan para murid-Nya sendiri belum mengimani-Nya. Mereka masih memandang Yesus sebagai seorang manusia biasa. Itulah sebabnya para ahli Taurat dan orang Farisi meminta kepada-Nya sebuah tanda yang menjelaskan jati diri-Nya di hadapan mereka. Inilah salah satu kelemahan manusiawi kita yakni melihat tanda atau bukti tertentu baru percaya. Kalau tidak ada tanda atau bukti maka sikap meragukan segalanya masih menguasai hidup kita. Terhadap sikap seperti ini, Tuhan Yesus bisa saja berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat 12:39-40).

Jawaban Yesus ini kiranya tepat sasaran. Bagi Yesus tidak ada tanda lain selain tanda yang pernah dialami nabi Yunus sendiri. Ia masuk dan menghuni perut ikan selama tiga hari tiga malam, penuh kotoran ikan, penuh pergumulan dan akhirnya selamat. Yesus juga akan merasakan hal yang mirip, dengan masuk ke dalam perut bumi, dingin, gelap dan bangkit mulia pada hari ketiga. Semua orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal. Yesus melebihi Yunus karena Ia mengalahkan maut seorang diri, satu kali untuk selama-lamanya. Di samping Yunus, Yesus juga merujuk pada ratu dari selatan. Ia berkata, “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!” (Mat 12:42). Yesus ternyata lebih dari Yunus, lebih dari Salomo.

Di mata manusia, bagi kebanyakan orang Yesus itu biasa-biasa saja namun bagiku, Yesus itu luar biasa dan menjadi segala-galanya di dalam hidupku. Ia merelakan diri-Nya untuk menjadi tanda yang tepat bagi pertobatan. Dia adalah Tuhan atas segala sesuatu (Flp 2:11). Kita mengakui diri kita sebagai bagian dari Yesus. Kita haruslah menunjukkan jati diri kristiani ini sepanjang hidup kita. Tentu saja butuh suatu kesadaran bahwa Tuhan Yesus adalah segalanya. Apakah kita sudah mengimani Yesus sebagai segala-galanya dalam hidup kita?

Bangsa Israel pernah mengalami pergumulan ketika mereka meninggalkan Mesir. Setelah mereka makan Paskah, Tuhan melalui Musa menuntun mereka keluar dari Tanah Mesir. Ketika Firaun mendengar berita ini, ia bertanya kepada orang-orangnya, “Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?” (Kel 14:5). Tentu saja Firaun merasa kaget karena peristiwa ini. Firaun menyiapkan pasukannya untuk mengejar orang Israel, namun bangsa pilihan Tuhan ini bergerak semakin jauh. Mereka bahkan masuk ke dalam laut merah. Orang Israel berjalan terus dipimpin oleh tangan yang dinaikkan yaitu Tuhan sendiri.

Di pihak kaum Israel, mereka ketakutan dan mengeluh kepada Tuhan. Mereka berkata kepada Musa: “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” (Kel 14:11-12). Sikap bangsa Israel memang sangat manusiawi. Mereka menerima perbudakan sebagaimana adanya, padahal Tuhan mau membebaskan mereka. Mereka cenderung tinggal tetap dalam perbudakan mereka dan lupa bahwa mereka harus keluar dari perbudakan supaya menjadi manusia yang merdeka. Ini adalah kehendak Tuhan bagi mereka. Kita pun seringkali mengalami hal yang sama. Ketika menderita, mudah sekali kita mempersalahkan Tuhan dan sesama. Padahal kehadiran Tuhan dan sesama sangat berarti bagi hidup kita.

Musa sebagai pemimpin tetap sabar dan menjaga persekutuan anak-anak Israel. Seorang pemimpin yang penuh kesabaran. Ia berkata kepada mereka: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” (Kel 14:13-14). Kata-kata Musa ini membangun semangat baru bagi bangsa Israel yang sedang ketakutan. Kita mudah merasa takut ketika berhadapan dengan segala persoalan hidup karena kita hanya mengandalkan diri sendiri. Seandainya kita mengandalkan Tuhan sebagai segala-galanya maka segala pergumulan hidup bisa mudah diatasi.

Pada akhirnya Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada orang-orang Ibrani: “Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda.” (Kel 14:15-18).

Tuhan kita memang luar biasa. Dialah segala-galanya di dalam hidup kita. Apakah anda mengandalkan Tuhan dalam hidupmu?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply